Metode Tiger Parenting jadi salah satu pola asuh yang sampai saat ini menjadi bahan perdebatan orang tua di seluruh dunia.
Pola asuh Tiger Parenting pertama kali diperkenalkan oleh Amy Chua melalui bukunya Battle Hymn of the Tiger Mother.
Namun, pola asuh ini rupanya menuai pro dan kontra lantaran adanya sifat otoriter. Metode ini sering diterapkan di negara-negara Asia dan paling banyak di China.
Memahami Apa Itu Tiger Parenting
Pola pengasuhan harimau adalah metode pengasuhan yang bersikap keras serta otoriter secara terang-terangan. Metode pengasuhan seperti ini terlihat dingin dan seringkali tidak mendukung secara emosional.
Chua mendeskripsikan pola pengasuhan ini dengan melarang anak perempuannya menonton televisi, bermain game komputer, menginap, berkencan atau mendapatkan nilai jelek.
Pesan utama dari kasus Tiger Parenting adalah keberhasilan akademik wajib dicapai dengan pengorbanan apapun. Tidak memberi kelonggaran anak untuk bermain adalah salah satunya.
Namun, sebenarnya pola asuh harimau ini memiliki perbedaan dengan otoriter parenting. American Psychological Association mengatakan, pola asuh ini mencakup pola asuh yang negatif dan positif.
Misalnya, keberadaan aturan ketat sekaligus kehangatan dan dukungan penuh kepada anak. Para Tiger Mom merupakan orang yang menggunakan strategi pengasuhan positif dan negatif secara bersamaan.
Menuai pro dan kontra
Pola asuh Amy Chua ini menuai pro dan kontra dari berbagai pihak. Ada yang bereaksi keras karena pengasuhan ini tidak menghasilkan perkembangan optimal pada anak.
Banyak yang menilai bahwa buku tersebut ditulis berdasarkan pengalaman pribadinya. Namun, tidak didukung Tiger Parenting jurnal yang dapat mempertimbangkan perbedaan.
Sementara itu, para pendukungnya berkeras kesuksesan akademis serta musik anak-anak Chua merupakan bukti efektivitas dari metode pengasuhan ini.
Souzan Swift, PsyD, seorang psikolog asal Amerika mengatakan bahwa kesuksesan anak merupakan hal utama dan terpenting.
Ia mengatakan bahwa anak-anak membutuhkan penerimaan dan cinta dari orang tuanya. Oleh karena itu, Tiger Parenting ini kemungkinan besar berpengaruh terhadap kesehatan mental anak.
Gaya pengasuhan ini tampaknya berniat positif untuk menunjang kesuksesan anak untuk hal akademis.
Ciri-ciri Tiger Parenting
Orang tua yang menerapkan pengasuhan harimau agar anak-anaknya menuruti tuntutan mereka. Sebab, orang tua menaruh harapan tinggi kepada anak-anaknya.
Sebagai contoh, dari sisi akademis dengan mengandalkan metode keras untuk keinginannya. Para orang tua berkeyakinan kuat bahwa tindakan tegas, sehingga anak tanggung dan percaya diri.
Berikut ini beberapa ciri-ciri dari pola pengasuhan harimau, yaitu:
- Tidak mengizinkan anak bebas bergaul dengan teman-temannya. Misalnya, anak tidak diizinkan menginap dan tidak pulang larut malam.
- Berharap anak mendapatkan nilai memuaskan dalam ujian. Orang tua terkadang kerap memberi hukuman keras jika anak-anaknya gagal.
- Lebih peduli dengan standar dan ingin anaknya terbaik di segala hal.
- Pencapaian lebih penting daripada proses yang dilalui anaknya.
- Anak menjadi tidak terbuka kepada para orang tuanya karena takut ditegur bahkan dihukum.
- Tidak percaya pada anak sehingga memberi peringatan.
- Lebih mengandalkan aturan daripada membuat anaknya bahagia. Serta selalu merasa aturannya tidak boleh dilanggar dengan dalih apapun.
- Tiger parenting juga memiliki ciri memiliki rutinitas yang kaku.
- Sang anak cenderung lebih banyak belajar daripada bermain. Padahal seharusnya bisa membagi waktu dengan baik.
Dampak Tiger Parenting Bagi Anak
Kendati mirip dengan pola asuh otoriter, Tiger Parenting berbeda karena melibatkan serangkaian aturan ketat. Metode ini mencakup pola asuh yang positif.
Sisi negatif
Meskipun cenderung keras dan menaruh harapan tinggi, tiger parent berusaha melindungi anak-anaknya dari segala rintangan.
Walaupun metode pengasuhan harimau ini memiliki tujuan baik, ada sejumlah dampak negatif, seperti:
- Anak akan merasa terbebani karena orang tua menaruh harapan yang tinggi.
- Takut membuat kesalahan karena akan mendapatkan konsekuensi hukuman.
- Anak akan hidup dalam ketakutan terus-menerus, sehingga rentan menyebabkan kecemasan dan depresi.
- Anak selalu hidup di bawah pimpinan orang tua sehingga cenderung bergantung kepada orang lain.
- Kolase ini bisa membentuk perkembangan kognitif dan emosional yang negatif
- Selain itu, juga bisa menghambat kreativitas dan pertumbuhan anak karena mereka diperintahkan untuk mengikuti aturan ketat.
Sisi positif
Meskipun Tiger Parenting tampak ketat dan sedikit keras para peneliti juga mengungkap sisi positif yang bisa diambil, antara lain:
- Mendorong keterampilan disiplin lebih baik pada diri anak karena mengikuti aturan dan perintah secara terus-menerus. Anak akan memahami pentingnya memiliki kehidupan yang disiplin.
- Meskipun selalu ada ketakutan terhadap hukuman hal tersebut memicu anak bisa mengungkap potensi dirinya. Mereka bisa belajar menjadi pribadi yang terbaik untuk mencapai kesuksesan.
- Tiger Parenting membentuk anak-anak yang bertanggung jawab meskipun menggunakan metode yang keras. Tujuannya membentuk anak menjadi orang dewasa yang bahagia sukses dan mampu menyesuaikan diri.
Tips Menghindari Pola Pengasuhan Harimau
Jika pola asuh harimau ini memiliki banyak dampak negatif, maka Anda bisa menghindarinya dengan cara, berikut ini:
Jangan langsung memarahi dan mendisiplinkan anak saat bermasalah
Masalah anak juga merupakan masalah orang tua. Sebagai orang tua Anda mungkin ingin yang terbaik untuk anak.
Namun, sebaiknya jangan langsung memarahi atau memberikan aturan ketat saat anak memiliki masalah atau melakukan kesalahan.
Luangkan waktu untuk mendengarkan anak serta memahami apa yang terjadi padanya pada tingkat mental dan emosional.
Alih-alih berasumsi anak melakukan sesuatu yang salah, Anda bisa melatih kesabaran dengan membiarkan anak mengekspresikan dirinya.
Ketika Anda menyediakan lingkungan yang lebih aman bagi anak untuk berbagi rasa, maka akan membangun kepercayaannya.
Luangkan waktu mengenal pribadi anak secara mendalam
Sebagai orang tua, kesibukan yang selalu hadir terkadang memberi dampak terhadap hubungan dengan anak. Namun, hal tersebut bukan berarti Anda melupakan anak.
Luangkan waktu untuk mengenal lebih dekat dengan anak. Beri perhatian penuh dan fokus hanya padanya setidaknya 5 menit.
Hal tersebut bisa membuat Anda memahami keinginannya.
Dorong anak untuk membagikan pikiran dan idenya
Untuk menghindari pola asuh Tiger Parenting, Anda bisa memberi anak kesempatan mengekspresikan diri dan pemikirannya.
Ketika anak berbagi terkait pemikiran dan ide, maka dengarkan dengan baik. Hal tersebut bisa membuat anak merasa dihargai.
Selain itu, juga akan membangun kepercayaan diri pada anak dan memantapkan pemikiran sehingga lebih independen.
Alih-alih menolak ide yang tidak Anda setujui, coba ajukan sebuah pertanyaan yang memancingnya untuk bercerita.
Anda tidak harus menyetujui pendapat anak untuk menghindari pola asuh Tiger Parenting.
Anda bisa menunjukkan dukungan untuk proses berpikir anak. Hal ini juga membantu anak memahami, jika memiliki perspektif berbeda tidak menjadi masalah.
Sehingga hal tersebut juga bisa meningkatkan empati dan kecerdasan emosional.
Dari anak pilihan
Anak memang tinggal serumah dengan Anda dan segala keperluan menjadi tanggung jawab orang tua. Namun bukan berarti anak perlu melakukan semua kehendak orang tua.
Ketika anak tumbuh dewasa mereka perlu membuat banyak keputusan dalam hidup dan tidak bisa mengandalkan orang tua untuk mengambil keputusan.
Jika anak terus-menerus mencari persetujuan, maka tidak akan mendapatkan kepercayaan diri dalam membuat keputusan hidupnya.
Pro dan kontra Tiger Parenting tidak terlepas dari dampak buruk dan dampak positifnya. Pertimbangkan kembali jika ingin menerapkan metode pengasuhan ini.