Dampak gelombang panas Afrika Selatan dinilai sebagai ancaman serius. Karena insiden ini telah menewaskan sedikitnya 8 orang.
Korban merupakan para petani di daerah Cape Utara. Cape Utara terkenal dengan wilayah jarang penduduk dengan kontur tanah semi-kering.
Gelombang Panas Afrika Selatan Meningkat Beberapa Hari Belakangan
Pasca insiden tewasnya 8 orang akibat gelombang panas di Afrika Selatan, Kementerian buruh turut memberikan suaranya.
Kementerian buruh melalui juru bicaranya, Michael Currin menyatakan jika kedelapan korban berada di kawasan semi-kering serta berbatasan dengan Botswana serta Namibia.
Currin mengaku khawatir atas gelombang panas yang tengah terjadi di negara tersebut. Ia mengurai jika Afrika Selatan sempat mengalami kenaikan suhu hingga 40 derajat celcius.
Laporan tersebut sejalan dengan Layanan Pemantauan Iklim Uni Eropa yang mengatakan bahwa, awal Januari 2023 adalah tahun kedelapan dengan kondisi terhangat secara global.
Fakta Terkait Gelombang Panas Afrika Selatan
Melansir berbagai sumber, bumi diprediksi mengalami rekor terpanas dalam 8 tahun terakhir. Bahkan, PBB memberi peringatan bagi warga dunia agar segera mengambil tindakan.
Melalui pembukaan COP27 di Sharm El-Sheikh, Mesir, Organisasi Meteorologi Dunia atau WMO mengatakan jika anomali telah terjadi.
Tanda-tanda yang dapat ditemui antara lain: kenaikan permukaan laut, hujan deras, pencairan gletser, gelombang panas hingga bencana mematikan yang menyerang dengan intens.
Sekjen PBB Antonio Guterres menggambarkan laporan WMO tersebut sebagai isyarat kekacauan iklim tropis. Dimana ketika COP27 berlangsung, bumi memberikan sinyal bahaya.
Guterres menyebut jika bumi tengah berada di rekor terpanas, selama kurun 8 tahun terakhir. Bahkan, kondisinya jadi lebih parah serta mengancam nyawa banyak orang.
Kondisi Bumi Menghangat
Sejalan dengan pemberitaan gelombang panas Afrika Selatan yang menelan korban, bumi diketahui mengalami kenaikan suhu lebih dari 1,1 derajat Celcius sejak akhir abad ke-19.
Peningkatan ini dinilai setengah dari yang biasa terjadi dalam 30 tahun terakhir. Sekitar 200 negara yang berkumpul di Mesir juga mengatakan kesetujuannya terkait hal ini.
Mereka merasa suhu meningkat hingga 1,5 derajat Celcius. Sayangnya, misi penelitian tersebut berada di luar jangkauan para ilmuwan.
Sebelum insiden gelombang panas Afrika Selatan, dikatakan jika tahun 2022 merupakan tahun terpanas kelima atau keenam yang pernah tercatat.
Padahal, ada dampak La Nina sejak 2020 lalu yang terdeteksi. La Nina adalah fenomena periodik yang dialami Pasifik untuk membantu mendinginkan atmosfer.
Pencairan Gletser
Diketahui air permukaan di lautan yang menyerap hingga 90 persen akumulasi panas dari emisi karbon manusia, mampu mencapai rekor suhu tertinggi di tahun 2021.
Dimana tahun tersebut menandai pemanasan global yang begitu cepat dalam kurun waktu dua dekade terakhir. Gelombang panas laut ini juga berdampak buruk bagi terumbu karang.
Bahkan, setengah miliar orang bergantung pada ekosistem laut sebagai mata pencaharian. WMO melaporkan 55 persen permukaan laut mengalami satu gelombang panas laut di tahun 2022.
Hal ini dipicu oleh pencairan lapisan es atau gletser. Sehingga laju kenaikan permukaan laut meningkat dua kali lipat. Serta berpotensi mengancam puluhan juta masyarakat.
Terutama di daerah pesisir daratan rendah. Lebih lanjut Guterres menegaskan seluruh masyarakat harus dilindungi dari beragam bahaya dan risiko iklim.
Guterres menilai jika seluruh pihak harus menjawab sinyal bahaya dari bumi. Yakni, melalui tindakan iklim yang kredibel dan ambisius.
Maka dari itu, PBB tak ingin jika insiden gelombang panas Afrika Selatan terjadi juga di negara lain.
Mereka (PBB) mendorong keras untuk membangun sistem peringatan dini universal dalam 5 tahun.
Gelombang Panas Afrika Selatan Menjadi Sinyalemen Darurat
Selama beberapa dekade mendatang disebutkan pemanasan karena perubahan iklim akan terjadi di hampir seluruh permukaan bumi.
Dengan rata-rata curah hujan global meningkat, saat ini diketahui pemanasan Afrika dinilai lebih intens daripada belahan dunia lain.
Dampak terparah akibat gelombang panas ialah sebagian besar benua kemungkinan tidak bisa dihuni.
Gelombang panas mampu merusak ketahanan pangan, kesehatan manusia, hingga menciptakan sejumlah kemiskinan.
Konsisten dengan hal tersebut, suhu permukaan memang meningkat di wilayah Afrika sejak abad ke-19 hingga awal abad ke-21.
Bahkan, secara lokal di Sahel meningkat hingga 3 derajat Celcius. Peningkatan ini terjadi pada akhir musim kemarau.
Sekjen PBB menyatakan perlunya kerjasama dengan Uni Afrika demi mengatasi perubahan iklim dengan tujuan pembangunan berkelanjutan PBB.
Biaya Adaptasi Iklim yang Mahal
Pasca insiden gelombang panas Afrika Selatan, Dana Moneter Internasional memperkirakan biaya US$50 miliar hanya untuk mengcover adaptasi iklim saja.
Nominal ini dinilai cukup besar, sehingga membutuhkan bantuan dari sejumlah negara.
Apa Saja Dampak Gelombang Panas
Fenomena kenaikan suhu secara ekstrim ini diduga memicu sejumlah masalah kesehatan. Diantaranya ialah:
Dehidrasi Akut
Suhu tinggi akibat gelombang panas dapat membuat tubuh mengeluarkan keringat secara berlebihan. Hal ini bisa membuat tubuh mengalami dehidrasi.
Dehidrasi merupakan kondisi saat tubuh kehilangan cairan lebih banyak daripada yang dikonsumsi. Dengan tanda-tanda, rasa haus meningkat, kelelahan, pusing, sakit kepala hingga lainnya.
Dampak paling parah dari dehidrasi akut akan menyebabkan kematian. Seperti korban gelombang panas Afrika Selatan.
Mempengaruhi Kesehatan Mental
Dampak meningkatnya suhu menurut jurnal Nature Climate Change, mampu mempengaruhi pola pikir hingga mood seseorang.
Periode panas yang berkepanjangan dapat memicu insomnia, nafsu makan berkurang serta mudah merasa kelelahan.
Kondisi ini diduga akan membuat perilaku penderita menjadi agresif hingga menimbulkan kecemasan.
Gangguan pernapasan
Pemanasan global akibat anomali iklim turut berdampak pada masalah pernapasan. Misalnya, batuk, radang tenggorokan, maupun common cold.
Perubahan suhu secara ekstrim dapat mengganggu sistem kekebalan tubuh karena, harus beradaptasi atas perubahan suhu dengan cepat.
Bahkan, kerap kali meningkatkan alergi musiman hingga polusi udara. Akibatnya tubuh rentan terjangkit virus atau bakteri yang kemudian menyerang sistem pernapasan.
Gangguan pernapasan akan lebih parah jika penderita memiliki riwayat penyakit faringitis, asma, bronkitis dan pneumonia.
Heatstroke
Banyak kemungkinan penyebab kematian korban gelombang panas Afrika Selatan. Salah satunya ialah heatstroke.
Heatstroke merupakan sengatan panas saat tubuh tak mampu menstabilkan suhu di luar batas toleransi.
Gejala heatstroke diantaranya ialah:
- Berkeringat secara berlebihan,
- Mual,
- Muntah
- Adanya ruam kemerahan pada kulit
- Napas dan detak jantung menjadi lebih cepat
- Sakit kepala yang sangat
Apabila ciri ini Anda alami, segera temui petugas kesehatan untuk melakukan pertolongan. Terlebih jika gejala heatstroke tak membaik setelah upaya P3K di rumah Anda.
Gangguan Kulit
Dampak yang tak kalah mengkhawatirkan dari adanya gelombang panas Afrika Selatan ini adalah gangguan kulit.
Kenaikan suhu memaksa kulit mengeluarkan keringat dan membuat kulit mengalami dehidrasi. Akibatnya, kulit menjadi kering, terpapar dermatitis hingga eksim.
Selain itu, Anda juga perlu mewaspadai saat gelombang panas terjadi akan mendongkrak risiko yang berbahaya bagi kulit.
Demikianlah paparan terkait gelombang panas Afrika Selatan yang berdampak cukup parah. Hingga menyebabkan sejumlah orang meregang nyawa.