Pihak kepolisian setempat telah membekuk pelaku serangan gereja di Spanyol. Insiden penusukan tersebut menewaskan seorang pendeta serta satu lainnya luka parah.
Pelaku serangan gereja di Spanyol merupakan pria asal Maroko berusia 25 tahun terancam dideportasi. Ia ditangkap tempo hari setelah polisi melakukan upaya pencarian.
Serangan Gereja di Spanyol Diduga Melibatkan Teroris
Sebelumnya, pelaku serangan gereja di Spanyol melakukan penusukan bersenjatakan parang, melancarkan aksinya secara brutal di dua gereja yang berdekatan sekitar 300 meter, di kota Algeciras.
Gereja tersebut ialah San Isidro beserta Nuestra Senora de La Palma. Juru bicara Kepolisian Nasional Spanyol membenarkan berita tersebut.
Aparat keamanan diketahui telah membawa tersangka untuk melakukan penyelidikan. Diperkirakan pelaku akan dipindahkan ke Ibukota Spanyol, Madrid.
Tepatnya, pada hari Kamis malam untuk menghadap hakim Pengadilan Tinggi terkait tuduhan terorisme pada waktu yang akan dikonfirmasikan.
Kronologi Serangan Gereja di Spanyol
Insiden penusukan yang menewaskan satu pendeta dan satu orang terluka parah itu terjadi sekitar pukul 8 malam.
Sumber di kepolisian membagikan rekaman yang menampilkan dua petugas sedang mengawal seorang laki-laki mengenakan topi olahraga dan bertudung dengan tangan terborgol.
Sejauh ini aparat belum mempublikasikan identitas ataupun kewarganegaraan pelaku.
Namun, media lokal termasuk El Pais telah mewartakan jika pelaku berkebangsaan Maroko dan berusia 25 tahun.
Korban tewas dalam insiden tersebut ialah Diego Valencia. Diego merupakan seorang sakristan di gereja Nuestra Senora de La Palma.
Sementara korban lain merupakan imam tituler gereja paroki San Isidro bernama Antonio Rodriguez. Disebutkan terdapat korban lain yang belum diketahui jelas jumlahnya juga mengalami luka-luka.
Polisi mengurai, pelaku serangan gereja di Spanyol pertama kali masuk ke San Isidro dan menyerang Rodriguez.
Sebuah pernyataan dari Salesian Algeciras menyatakan Rodriguez (74 tahun), tengah merayakan Ekaristi ketika diserang. Selepas itu, pelaku pergi menuju gereja Nuestra Senora de La Palma.
Disana ia merusak sejumlah properti sebelum menyerang Diego Valencia. Diego sempat berupaya melarikan diri dari gereja, namun tersangka berhasil mengejar dan menyerangnya kembali.
Akibatnya Valencia mengalami luka yang cukup fatal.
Pelaku Serangan gereja di Spanyol Menunjukkan Gerak-gerik Mencurigakan
Pastor paroki Nuestra Senora de La Palma, Juan Jose Marina mengatakan kepada penyiar SER, jika pelaku penusukan tersebut segera menghampiri Valencia pasca misa rampung.
Pelaku menunjukkan gerak-gerik mencurigakan dan menduga Valencia ialah sang pastor. Sembari menangis, Juan mengatakan jika pelaku mungkin saja mengincar dirinya, namun keliru.
Sementara itu, Perdana Menteri Spanyol, Pedro Sanchez mengucapkan belasungkawa kepada seluruh korban insiden penyerangan melalui akun Twitter.
Sejalan dengan hal ini, Sekjen Konferensi Wali gereja kota Spanyol, Francisco Garcia, turut bersedih ketika mendengar berita mengerikan tersebut.
Garcia menilai jika insiden serangan gereja di Spanyol ini merupakan penderitaan yang menyedihkan. Ia turut mengucapkan belasungkawa atas korban juga untuk keuskupan Cadiz melalui Twitter.
Wali Kota Algeciras, Jose Ignacio Landaluce juga mengumumkan hari berkabung khusus wilayah Algeciras, Kamis 26 Januari 2023.
Dugaan Terorisme
Hal mengejutkan datang dari sumber polisi yang membantah laporan media. Media diduga mengabarkan jika tersangka telah diawasi petugas keamanan pada hari dan bulan sebelum penyerangan.
Sumber yang enggan membuka identitas berdalih sensitifitas isu itu mengatakan, tersangka tidak mempunyai track record kriminal atau terkait terorisme. Baik di Spanyol maupun negara sekutu lainnya.
Beberapa literatur mengungkap jika sang pelaku tidak berada di Spanyol secara legal dan proses deportasinya telah dimulai Juni tahun lalu dan tengah berlangsung.
Jose Ignacio Landaluce Perketat Keamanan
Di lain pihak, Landaluce meminta Kementerian Dalam Negeri untuk meningkatkan sistem keamanan kota saat diwawancarai Radio COPE.
Mengingat, wilayah pelabuhan Algeciras, Andalusia berfungsi sebagai pintu masuk utama bagi orang Maroko yang baru tiba di Spanyol.
Negeri matador tersebut sempat mengalami serangan militan terparah di Eropa tahun 2004 silam. Insiden 19 tahun silam tersebut menewaskan 192 orang serta 1.800 lebih orang terluka.
Akibat pemboman di sistem kereta api di kota Madrid. Menurut putusan Pengadilan Tinggi, para pelaku diduga berkaitan dengan jaringan Al Qaeda serta kelompok Pejuang Islam Kota Maroko.
Di tahun 2017, setidaknya 16 dilaporkan tewas dan 200 orang lainnya cedera pada serangkaian serangan yang melibatkan militan Islam.
Para militan ini disebut mengendarai sebuah van dan menabrak pejalan kaki di Bulevar Las Ramblas, yang populer sebagai ikon Barcelona.
Fernando Grande-Malaska selaku Menteri Dalam Negeri Spanyol akan melakukan penggeledahan rumah tersangka dengan bantuan polisi, saat melakukan perjalanan ke kota tersebut.
Marlaska mengungkap penggeledahan ini dilakukan demi mengetahui apakah sang pelaku serangan gereja di Spanyol tempo hari berkaitan dengan terorisme.
Ia menambahkan, tidak ditemukan orang ketiga yang terlibat dalam insiden tersebut.
Serangan Gereja di Spanyol dan Riwayat Hubungan yang Tak Baik
Pasca insiden mengerikan di dua gereja tersebut, hubungan Maroko-Spanyol kembali ramai diperbincangkan. Kedua wilayah ini kabarnya memang memanas sejak dulu.
Mereka kerap tak akur hingga terlibat perang, lantaran sejarah kelam dalam perebutan wilayah perbatasan. Sejatinya, baik Maroko dan Spanyol berada di dua benua yang berbeda.
Meski bertetangga, hubungan mereka disebut tidak baik-baik saja. Awal mula keduanya terlibat konflik saat Spanyol dan Portugal berebut Andalusia, termasuk wilayah yang berada di Afrika.
Wilayah yang dicokot Spanyol mulanya ialah Penon de Alhucemas di tahun 1559. Penon menjadi wilayah Kesultanan Saadi dan menjelma menjadi basis militer sejak 1673 silam.
Namun, seiring berjalannya waktu, Spanyol dinilai nakal dan terus melakukan hal yang sama dengan mencokot berbagai wilayah perbatasan. Hingga membuat Maroko tak terima.
Tepat di tahun 1859 perang diantara keduanya pecah dan dinamai Perang Tetuan, bahkan berlangsung hingga 6 bulan.
Melansir On War, Spanyol sebagai pendeklarasi perang akhirnya memenangkan pertempuran dan memboyong wilayah Melilla dan Ceuta.
Kabarnya kemenangan Perancis ada campur tangan Britania hingga tercetusnya Perjanjian Wad-Ras.
Maroko Vs Spanyol, Dua Kali Perang
Usai perang pertama, kedua negara nampak belum akur. Bahkan kembali panas saat Komisioner Spanyol, Jenderal Masao Berenguer berniat menaklukkan wilayah timur.
Wilayah tersebut didiami oleh suatu suku bernama Jebala. Melalui hal inilah, perang besar terjadi lagi. Perang kedua di tahun 1920 ini terkenal dengan Perang Rif.
Dibantu oleh Perancis, mereka sepakat melancarkan serangan balik. Hingga akhirnya memenangkan peperangan.
Sejarah dunia mencatat, Perancis termasuk negara besar yang sempat menjajah Maroko.
Negeri Al-Maghreb ini sempat mengalami perlakuan represif dari bangsa Prancis. Salah satu penyebab datangnya Perancis ke Maroko diantaranya ialah kelangkaan pangan sejak awal abad ke-19.
Hal ini pulalah yang diduga melatarbelakangi Perancis membantu Spanyol memukul mundur wilayah Maroko.
Pasca kemerdekaan Maroko di tahun 1956, konflik kedua negara masih terus berlanjut lantaran Spanyol enggan mengalah hingga sekarang.
Terlepas dari konflik kedua negara, pihak kepolisian Algeciras belum memberikan keterangan lebih lanjut terkait pelaku serangan gereja di Spanyol.