Seberapa pentingkah tata bahasa Indonesia di era sekarang? Mari kita bahas tuntas!
Saat saya menulis artikel tentang tata usaha, saya membahas tentang sudah mulai langkanya penggunaan kata dalam bahasa Indonesia baku, terutama beberapa tahun terakhir.
Fenomena menggunakan bahasa campuran inggris, atau lazim disebut bahasa Jaksel mulai dijadikan standar baru dalam berkomunikasi, baik lisan maupun tertulis.
Sangat banyak kata-kata yang bila kita melihatnya sekarang akan membutuhkan penelusuran di internet untuk mengetahui artinya.
Arti Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) kini beralih menjadi kata kunci di Google untuk mencari arti dari kata-kata ‘aneh’ dalam tata bahasa Indonesia yang baru pertama kali kita dengar. Ironis? I’d say it is.
Pemerintah sendiri sudah mengambil langkah untuk menggantikan istilah-istilah asing dengan kata pengganti dari bahasa Indonesia yang baku.
Contohnya daring sebagai pengganti kata online dan pasangan kata atau lawan katanya luring sebagai pengganti offline.
Namun sayangnya seringkali sosialisasi dari penggantian ini tidak menyeluruh dan didukung oleh sistem dari pemerintah sendiri.
Kedua kata yang saya pakai sebagai contoh, daring dan luring, tidak menunjukkan hasil pencarian jika kita melakukan pencarian di situs resmi KBBI.
Entah dikarenakan belum dilakukan pembaruan pada sistem atau mungkin penulisan saya yang kurang sesuai.
Yang pasti sebagai warna negara yang setiap hari menggunakan tata bahasa Indonesia yang normal, saya sendiri merasa masih sering menggunakan kata serapan luar karena saya belum tahu kata baku apa yang harus saya gunakan.
Berkaca pada negara-negara tetangga kita, saya ambil contoh Filipina, yang merupakan negara dengan jumlah orang yang mampu berbicara dalam bahasa inggris terbanyak dalam lingkup ASEAN.
Saya pernah menonton konten video dimana pembuat videonya menantang para remaja untuk berbicara dalam bahasa resmi mereka, Filipino, secara lengkap tanpa satu pun kata dalam bahasa inggris.
Menariknya adalah tidak ada satu pun yang mampu melakukannya. Alasan utamanya adalah karena mereka tidak tahu ada kata dalam bahasa nasional mereka yang dapat digunakan.
Yang mana setelah dijelaskan ternyata ada dan itulah pertama kali mereka mendengarnya.
Disini kita bisa menyimpulkan bahwa penguasaan bahasa asing yang baik berdampak langsung pada tata bahasa masyarakat negara tersebut.
Memang harus diakui kita sangat perlu menguasai bahasa inggris terutama di era globalisasi seperti sekarang.
Alasan nasionalisme sepertinya sudah usang dan tidak lagi relevan untuk dijadikan dalih atas ketidakmampuan kita dalam menguasai bahasa asing.
Saya lebih condong ke alasan melindungi bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa secara spesifik.
Yang mana telah terbukti bahwa akar bahasa yang kuat menjadi dasar pemersatu bangsa kita.
Sekarang kembali ke bahasan semula yaitu tata bahasa Indonesia di era sekarang. Menakutkan atau malah mengagumkan?
Menurut hemat saya pribadi, alangkah bijaknya generasi muda sekarang jika tidak menganggap bahwa menggunakan bahasa Indonesia dalam percakapan sehari-hari sebagai kuno atau kurang pintar.
Justru penggunaan tata bahasa Indonesia yang baik merupakan cerminan kecerdasan seseorang dalam berbahasa.
Mengingat banyaknya pilihan kosakata dalam bahasa Indonesia yang tidak ada dalam bahasa inggris.
Namun harus disadari juga bahwa tanpa melatih penggunaan bahasa asing secara konsisten akan memperlambat proses pembelajaran kita sendiri.
Jika saja ada cara untuk mendapatkan kemampuan berbahasa asing tanpa mengorbankan tata bahasa Indonesia yang kita miliki.
Entahlah, probably it’s just me and my wishful thinking.
Oh, saya baru ingat kalau saya juga seringkali menggunakan bahasa inggris dalam keseharian saya.
Dan saya yakin Anda sebagai pembaca juga ‘guilty’ of the same thing. Or is guilty the really right word to use?
Sebagai awalnya, ada baiknya kita mempelajari lagi tata bahasa Indonesia yang kita gunakan.
Saya akan gunakan lagi istilah ironis disini, karena betapa ironisnya mengetahui bahwa negara lain memiliki mata pelajaran khusus bahasa Indonesia.
Sementara kita sebagai warga negara yang lahir dan tumbuh besar di negara ini malah menganggap bahasa nasional kita sendiri lebih rendah nilainya dibanding bahasa negara lain.
Sambil kita juga mulai menyadari bahwa kita sudah tertinggal jauh dalam hal komunikasi global dan mulai serius mendalami bahasa inggris sebagai awalnya. Salam.