Kondisi David Litumahina anak kader GP Ansor yang dianiaya tempo hari dikabarkan idap diffuse axonal injury.
Karena diffuse axonal injury inilah David diduga mengalami koma berkepanjangan. Meski demikian, David diwartakan telah mengalami kemajuan.
Namun, dirinya belum sepenuhnya siuman. Lantas, bagaimanakah kondisi kesehatannya usai kasus penganiayaan tersebut.
Diffuse Axonal Injury Bisa Picu Kelumpuhan Permanen Hingga Kematian
Usai kasus penganiayaan yang dialami oleh anak kader GP Ansor, David diwartakan belum sepenuhnya siuman.
Sebelumnya, Yaqut Cholil Qoumas selaku Ketua Umum Pimpinan Pusat Pemuda (GP) Ansor sempat menjenguk David.
Yaqut juga menyatakan turut prihatin atas musibah yang menimpa David. Bahkan sempat berembus kabar jika dirinya akan mengusut tuntas perkara tersebut.
Melansir dari sejumlah sumber, kuasa hukum korban M Syahwan Arey mengungkap kondisi David mengalami kemajuan.
Meski belum sepenuhnya siuman, ada pergerakkan melalui anggota tubuhnya.
Kemajuan ini nampak dari mesin GCS alias Glasgow Coma Scale yang dipakai untuk mengetahui tingkat kesadaran pasien, khususnya yang tengah koma.
Syahwan menyebut jika catatan GCS menunjukkan skala perkembangan 4/15 menuju 6/15.
Syahwan turut membenarkan ada pergerakkan kecil, baik di area tangan maupun kaki David.
“Kami memohon segala dukungan beserta doa dari seluruh warga Indonesia, mudah-mudahan David ada perkembangan lebih baik lagi,” urai Syahwan.
Ditemui terpisah, anggota cyber dan media PP GP Ansor Ahmad Taufiq, menyebutkan jika David terkena diffuse axonal injury.
Menurut dokter, kondisi ini diakibatkan oleh benturan keras, seperti kecelakaan motor dengan kecepatan tinggi. Dimana hal ini dapat menimbulkan trauma mendalam pada otak.
Christian Beta Kurniawan selaku Spesialis Bedah Saraf dari RS Elisabeth Semarang juga buka suara.
Dirinya menjelaskan jika kondisi ini merupakan cedera mikroskopis pada sel saraf otak.
Cedera dapat bersifat diffuse maupun menyeluruh. Utamanya pada salah satu bagian otak yang disebut dengan akson.
Kondisi yang dialami David bisa saja sangat membahayakan karena dapat memicu beberapa komplikasi.
Sebut saja, otak akan kekurangan oksigen, gangguan bicara, pembengkakan otak, terjadinya hipoksia, gangguan fungsi berpikir, status vegetatif, kelumpuhan anggota gerak secara permanen.
Sementara yang paling fatal dapat mengakibatkan kematian.