Sudahkah Anda mengetahui tentang bagaimana asal mula telur dan kelinci Paskah? Kedua atribut ini mungkin sudah sering Anda lihat pada hari raya umat Kristiani tersebut.
Meski keberadaannya relatif sudah cukup dikenal secara umum, barangkali belum banyak orang yang mengetahui asal mula telur dan kelinci Paskah.
Mengenal Makna Serta Atribut Perayaan Paskah
Paskah merupakan salah satu hari raya utama yang mempunyai makna penting bagi umat Kristen dan Katolik di seluruh dunia.
Tahun ini perayaan itu diperingati pada Minggu, 9 April 2023. Untuk memeriahkan perayaan tersebut, umat Kristiani umumnya menggunakan atribut-atribut tertentu dalam penyelenggaraan ibadah.
Makna Paskah Bagi Umat Kristiani
Makna dari perayaan Paskah adalah memperingati kebangkitan Isa Almasih atau Yesus Kristus setelah mati disalib dan dikuburkan selama tiga hari.
Sebelumnya, tiga hari menjelang Minggu Paskah, umat Kristiani terlebih dahulu memperingati kematian Yesus di kayu salib melalui perayaan Jumat Agung.
Melalui kematian dan kebangkitan Yesus ini, umat Kristiani percaya dosa mereka telah ditebus dan mereka pun diselamatkan dari kematian kekal.
Selain Jumat Agung, sejumlah gereja umumnya juga telah menyelenggarakan serangkaian ibadah Pra-Paskah yang dimulai dengan perayaan Rabu Abu.
Atribut dan Simbol Perayaan Paskah
Dalam rangkaian ibadah Paskah, gereja-gereja umumnya menggunakan sejumlah atribut yang memiliki kaitan khusus dengan momen yang tengah dirayakan.
Beberapa simbol dan atribut yang kerap digunakan dalam rangkaian ibadah Paskah tersebut (berikut maknanya) adalah:
Abu
Abu ini biasanya dibubuhkan dengan bentuk berupa tanda salib pada dahi jemaat pada awal rangkaian ibadah Pra-Paskah (Rabu Abu).
Fungsi atribut ini adalah sebagai pengingat akan kefanaan manusia yang berasal dari debu dan nantinya akan kembali menjadi debu pula.
Daun-daun palem atau palma
Penggunaan atribut ini merujuk pada momen ketika Yesus memasuki Yerusalem seminggu sebelum Paskah. Alkitab mencatat bahwa saat itu warga menyambut-Nya dengan melambaikan daun-daun palem tersebut.
Roti dan anggur Perjamuan Kudus
Keberadaan roti dan anggur ini mengacu pada momen perjamuan terakhir Yesus bersama kedua belas muridnya sebelum penyaliban.
Selain itu, roti dan anggur ini juga merupakan bagian terpenting dalam prosesi Perjamuan Kudus dalam acara ibadah.
Kain dan pinggan berisi air untuk pembasuhan
Sama seperti roti dan anggur perjamuan, keberadaan pinggan dan kain untuk pembasuhan ini juga merupakan bagian dari prosesi ibadah.
Prosesi tersebut merujuk pada keteladan tindakan Yesus membasuh kaki murid-murid-Nya sebelum menikmati Perjamuan Terakhir.
Salib
Salib bisa dibilang merupakan simbol yang paling ikonik dalam agama Kristen dan Katolik. Keberadaannya merupakan lambang pengorbanan dan kematian Yesus untuk menghapus dosa manusia.
Lilin
Keberadaan lilin melambangkan dukacita dan perkabungan karena kematian Yesus, sekaligus terang pengharapan karena kebangkitan-Nya. Penggunaan lilin juga menambah kekhusyukan dan kesyahduan suasana perenungan dalam ibadah.
Telur warna-warni dan kelinci
Perayaan Paskah juga identik dengan pembagian telur yang sudah dihias berwarna-warni. Selain telur, ada pula karakter kelinci Paskah yang cukup ikonik, terutama untuk anak-anak.
Jika diteliti, Alkitab sebetulnya tidak pernah mencatat peristiwa tentang Yesus yang berhubungan dengan telur maupun kelinci, baik sebelum maupun semasa Paskah.
Lantas, seperti apakah sebenarnya hubungan peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus tersebut dengan asal mula telur dan kelinci Paskah?
Asal Mula Telur dan Kelinci Paskah Dalam Tradisi Perayaan Umat Kristen dan Katolik
Sebetulnya asal mula telur dan kelinci Paskah memang bukanlah dari pengajaran yang tercantum dalam Alkitab yang merupakan kitab suci umat Kristiani.
Menurut sejumlah penelitian sejarah, asal mula telur dan kelinci Paskah ini tercatat sebagai berikut:
Festival Awal Musim Semi di Eropa Utara
Menurut beberapa hasil penelitian sejarah, asal mula telur dan kelinci Paskah konon bermula dari Eropa pada Abad Pertengahan.
Kala itu, masyarakat Anglo-Saxon biasa menyelenggarakan festival awal musim semi untuk menghormati Dewi Kesuburan, yakni Dewi Eastre (beberapa menyebutnya Ishtar).
Menurut sejumlah teori, nama Dewi Eastre ini pulalah yang menjadi cikal bakal ucapan Paskah “Happy Easter” dalam bahasa Inggris.
Meski begitu, ada pula beberapa pendapat yang berbeda terkait sumber dan akar kata dari ucapan “Happy Easter” tersebut.
Konon, sosok Dewi Eastre digambarkan tengah memegang kelinci dan telur. Tingkat perkembangbiakan kelinci yang tinggi, terutama di musim semi, membuatnya dianggap cocok sebagai simbol kesuburan.
Sementara itu, telur menggambarkan suatu prospek kelahiran baru dari sesuatu yang tampaknya seperti gelap, dingin, dan mati.
Hal ini selaras dengan falsafah hadirnya musim semi, saat alam seolah terlahir kembali pasca berlangsungnya musim dingin.
Akulturasi Nilai-nilai Kristiani yang Disampaikan Oleh Para Misionaris ke Eropa dengan Kebudayaan Setempat
Menurut penelitian, peristiwa kematian dan kebangkitan Yesus terjadi bertepatan dengan awal musim semi di Eropa yang dirayakan dengan festival Eastre.
Para misionaris di benua tersebut pun lantas dengan itikad baik berupaya menyelaraskan nilai-nilai kekristenan yang mereka ajarkan dengan tradisi setempat.
Hari-hari raya Kristiani ditetapkan berlangsung pada waktu yang sama dengan penyelenggaraan festival seperti biasanya. Sejumlah simbol yang sudah dikenal (telur dan kelinci) pun tetap digunakan.
Alasannya, pengharapan hidup baru yang terkandung dalam simbol kelinci dan telur dianggap masih selaras dengan nilai-nilai kematian dan kebangkitan Yesus.
Akulturasi nilai-nilai ajaran Kristiani dengan kebudayaan masyarakat setempat inilah yang lantas menjadi asal mula telur dan kelinci Paskah.
Para misionaris berharap tindakan mereka mengadaptasi kebudayaan setempat ini dapat mendorong terjadinya lebih banyak pertobatan di kalangan masyarakat Eropa.
Tradisi Menghias Telur Paskah
Catatan sejarah mengenai asal mula telur dan kelinci Paskah ini berlanjut dengan tradisi menghias telur-telur tersebut. Konon, tradisi ini sudah berlangsung sejak awal abad ke-13.
Menurut sejumlah sumber, telur-telur tersebut mulanya dihias dengan cat merah sebagai lambang darah Yesus. Namun, telur itu lambat laun juga mulai didekorasi dengan warna-warna lainnya.
Tradisi menghias telur Paskah ini juga tertulis dalam “Stations of the Sun, A History of the Ritual Year in Britain”.
Buku karya Ronald Hutton, profesor sejarah dari University of Bristol, itu mencatat bahwa tradisi dimulai oleh Edward I dari Inggris.
Pada 1290, Edward I mewarnai dan menghias 450 telur dengan daun keemasan untuk dibagikan kepada pasukan kerajaan pada waktu Paskah.
Dua abad selanjutnya, Vatican disebut secara berkala mengirimkan telur yang terbungkus pelindung warna perak (silver egg) kepada Henry VII.
Pada akhir abad ke-19 muncullah tradisi untuk membagikan telur Paskah yang dihias tersebut kepada anak-anak. Konon, hal ini juga tertulis dalam dongeng anak-anak di Jerman.
Dongeng tersebut menceritakan bahwa kelinci Paskah akan berkeliling dengan membawa keranjang berisi telur untuk dibagi kepada anak-anak pada masa perayaan.
Meski asal mula telur dan kelinci Paskah bukanlah dari ajaran Alkitab, keberadaannya telah diterima sebagai atribut yang menambah kemeriahan perayaan.