Mobil listrik belakangan mendapatkan perhatian konsumen Indonesia sebagai kendaraan ramah lingkungan yang tidak akan terpengaruh dengan efek penipisan BBM kendaraan.
Kendaraan listrik sendiri dianggap telah menjadi solusi pengendara ditengah kenaikan harga Bahan Bakar Minyak Dunia.
Mobil listrik yang mempergunakan baterai secara penuh melalui daya listrik telah menjadi pilihan alternatif dalam pengurangan pemanfaatan bahan bakar yang semakin menipis.
Terlebih lagi ketika bahan bakar ini menipis, harganya melambung tinggi.
Kenaikan Bahan Bakar Minyak Memicu Peralihan ke Mobil Listrik
Pemerintah per Sabtu (3/9/2022) kemarin mengumumkan adanya kenaikan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) petralite, Solar, dan Pertamax.
Dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak dirasakan kuat untuk pengendara baik mobil maupun motor sebagai kendaraan sehari-hari.
Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak ini terus meninggi hingga banyak pengendara mengeluhkan karena pengeluaran untuk bahan bakar kendaraannya meningkat.
Kini berbagai alternatif dilakukan untuk mencari cara keluar dari permasalahan stok BBM menipis yang berujung kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang tidak akan terhenti.
Salah satu alternative yang diberikan pemerintah adalah dengan memberikan rekomendasi untuk mempergunakan mobil listrik yang lebih ramah lingkungan.
Pemberian rekomendasi mobil listrik ini didukung dari biaya pengisian baterai atau pengisian baterai yang lebih murah daripada harga harga bensin saat ini.
Harga pengisian baterai ini juga cenderung stabil dibandingkan dengan Kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang akan terus meninggi.
Bahkan beberapa post pengisian baterai mobil listrik mulai didirikan di beberapa kota besar di Indonesia, untuk mendukung program inisiatif pemerintah ini.
Alasan lain yang mendukung inisatif pemerintah dalam menggunakan mobil listrik adalah pada beberapa komponen mesin yang harus diganti berulang pada mobil bertangki BBM tidak ditemukan di Mobil Listrik.
Kemudian penggunaan Mobil Listrik juga sudah begitu masif, banyak penggunanya bukan hanya dari kalangan pejabat, namun juga pengusaha, influencer, artis, dan lainnya.
Sehingga pemerintah berharap dengan pengendara tidak perlu ragu atau takut untuk berganti dari mobil bertenaga Bahan Bakar Minyak pada Mobil Listrik yang ramah lingkungan.
Saat ini, pertahun 2022, ada banyak pilihan mobil listrik yang beredar di Indonesia dan telah dipergunakan oleh beberapa pengendara dari beberapa tahun lalu.
Diantaranya adalah paling banyak dari line up Hyundai melalui loniq EV, Kona EV, dan loniq 5. Namun pada tahun ini Hyundai hanya menjual untuk tipe loniq 5.
Selain mobil-mobil keluaran Hyundai, perusahaan asal Korea Selatan ada beberapa merek mobil listrik dari China yaitu DFSK yang memasarkan kendaraan niaga berbasis listrik.
Salah satunya dipergunakan di pemerintahan yaitu Gelora E sebagai kendaraan komersial listrik yang paling mahal di Indonesia.
Mobil listrik juga dipergunakan Pemerintah Indonesia sebagai kendaraan untuk para pemimpin Negara dalam perhelatan KTT G20 pada November nanti.
Mobil listrik akan diperkenalkan sebagai kendaraan utama yang dipergunakan para pemimpin Negara dalam rangkaian kegiatan pada prosesi KTT G20 nanti.
Merek mobil listrik yang akan dipergunakan nanti, adalah beberapa mobil listrik buatan Jepang, seperti Lexus UX300e.
Berbagai Merek Baru Mobil Listrik Mulai Bermunculan
Dalam parasaran mobil listrik dunia saat ini, berbagai merek mobil listrik akibat penipisan bahan bakar dunia.
Berbagai Negara berusaha mengeluarkan model mobil listrik miliknya dengan berbagai fitur dan keunggulannya masing-masing.
Produsen mobil mulai menggontorkan banyak biayanya untuk saling berkompetisi satu dan lainnya.
Hingga tahun ini, produsen terbesar mobil listrik masih dipegang Negara China yang mampu menjual hingga 10.000 unit Thailand dan beberapa Negara Asia Tenggara dan Eropa.
Salah satu produsen mobil listrik, BYD mengumumkan bahwa pada 8 September 2022 bersama dengan WHA Group akan melakukan pembelian 96 hektar lahan untuk pabrik mobil di Thailand.
Pabrik ini nantinya dipergunakan perusahaan ini untukmencapai targetnya menjual 150.000 mobil mulai datu tahun 2024.
Proyek yang sudah menghabiskan sebesar 17,9 M Bath ini rencananya akan dibuat untuk menjadi produk baru yang bertempat di Asia Tenggara.
Pemilihan Thailand ini sebagai tempat baru pembuatan dan pemasaran mobil listrik ini tidak jauh dari basis produksi dan ekspor otomotif yang mereka lakukan dibeberapa tahun terakhir.
Thailand diketahui memang memiliki rangking tinggi untuk otomotif terutama beberapa produk dari Toyota dan Honda.
Thailand diketahui baru saja melakukan keringanan pajak dan subsidinya untuk berusaha menarik produsen mobil listrik melakukan investasi di negaranya.
Tentunya berita ini menjadi menjadi angin segar bagi semua produsen mobil listrik yang tengah mencari tempat strategis pemasaran.