Peristiwa tawuran 2 massa di Tamsis Jogja hingga kini tak hanya trending di media sosial, tapi juga di laman mesin pencarian Google.
Irjen Pol. Suwondo Nainggolan, Kapolda DIY, menuturkan bahwa pihaknya sudah menangani kasus kasus tersebut.
Diduga terjadinya aksi tawuran 2 massa di Tamsis Jogja dipicu oleh penganiayaan yang dialami oleh Ali Susanto Joko Saputro.
Aksi Tawuran 2 Massa di Tamsis Jogja Libatkan Perguruan Silat PSHT dan Suporter Bola
Diketahui bahwa aksi tawuran 2 massa di Tamsis Jogja yang terjadi pada Minggu (4/6/2023) sore hingga malam.
Dua kubu massa melakukan aksi saling lempar batu yang terjadi di 2 ruas jalan, yakni Jalan Kusumanegara dan Jalan Taman Siswa atau Tamsis.
Diinformasikan bahwa pada saat terjadinya tawuran, salah satu kelompok massa mendapatkan perlawanan dari warga setempat yang geram dengan aksi tersebut.
Hingga akhirnya salah satu dari kelompok yang bertikai harus dievakuasi dengan menggunakan truk milik kepolisian.
Kerusuhan tersebut diduga sebagai buntut aksi serupa yang terjadi sebelumnya di Jalan Kenari pada Minggu sore.
Ada dugaan tawuran 2 massa di Tamsis Jogja dipicu tindak penganiayaan pada akhir Mei lalu yang terjadi di Prangtritis, Bantul.
Penganiayaan melibatkan Perguruan Pencak silat PSHT dengan sejumlah suporter klub sepak bola.
Pada Senin (29/5/2023), sekitar 200 anggota PSHT mendatangi Polres Bantul untuk meminta agar segera melakukan penangkapan terhadap pelaku pengeroyokan.
Pihak Polres Bantul mengungkapkan bahwa ketiga pelaku pengeroyokan yang terjadi di Parangtritis, Bantul, sudah ditangkap pada Selasa (30/5/2023).
Adapun ketiga pelaku adalah DP (27) warga Gedongtengen, BA (31) warga Kraton, dan HA (27) warga Jabar yang tinggal di Gamping, Sleman.
Dari hasil pemeriksaan sementara, ketiga pelaku telah mengakui melakukan penganiayaan terhadap Ali Susanto Joko Saputro. Korban sendiri merupakan anggota dari perguruan silat PSHT.
Ali juga pernah menjadi Komandan SAR Satlinmas Wilayah III Parangtritis dan juga merupakan suami dari anggota DPRD DIY, Tustiyani.
Pelaku pengeroyokan mengaku merasa tidak terima setelah korban dan warga sekitar Parangtritis menegur lantaran terganggu dengan suara musik bervolume tinggi.
Saat ditegur, ketiga pelaku tengah berpesta dengan bernyanyi-nyanyi bersama dengan supporter sepak bola lainnya.
Akibat pengeroyokan tersebut, korban alami luka pada bagian kepala dan ada luka sayatan yang diakibatkan oleh sajam di bagian tangan.