Malaysia telah mengambil langkah tegas dengan melarang peredaran buku When I Was a Kid 3.
Buku ini telah memicu kontroversi karena menggambarkan tenaga kerja Indonesia (TKI) yang bekerja sebagai asisten rumah tangga (ART) disebut sebagai monyet.
Keputusan Malaysia untuk melarang buku ini telah mendapat penghargaan dari pemerintah Indonesia, seperti yang diungkapkan oleh juru bicara Kementerian Luar Negeri RI, Lalu Muhammad Iqbal, dalam sebuah konferensi pers.
Iqbal menyatakan bahwa bahasa yang digunakan dalam buku tersebut jelas merujuk kepada pekerja Indonesia sebagai monyet.
Ini adalah pernyataan yang kontroversial dan merendahkan martabat manusia.
Pemerintah Indonesia merasa bahwa buku tersebut sangat tidak mendidik dan tidak seharusnya diterbitkan.
Kementerian Luar Negeri RI juga mengapresiasi respons cepat dari pemerintah Malaysia dalam melarang buku ini beredar di negara mereka.
Hal ini menunjukkan komitmen Malaysia untuk menjaga hubungan baik antara kedua negara tetangga.
Penulis Buku When I Was a Kid 3 Meminta Maaf
Buku When I Was a Kid 3 pertama kali diterbitkan pada tahun 2014 sebagai bagian dari seri ketiga.
Pada bulan Juni tahun ini, kelompok di Indonesia yang dikenal sebagai Corong Rakyat melakukan demonstrasi di luar Kedutaan Besar Malaysia di Jakarta untuk memprotes buku tersebut.
Mereka menganggap bahwa buku When I Was a Kid 3 ini merendahkan martabat para pekerja ART Indonesia.
Menteri Dalam Negeri Malaysia menilai bahwa buku tersebut mengandung materi yang berpotensi merugikan moralitas.
Pelarangan terhadap buku ini dikeluarkan pada tanggal 15 September.
Pemerintah Malaysia mengambil langkah melarang buku tersebut sebagai respons terhadap gelombang protes yang muncul terkait isi kontennya.
Pelarangan terhadap buku tersebut diimplementasikan setelah buku tersebut beredar selama satu dekade penuh.
Penulis buku When I Was a Kid 3 ini, Boey Chee Ming, seorang seniman Malaysia yang tinggal di Amerika Serikat.
Pada hari Kamis, tanggal 28 September lalu, Boey mengungkapkan keterkejutannya terhadap kebijakan Malaysia yang mengeluarkan larangan terhadap bukunya.
Menurut Boey, pelarangan tersebut sebagian besar dipicu oleh satu bab dalam bukunya di mana ayahnya membuat perbandingan antara pekerja rumah tangga asal Indonesia dengan monyet.
Ayahnya menggambarkan kemampuan pekerja tersebut dalam memanjat pohon kelapa dengan cepat.
Boey menyatakan bahwa ia merasa “disayangkan” atas kontroversi yang timbul.
Boey menjelaskan bahwa niatnya bukanlah untuk merendahkan pekerja tersebut, melainkan untuk memuji kemampuan luar biasa mereka dalam memanjat pohon kelapa dengan kecepatan yang mengagumkan, seperti halnya monyet.
Dia bahkan mengungkapkan bahwa ia sendiri mencoba memanjat pohon kelapa pada malam yang sama untuk melihat apakah ia bisa menirukan kecepatan tersebut.
Postingan ini ia bagikan di akun Instagramnya.