Instagram minta maaf atas kontroversi baru-baru ini yang melibatkan pengguna yang menggambarkan diri mereka sebagai warga Palestina.
Pada saat yang sama, platform media sosial ini juga dikecam karena diduga menekan konten pro Palestina.
Instagram Minta Maaf dan Janji Memperbaiki
Sebuah laporan BBC yang dirilis pada Minggu, 22 Oktober 2023, mencatat bahwa Instagram telah menambahkan kata “teroris” dalam bio pengguna yang mendeklarasikan diri mereka sebagai warga Palestina.
Langkah ini telah memicu kemarahan dari beberapa pengguna yang merasa tindakan tersebut mencoreng identitas mereka.
Tidak hanya itu, beberapa pengguna Instagram yang secara aktif mengunggah konten pro Palestina juga melaporkan bahwa mereka telah mengalami shadow ban.
Mereka mengklaim bahwa unggahan mereka terkait konflik Palestina dan Israel di fitur Stories memiliki penayangan yang signifikan lebih sedikit dibandingkan dengan unggahan lain.
Bahkan, akun mereka tampaknya sulit ditemukan dalam hasil penelusuran.
Namun, perusahaan induk Instagram, Meta, menegaskan bahwa bug yang memengaruhi penayangan Stories ini tidak ada hubungannya dengan isi konten yang diunggah.
Ini menciptakan kebingungan di antara pengguna yang merasa terkena dampak atas tindakan platform tersebut.
Sebuah pengguna Instagram dengan nama akun @khanman1996 melakukan uji coba pada bio Instagram miliknya dan membagikannya di aplikasi X (Twitter).
Meskipun bukan warga Palestina, ia mendeklarasikan diri sebagai orang Palestina dalam bio-nya.
Ia juga menambahkan bendera Palestina serta kata “alhamdulillah” dalam bahasa Arab.
Namun, ketika dia mencoba untuk melihat terjemahan, yang muncul adalah kalimat yang mengandung kata “teroris Palestina berjuang untuk kebebasan mereka.”
Atas kontroversi ini, Instagram minta maaf dan berjanji untuk memperbaiki masalah terkait terjemahan bahasa Arab yang tidak pantas di aplikasi media sosial mereka.
Instagram minta maaf dan menyatakan penyesalan mereka dan berkomitmen untuk mengatasi isu ini.
Selain itu, Meta juga menghadapi tuduhan yang semakin berkembang bahwa mereka menekan konten yang menyuarakan dukungan bagi warga Palestina selama konflik Israel-Gaza.
Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang kebijakan moderasi konten platform tersebut dan dampaknya terhadap sudut pandang politis di dunia daring.