Kabar mengejutkan datang datang dari Inggris. PM Liz Truss resmi mengumumkan pengunduran dirinya setelah 6 minggu menjabat.
Pengumuman pengunduran diri PM Liz Truss setelah Menteri Keuangan terbaru, Jeremy Hunt, membatalkan semua agenda ekonomi.
Langkah Menteri Keuangan ini di sisi lain menjadi deklarasi kegagalan politik Truss.
Sosok PM Inggris Liz Truss
Truss diangkat sebagai Perdana Menteri pada 6 September, tepatnya dua hari sebelum Ratu Elizabeth II meninggal.
Dia mendapatkan kursi setelah berhasil mengalahkan teman separtainya. Truzz mengantongi 81.326 suara, sedangkan Rushi Sunak mendapatkan suara 60.399.
Keterpilihan Truss ini akan melanjutkan kepemimpinan Boris Johnson yang mengundurkan diri Juli lalu.
Seperti diketahui, Boris Johnson mengundurkan diri setelah skandal pelecehan seksual oleh salah satu pejabatnya.
Truss bukan figur baru dalam dunia politik Inggris. Sebelumnya, wanita 47 tahun ini menjabat sebagai Menteri Luar Negeri di era Johnson.
Awal karir PM Liz Truss dimulai pada tahun 2010. Dia terpilih menjadi Anggota Parlemen Partai Konservatif mewakili Norfolk Barat Daya.
Setelah masuk ke parlemen, Truss diangkat sebagai Wakil Sekretaris Negara. Tepatnya di bulan September khusus bagian Pendidikan dan Pengasuhan Anak Parlemen.
Lalu, di Juli 2014, Truss menjabat sebagai Sekretaris Negara Urusan Lingkungan, Pangan dan Pedesaan. Jabatan ini berhasil dijalankan hingga tahun 2016.
Barulah Truss menjadi kanselir dan Sekretaris Negara untuk Kehakiman di tahun 2017 hingga Juli 2019.
Boris Johnson yang saat itu menjabat sebagai PM menunjuk Truss menjadi Menteri Luar Negeri, Persemakmuran dan Pembangunan.
Beberapa Dampak Munculnya Setelah PM Liz Truss Menjabat
Setelah Truss menjabat sebagai perdana menteri, ada beberapa dampak yang muncul. Bahkan dampaknya cukup berpengaruh terhadap keadaan ekonomi secara keseluruhan.
Kontroversi Kepemimpinan PM Liz Truss
Kepemimpinan Truss sebagai Perdana Menteri Inggris dilanda beberapa persoalan ekonomi. Salah satu yang menjadi kontroversi yaitu anggaran mini rancangan Truss bersama Menteri Keuangan.
Anggaran mini tersebut akan digunakan untuk memberikan stimulus kepada warga terdampak krisis. Krisis yang membuat biaya hidup penduduk Inggris di atas 9 persen.
Nantinya, biaya hidup akan dibiayai dengan menambah utang karena London akan membebaskan beberapa kalangan dari pajak.
Langkah anggaran mini rupanya bertentangan dengan kebijakan kenaikan suku bunga bank sentral. Akibatnya, terjadi kekacauan di pasar obligasi.
Mata uang poundsterling jatuh ke level terendah. Menteri keuangan, Kwasi Kwarteng telah mundur beberapa hari dan telah digantikan oleh Jeremy Hunt.
Dampak yang Muncul Setelah Kebijakan Ekonomi Dijalankan
Keinginan PM Liz Truss menurunkan pajak untuk pertumbuhan ekonomi substansial nyatanya memiliki dampak berbeda.
Berikut ini beberapa dampak setelah kebijakan di bidang ekonomi dijalankan, antara lain:
Kepanikan Pasar
Pasar keuangan mulai bereaksi dan tidak percaya ketika Menteri Keuangan mempresentasikan rencana Truss. Anggaran mini telah membuat nilai Pound merosot.
Sementara hasil obligasi pemerintah Inggris terus meroket. Bank of England melakukan intervensi dengan melakukan pembelian obligasi.
Sehingga BoE bisa menyakinkan para investor. Selain itu, kenaikan suku bunga pembelian rumah memperburuk krisis biaya hidup yang terjadi.
Keadaan krisis biaya hidup sudah menjangkit banyak penduduk di Inggris. Kehebohan anggaran kecil terjadi lantaran ada 3 faktor pendorong.
Pertama, rencana dari PM Lizz Truss tersebut dianggap sebagai kenekatan belaka seolah-olah menjadi hal yang diusulkan.
Faktor kedua, penipuan pemotongan pajak, termasuk pemecatan sekretaris tetap dari Departemen Keuangan tidak ada penetapan biaya.
Ketiga, keputusan anggaran mini dinilai untuk menghindari pengawasan dari Kantor Tanggung Jawab Anggaran. Ketika BoE menghentikan pembelian obligasi, Truss terdorong untuk bertindak.
Pemecatan Kwarteng dari jabatan Menteri Keuangan merupakan pendekatan yang sebelumnya disebut sebagai anti-pertumbuhan. Sebab, sebelum pengumuman terdapat perubahan, yakni tidak adanya pajak perusahaan naik.
Kehilangan Kredibilitas
Selain itu, kebijakan Truss untuk mundur dinilai telah menghancurkan kredibilitasnya. Sebelumnya, yakni 17 Oktober 2022, Hunt membalikkan apa yang tersisa dari rencana awal Truss.
Sebagian besar pemotongan pajak dari kebijakan Truss sebesar 45 miliar pound hilang. Sedangkan subsidi energi untuk 2 tahun rumah tangga dan bisnis berkisar di angka 100 miliar pound.
Selama beberapa hari sebelumnya, timbul desas-desus di sekitar Westminster mengenai kehancuran pemerintahan PM Liz Truss.
Masa jabatan tersebut tidak hanya merugikan negara melainkan reputasi Truss juga rusak. Padahal selama 6 minggu Truss memiliki kepemimpinan yang solid sebagai anggota parlemen.
Namun, saat menjalankan jabatan Perdana Menteri justru tidak melakukan apapun untuk menstabilkan keadaan ekonomi. Hal ini membuat Partai Konservatif terlihat goyah.
Kandidat Kuat Pengganti PM Inggris yang Mengundurkan Diri
Setelah pengunduran diri PM Liz Truss, maka parlemen Inggris akan menggelar pemilihan. Tepatnya minggu depan pemilihan diadakan untuk mengisi posisi Perdana Menteri.
Mengingat adanya perpecahan di Partai Konservatif, saat ini belum ada kandidat yang akan maju. Kekacauan yang terjadi di Parlemen menggambarkan situasi 24 jam yang kacau.
Berikut ini beberapa kandidat yang akan menggantikan Truss, antara lain:
Rishi Sunak
Menteri Keuangan Inggris, Rishi Sunak menjadi kandidat terkuat dan paling populer di antara anggota parlemen Konservatif.
Setelah berhasil lolos di putaran kedua, Rishi Sunak kalah dalam pemungutan suara yang melibatkan 170,000 anggota partai.
Keputusan akhir dibuat berdasarkan janji dari PM Liz Truss saat itu dengan pemangkasan pajak. Serta aturan yang menyebutkan tidak adanya pembatasan pengeluaran pemerintah.
Awalnya, Sunak telah memperingatkan rencana Truss tersebut. Pinjaman dana tambahan termasuk usulan sembrono dan bisa memperburuk kondisi inflasi selama beberapa dekade.
Setelah prediksi Sinak tersebut terbukti benar, dia menjadi sosok favorit. Terlebih lagi setelah Truss resmi mengundurkan diri.
Boris Johnson
Mantan Perdana Menteri Boris Johnson telah membayangi politik Inggris sejak lama Johnson merupakan wajah dari referendum Brexit dan memenangkan suara di beberapa negara bagian.
Namun, mantan Perdana Menteri ini meninggalkan jabatannya di awal bulan lalu setelah pemberontakan di antara kabinetnya.
Dari beberapa petunjuk yang ada, spekulasi pun muncul sejak dia mencoba kembali menjabat sebagai PMI Inggris.
Ben Wallace
Menteri Pertahanan Inggris ini menjadi salah satu menteri yang muncul dari gejolak politik baru-baru ini. Kredibilitas Ben Wallace menjadi meningkat.
Ben Wallace merupakan mantan tentara dan menjadi Menteri Pertahanan untuk Johnson dan Trust. Dia juga memiliki peranan penting Inggris dalam respon Global.
Terutama terhadap perang yang terjadi antara Rusia vs Ukraina. Kepopulerannya di kalangan anggota partai juga tidak diragukan lagi.
Di awal tahun, Ben Wallace tidak mencalonkan diri sebagai PM Inggris. Namun, saat konferensi partai konservatif baru-baru ini, dia mempertimbangkan maju menjadi PM Inggris.
Penny Mordaunt
Kandidat selanjutnya sebagai pengganti PM Liz Truss adalah Penny Mordaunt. Penny Mordaunt merupakan mantan menteri pertahanan yang mendukung penuh semangat untuk meninggalkan Uni Eropa.
Penny Mordaunt merupakan tokoh kunci dalam kampanye Brexit tahun 2016.
Mundurnya PM Liz Truss menghadirkan beberapa dampak terhadap perekonomian Inggris. Beberapa nama kandidat akan maju dalam pemilihan PM Inggris selanjutnya.