Kasus gagal ginjal akut anak merebak di Indonesia sejak beberapa bulan terakhir ini. Menurut laporan 31 Oktober 2022 lalu, jumlah kasus di Indonesia sendiri mencapai 304 anak dengan kasus kematian hingga 159 orang.
Demikian penjelasan dari juru bicara Kemenkes RI, Mohammad Syahril, dalam konferensi pers virtual pada Selasa 1 November 2022, sebagaimana dilansir dari Detikhealth.
Dari penjelasan Syahril tersebut, hingga saat ini masih ada 46 anak yang saat ini dalam perawatan, sementara 99 kasus sudah dinyatakan sembuh.
Di sisi lain fakta ini menguak tingginya tingkat kematian dari kasus gagal ginjal akut anak ini. Setidaknya dalam data yang dilaporkan tingkat kematian dari kasus ini mencapai angka 52%.
Lebih lanjut beliau juga melaporkan jumlah kasus untuk tingkatan usia. Usia terbanyak berada pada rentang 1-5 tahun dengan jumlah kasus hingga 106 anak, sementara pada usia di bawah 1 tahun hanya 21 anak.
Jumlah kasus pada usia di atas 5 tahun terbilang lebih sedikit, hingga berita dilaporkan, tercatat 23 kasus untuk rentang usia 6-10 tahun serta 9 kasus untuk rentang usia 10-18 tahun.
Mengapa Tingkat Kematian Kasus Gagal Ginjal Akut Anak Tinggi?
Dugaan kuat mengapa kasus kematian akibat gagal ginjal akut anak tinggi adalah keterlambatan diagnosis. Sejumlah gejala awal yang sulit dikenali menjadi salah satu alasan utama mengapa hal tersebut terjadi.
Gejala awal yang umumnya dikeluhkan adalah demam. Sementara demam juga bisa muncul pada anak dengan masalah flu, radang, dan penyakit infeksi lain. Pasien juga kadang mengalami reaksi mual, muntah, dan diare.
Namun, ada gejala khas yang perlu menjadi alarm penting bagi orang tau, yakni anak menjadi tidak banyak kencing atau sama sekali tidak kencing.
Bila kondisi ini terjadi orang tua harus segera menindak lanjuti. Apalagi bila kemudian urin menjadi tampak pekat dan keluar dengan tidak lancar.
Selain aspek diagnosa yang terlambat, sebenarnya hingga saat ini penyebab utama dari gangguan ini juga masih menjadi misteri.
Sejauh ini belum ada kepastian apa sebenarnya penyebab utama gangguan gagal ginjal akut anak ini. Dalam perkembangannya, Depkes telah mengerucutkan dugaan pada bahan kimia etilen glikol pada obat sirup anak.