Kembali terjadi peristiwa perundungan atau bullying pada siswa pelajar di Indonesia.
Kali ini korban perundungan merupakan anak SD kelas 2 berusia 8 tan dengan inisial MW. Korban sempat mengalami koma pasca menjadi korban perundungan.
Meski pada awalnya MW tidak mengakui peristiwa itu pada orang tuanya, tetapi orang tua MW menyadari kondisi anaknya yang mengalami sakit kepala, pusing, muntah-muntah hingga kejang.
Kemudian melarikan buah hatinya ke Rumah Sakit Islam Gondanglegi dan menemukan adanya sejumlah bukti penganiayaan pada tubuh anaknya. Termasuk luka lebam di dada dan benjolan di kepala.
Kondisi MW sempat memburuk hingga mengalami koma. Ini mendorong orang tua melakukan tindakan hukum dengan melaporkan peristiwa perundungan ke kantor kepolisian Polres Malang.
Situasi Terkini Korban Perundungan di Malang
Setelah perawatan intensif di rumah sakit, korban perundungan MW sudah mulai membaik.
MW sudah sadar dari koma, tapi sejumlah fungsi vital dalam tubuhnya masih membutuhkan perawatan intensif dulu sebelum bisa pulih total.
MW sudah bisa menceritakan kronologi peristiwa perundungan tersebut dengan jelas. Bahwa peristiwa terjadi pada 11 November di area Bendungan Sengguruh, Malang,
Penganiayaan terjadi dengan melibatkan 7 orang anak sebagai pelaku. Korban perundungan sempat mengalami pemukulan, tonjokan dada dan dipelintir.
Korban sempat setengah sadar dan ditinggal begitu saja di kawasan Sengguruh. Sementara tubuh korban merasakan nyeri akibat serangan di sejumlah titik vitalnya.
Beruntung MW sempat ditemukan oleh seorang kakek. Kemudian kakek tersebut yang mengantarkan MW untuk pulang ke rumahnya.
Sementara ini, seluruh terduga pelaku, 7 orang kakak kelas dari MW dan sejumlah saksi telah dipanggil ke kantor kepolisian. Demikian penjelasan Kasi Humas Polres Malang, Iptu Ahmad Taufik.
Pihak kepolisian masih menggali alasan dari aksi perundungan ke 7 siswa tersebut.
Pelaku perundungan tersebut merupakan kakak kelas MW sendiri dari kelas 6.
Penyidik juga mendalami kasus korban perundungan ini ke sekolah dan dengan pihak keluarga korban.
Ada dugaan lain bahwa korban sudah beberapa kali mengalami perundungan sejak kelas 1 SD.