Keinginan AS kembali gabung UNESCO (Badan Pendidikan, Sains dan Kebudayaan) PBB santer beredar.
Rencana AS kembali gabung UNESCO disebutkan akan terealisasi mulai bulan Juli mendatang.
Sebagaimana diketahui, lima tahun silam Washington sempat mengundurkan diri dari keanggotaan lantaran menganggap UNESCO terlalu berpihak kepada Palestina.
Niat AS Kembali Gabung UNESCO Disebut-sebut Terkait Dominasi China
AS kembali gabung UNESCO setelah sempat mundur ketika Palestina diterima sebagai negara anggota organisasi tersebut.
Hal ini dilakukan karena Washington menyuarakan penolakan mereka terhadap bergabungnya Palestina.
Tidak hanya AS, banyak negara Barat seperti Inggris dan Jerman yang sependapat dengan AS.
Palestina tidak diakui sebagai sebuah negara berdaulat oleh banyak negara.
Sebelum bergabung ke dalam UNESCO, AS dan Eropa berkeinginan agar kemerdekaan Palestina dicapai melalui negosiasi yang dilakukan langsung dengan Israel.
Masalah itu pun memicu Donald Trump yang saat itu sebagai Presiden AS mencabut keanggotaan AS di UNESCO bersama dengan Israel.
Namun kini AS melunak dan menyatakan keinginan AS kembali gabung UNESCO.
Direktur Jendral UNESCO, Audrey Azoulay, menilai niat AS untuk kembali menjadi anggota adalah bentuk kepercayaan.
“Bukti kepercayaan besar pada UNESCO dan kepada multilateralisme,” kata dia di hadapan perwakilan UNESCO di Paris, Prancis, Senin (12/6).
Meskipun mendapat respon positif dari Direktur Jendral UNESCO, Audrey Azoulay, terkait AS kembali gabung UNESCO.
Kepastian keanggotaan AS masih harus disetujui dalam pencoblosan yang melibatkan 193 negara anggota.
Meskipun jika ditilik berdasarkan sejarah, AS merupakan salah satu pendiri UNESCO.
Disebutkan salah satu faktor pemicu kembalinya AS adalah pengaruh China di UNESCO, terutama menyangkut isu kekinian.
Kehawatiran itu juga disampaikan Menteri Luar Negeri Antony Blinken, yang mengatakan absennya AS memungkinkan China mendiktekan regulasi terkait kecerdasan artifisial.
“Saya sangat meyakini bahwa kita harus kembali ke UNESCO, bukan sebagai kado kepada UNESCO, tetapi karena segala sesuatu yang diputuskan di UNESCO bernilai penting,” katanya di hadapan komite Senat.
“Mereka sedang merancang regulasi, norma dan standar untuk kecerdasan buatan. Kami ingin ikut terlibat,” jelasnya.
Jin Yang yang merupakan duta besar Cina untuk UNESCO mengatakan pihaknya mengapresiasi upaya UNESCO memulihkan keanggotaan AS.
Ia mengakui adanya “dampak negatif” dari absennya Amerika Serikat.
“Status keanggotaan di sebuah organisasi internasional adalah isu serius dan kami berharap bahwa kembalinya AS kali ini akan dibarengi pengakuan kepada misi dan sasaran organisasi ini,” tutur Yang.