Banjir Malang Selatan yang terjadi Senin, 17 Oktober 2022 lalu telah mengakibatkan beberapa daerah di kabupaten itu terendam. Longsor pun dikabarkan telah menimpa sejumlah wilayah.
Hingga saat ini Tim SAR masih berupaya untuk membantu warga yang terdampak banjir Malang Selatan.
Beruntung, selain kerugian materiil, tidak ada laporan terjadi korban jiwa.
Kronologi dan Penyebab Terjadinya Banjir Malang Selatan
Banjir yang menimpa Malang Selatan ini konon berawal sejak Sabtu, 15 Oktober 2022 lalu. Turunnya hujan deras hingga Minggu (16/10/2022) pun membuat kondisi semakin parah.
Tingginya intensitas hujan ini juga berbarengan dengan naiknya pasang air laut.
Akibatnya, aliran sungai Pangururan yang meluap pun jadi terhambat dan berakhir membanjiri pemukiman warga.
Pada Senin, 17 Oktober 2022 lalu, ketinggian air dilaporkan mencapai 1,5 m sampai 2 meter. Sejumlah besar warga yang rumahnya terendam banjir pun terpaksa harus menjalani evakuasi.
Data Korban dan Daerah Terdampak Banjir Malang Selatan
Menurut catatan sejumlah sumber, ada delapan desa yang menjadi korban dari bencana banjir Malang Selatan dan longsor ini.
Desa-desa tersebut tersebar di lima wilayah kecamatan kabupaten Malang.
Desa yang terdampak paling parah adalah desa Sitiarjo, kecamatan Sumbermanjing Wetan. Menurut seorang warga, air yang menggenangi pemukiman berasal dari Pancursari yang letaknya lebih tinggi.
Selain itu, ada pula desa Sidoasri dan Tambakrejo di wilayah kecamatan yang sama. Selanjutnya, ada desa Sumbermanjing Kulon (Pagak) serta Sumberoto (Donomulyo).
Terakhir, ada desa Lebakharjo di kecamatan Ampelgading, serta Pujiharjo dan Purwodadi di kecamatan Tirtoyudo.
Hasil kajian cepat tim penanggulangan bencana yang berada di lapangan memperkirakan ada 4.107 jiwa yang ikut terdampak. Jumlah itu berarti sekitar 1.369 Kepala Keluarga (KK).
Kilas Catatan Mengenai Terjadinya Banjir Malang Selatan 2022
Banjir Malang selatan hari ini 2022 nyatanya bukanlah yang pertama kali terjadi dalam tahun yang sedang berjalan. Sebelumnya, musibah serupa sempat terjadi pada bulan September.
Kala itu, curah hujan yang tinggi juga mengakibatkan sungai Pangururan meluap dan membanjiri wilayah desa Sitiharjo. Ketinggian air saat itu berkisar antara 20 cm hingga 1 meter.
Banjir tersebut menyebabkan akses jalan dari Pasar Sitiarjo ke arah Gunung Tumo terputus. Selain itu, sekitar 28 rumah ikut terdampak dan 12 di antaranya terendam.
Pihak BMKG (Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika) pun mencatat adanya potensi curah hujan tinggi di daerah Malang sejak September lalu.
Menindaklanjuti data tersebut, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Malang lantas mengeluarkan surat edaran mengenai peringatan adanya potensi bencana hidrometeorologi.
Pihak BPBD (Badan Penanggulangan Bencana Daerah) pun kemudian menyatakan Malang dalam status siaga bencana hidrometeorologi pada awal Oktober 2022 lalu.
Sekilas Informasi Mengenai Bencana Hidrometeorologi
Sesuai namanya, bencana hidrometeorologi adalah bencana yang terjadi akibat faktor-faktor yang termasuk dalam parameter hidrometeorologis.
Faktor-faktor tersebut antara lain curah hujan, temperatur, kelembaban udara, dll.
Selain banjir dan tanah longsor seperti yang menimpa Malang, bencana meteorologi lain dapat berupa kekeringan, angin puting beliung, badai, dsb.
Dampak dari terjadinya bencana ini antara lain berupa kerusakan berbagai sarana dan prasarana, timbulnya wabah penyakit, bahkan menyebabkan korban jiwa.
Mengingat dampak dari bencana ini sangatlah signifikan, tentunya penting bagi kita untuk melakukan berbagai upaya pencegahan atau mitigasi.
Menurut BNPB, ada beberapa tindakan yang bisa dilakukan oleh masyarakat untuk berpartisipasi dalam upaya mitigasi bencana hidrometeorologi, yaitu:
Tidak membuang sampah di sembarang tempat
Sampah yang berserakan dapat beresiko terbawa angin dan akhirnya menumpuk di selokan atau sungai sehingga mengganggu arus aliran air.
Oleh karena itu, sangat penting bagi kita untuk selalu menjaga lingkungan agar tetap bersih.
Membersihkan selokan, saluran air, serta sungai secara berkala
Meski telah berupaya mencegah, ada kalanya kita tak dapat mengelakkan adanya sampah yang berakhir menumpuk di selokan atau sungai.
Satu-satunya cara untuk mengatasi hal ini tentunya dengan mengeruk dan melakukan upaya pembersihan.
Melakukan upaya penanaman pohon
Selain mengikat air tanah, pepohonan juga dapat memperkokoh konstruksi lahan di daerah pegunungan maupun pesisir.
Pepohonan ini pun dapat mengurangi efek gas rumah kaca yang mengakibatkan perubahan iklim dan meningkatkan resiko terjadinya bencana hidrometeorologi.
Memangkas dedaunan atau ranting dari pohon-pohon besar
Meski memiliki banyak manfaat positif, pepohonan yang terlalu besar bisa jadi akan berbahaya, terutama di musim yang berangin kencang.
Dahan atau ranting yang patah serta pohon yang tumbang dapat menyebabkan berbagai hambatan, bahkan kecelakaan. Jadi, sebaiknya Anda rutin melakukan pemangkasan.
Mengapa Wilayah Malang Selatan Rawan Banjir dan Tanah Longsor?
Kondisi geografis Malang sebelah selatan yang tergolong sebagai dataran rendah dan dekat dengan pesisir membuatnya berpotensi mengalami banjir.
Seperti yang Anda ketahui, air dari pegunungan atau dataran tinggi akan selalu mengalir ke dataran rendah kemudian bermuara ke laut.
Curah hujan yang tinggi akan menyebabkan debit air yang mengalir ke dataran rendah tersebut makin bertambah.
Di sisi lain, timbulnya pasang akan menghambat aliran air untuk masuk ke laut. Alhasil, air itu akan terjebak di wilayah dataran rendah sehingga menimbulkan banjir.
Intensitas hujan yang tinggi juga dapat mengganggu kestabilan tanah di lereng pegunungan atau dataran tinggi. Terutama jika lerengan tersebut gundul dan tidak ditumbuhi pepohonan.
Apabila terguyur hujan terus menerus, tanah tersebut dapat ikut luruh ke bawah sehingga mengakibatkan bencana longsor.
Penanganan Korban Banjir Malang Selatan
Menanggapi terjadinya banjir dan longsor di wilayah Malang Selatan ini, sejumlah personel tanggap darurat bersama relawan pun dengan sigap membantu.
Upaya penyelamatan mula-mula difokuskan pada desa Sitiharjo sebagai daerah yang terdampak paling parah.
Sejumlah perahu karet dan alat berat pun diturunkan untuk membantu proses evakuasi.
Warga terutama diarahkan untuk mengungsi ke rumah tetangga atau keluarga yang lebih aman.
Hal ini tampaknya dinilai lebih efisien ketimbang mendirikan tenda darurat.
Sejumlah relawan pun lantas ikut membantu memenuhi kebutuhan logistik para pengungsi ini.
Bantuan tersebut antara lain berupa air bersih, makanan siap saji, serta peralatan kebersihan.
Informasi Penanggulangan Banjir Malang Selatan Hari Ini
Menurut informasi, pihak BPBD akan mulai mengalihkan fokus penanganannya ke desa Lebakharjo, Pujiharjo, dan Purwodadi mulai Selasa (18/10/2022).
Selain Sitiharjo, ketiga desa tersebut memang terpantau mengalami dampak banjir dan longsor yang paling parah ketimbang desa-desa lainnya.
Hujan saat ini terpantau sudah mulai mereda sehingga ketinggian air pun mulai surut.
Sejumlah warga pun kabarnya telah bersiap-siap untuk kembali ke rumah mereka masing-masing.
Kabar baik lainnya, hingga saat ini PMI tidak mencatat adanya laporan korban jiwa atau luka dalam musibah yang menimpa Malang.
Penyebab banjir Malang Selatan ini memang tergolong faktor alam yang berada di luar kendali manusia. Namun, dengan upaya mitigasi, niscaya kita bisa meminimalkan dampak negatifnya.