Ratusan orang suku Kurdi, turun ke jalan sebagai bentuk protes akibat penembakan yang menyerang suku Kurdi. Demo rusuh di Paris, Perancis, tersebut mengakibatkan 11 petugas terluka.
Tidak hanya melukai petugas polisi, tapi demo rusuh di Paris tersebut juga merusak banyak mobil yang saat itu berada di lokasi kejadian.
Akibat dari kerusuhan tersebut, polisi anti huru-hara menembakan gas air mata untuk mengusir demonstran yang semakin tak terbendung.
Aksi demo rusuh di Paris yang dihadiri oleh ratusan orang dari keturunan suku Kurdi ini menjadi bentuk protes penembakan yang diduga berdasarkan rasisme.
Aksi Demo yang Dihadiri Oleh Ratusan Orang
Akibat dari penembakan yang menewaskan tiga orang tersebut, ratusan orang keturunan Kurdi yang berada di Paris langsung melakukan demonstrasi.
Karena massa yang semakin tak terbendung, pihak kepolisian akhirnya menembakkan gas air mata untuk meredamnya.
Demo rusuh di Paris ini pun akhirnya melukai setidaknya 11 petugas Polisi. Walau begitu, aksi demo tidak memakan korban sama sekali dari sisi warga.
Penembakan Terjadi di Pusat Kebudayaan Kurdi, Paris
Penembakan dilakukan oleh seorang pria berusia 69 tahun yang langsung menembaki sekelompok orang di Ahmet Kaya, yakni pusat Kebudayaan Kurdi di Paris.
Pelaku pun segera dibekuk oleh beberapa orang yang berada di lokasi kejadian ketika ia mencoba untuk mengisi kembali peluru dari senjata yang digunakan.
Investigasi pun dilakukan untuk menyelidiki motif sebenarnya dari serangan tersebut.
Pihak jaksa menyatakan bahwa tersangka saat ini sudah ditahan namun dirawat di rumah sakit karena beberapa luka di wajahnya.
Terjadi Bentrok Antar Polisi dan Warga
Ratusan warga mencoba menerobos barisan polisi yang melindungi Menteri Dalam Negeri Prancis, Gerald Darmanin, saat tiba di lokasi demonstran.
Tidak hanya mencoba menerobos barisan polisi saja, tapi demo rusuh di Paris, membuat warga juga melempari beberapa benda dan membakar sampah.
Kaca beberapa mobil yang saat itu berada di lokasi juga pecah, termasuk kendaraan polisi karena pengunjuk rasa yang melempar batu akibatnya demo rusuh di Paris, tak bisa dihindari.
Demi mengamankan barikade, pihak kepolisian pun membalas dengan menembakan gas air mata.
Penjelasan Saksi dan Menteri Dalam Negeri Kepada Wartawan
Ada beberapa orang yang menjadi saksi dari penembakan sebelum terjadinya demo rusuh di Paris, termasuk seorang yang bekerja sebagai penjaga toko di daerah tersebut.
Ia menggambarkan bahwa pelaku adalah seorang kulit putih dan menembakan tujuh sampai delapan tembakan.
Panik dan ketakutan, saksi mata tersebut akhirnya mengunci diri di dalam toko miliknya sampai beberapa saat.
Penjelasan Menteri Dalam Negeri Pada Wartawan
Kepada wartawan yang saat itu berada di lokasi kejadian penembakan, Menteri Dalam Negeri, menjelaskan terkait kejadian penembakan tersebut.
“Jelas menargetkan orang asing.” Namun, dia menambahkan bahwa “tidak pasti” pria itu bertujuan untuk membunuh “orang Kurdi khususnya” ungkap Gerald Darmanin.
Saksi Orang Kurdi
Mehmet Dilek, yang juga seorang keturunan Kurdi menjelaskan bahwa dirinya mendengar beberapa suara tembakan yang diikuti dengan tangisan pada seberang pusat kebudayaan.
“Ini mungkin mengejutkan bagi seseorang yang tidak pernah memiliki kekhawatiran dalam hidup mereka. Tapi kami tumbuh di bawah ancaman senjata dan bom, begitulah kehidupan bagi kami orang Kurdi,” ungkap Dilek.
Keterangan Jaksa Paris
Setelah dilakukan penyidikan dan interogasi, pihak jaksa pun mengungkapkan bahwa tidak ada bukti yang menjelaskan pelaku memiliki gerakan terkait ideologi ekstrem.
“Tidak ada bukti pada tahap ini untuk menghubungkan [tersangka] dengan gerakan ideologis ekstremis mana pun,” tuturnya.
Walau begitu, pihak jaksa juga mengatakan bahwa pelaku sebelumnya pernah berurusan dengan pihak berwajib pada tahun 2016 dan 2017.
Kasusnya hampir sama, yakni karena penyerangan dan juga kepemilikan senjata ilegal.
Sebelumnya pelaku sudah dibebaskan pada 12 Desember, usai menjalani penahanan pra-sidang yang terjadi selama satu tahun.
Selain itu, pelaku juga pernah menikam dua orang migran dalam sebuah kamp migran dan merusak beberapa tenda camp yang berada di taman Bercy, Paris.
Sedangkan pada tahun 2016, pria tersebut juga dihukum oleh pengadilan Seine-Saint-Denis karena kekerasan bersenjata.
Satu tahun setelahnya, ia juga dihukum penjara selama enam bulan karena memiliki senjata api tanpa izin atau ilegal.
Persiden Prancis yang Mengutuk Insiden Tersebut
Penembakan tersebut langsung membuat presiden Prancis angkat bicara.
Melalui media sosial Twitter miliknya, Emmanuel Macron mengutuk insiden tersebut.
Ia juga mengatakan bahwa orang Kurdi yang berada di Prancis menjadi target serangan keji.
Wali Kota Paris yang Angkat Bicara
Tidak hanya presiden, tapi Wali Kota Paris, juga ikut angkat bicara.
“Kurdi, di mana pun mereka tinggal, harus bisa hidup dalam damai dan aman,” ungkap Wali Kota Paris, Anne Hidalgo melalui media sosial Twitter, miliknya.
“Sekarang, lebih dari sebelumnya, Paris ada di sisi mereka di masa-masa kelam ini,” sambung Hidalgo.
Identitas Pelaku Yang Sebenarnya
Pihak kepolisian tidak berbicara lebih jauh terkait identitas lengkap tersangka, hanya menjelaskan dengan singkat saja.
Setelah berhasil diamankan, diketahui pelaku adalah seorang pria berkulit putih berusia 69 tahun yang adalah seorang pensiunan kondektur.
Pelaku Diduga Hanya Menargetkan Orang Kurdi
Bukan tanpa alasan terjadinya demo rusuh di Paris yang dihadiri oleh ratusan orang.
Alasan paling kuat kenapa ratusan orang Kurdi turun ke jalan tentu karena penembakan tersebut hanya melukai orang Kurdi saja.
Juan-Golan Eliberg, seorang seniman yang bekerja di pusat budaya menjelaskan bahwa pelaku hanya menargetkan orang Kurdi saja.
Saat itu, pelaku melepaskan beberapa tembakan pada wilayah yang menjadi ibu kota Paris yang sangat sibuk.
Seketika kepanikan dan tangisan terjadi saat banyak orang mendengar tembakan tersebut.
Komunitas Suku Kurdi di Paris yang Kecewa
Akibat penembakan tersebut, juru bicara dari komunitas Kurdi Agit Polat mengatakan, bahwa pemerintah sudah gagal melindungi kaum imigran, khususnya orang Kurdi.
“(Pemerintah) sekali lagi gagal melindungi kami. Bagi kami, ini adalah serangan teroris,” katanya.
Bukan Pertama Kalinya Suku Kurdi Menjadi Korban Penembakan
Alasan kekecewaan masyarakat Kurdi kepada pemerintah tentu hal ini terjadi bukan pertama kalinya.
Sebelumnya pada Januari 2013, telah terjadi penembakan pada area Kurdish Center yang menewaskan tiga aktivis perempuan.
Salah satu korban tersebut adalah Sakine Cansiz, yakni pendiri dari Partai Pekerja Kurdistan atau lebih dikenal dengan PKK.
Centre Ahmet Kaya
Center Ahmet Kaya sendiri adalah sebuah pusat kebudayaan yang selama ini menjadi badan amal dan menyelenggarakan berbagai pameran serta konser.
Selain itu, pusat kebudayaan Kurdi ini juga membatu diaspora dari masyarakat Kurdi dan keturunan Kurdi yang berada di Paris, Perancis.
Masyarakat Kurdi di Eropa juga sering mengalami diskriminasi dari berbagai hal, termasuk dianggap sebagai teroris tanpa alasan yang jelas.
Jadi, tidak heran kalau ada banyak orang Kurdi yang akhirnya turun ke jalan demi melindungi hak mereka walau harus berakhir dengan demo rusuh di Paris.