Saat ini marak terjadi Kasus HIV di Kota Bandung dengan catatan kasus yang tertinggi di provinsi jawa barat.
Total jumlah 410 kasus dari total 3.744 Kasus berdasarkan data Dari Dinas Kesehatan Provinsi Jawa Barat pada bulan Januari hingga bulan Juni tahun 2022.
Kasus HIV AiDS di kota Bandung dengan mayoritas terjadi pada Mahasiswa hingga Ibu Rumah Tangga.
Hal ini menjadi keresahan yang terjadi di sekitar Masyarakat karena Kasus HIV AIDS merupakan salah satu Penyakit yang Mematikan.
Dari kasus tersebut dapat kita bahas mengenai fakta-fakta terkait kasus HiV AIDS di Kota Bandung saat ini, apa saja fakta terkait kasus tersebut? Berikut kita simak ulasannya.
Muncul Gejala Baru kasus HIV AIDS yang menyerang Ratusan Mahasiswa Bandung
Berdasarkan Informasi dari laman Healthline, gejala atau tanda dari HIV AIDS yang disebut dengan sindrom retroviral akut yaitu muncul gejala yang mirip dengan orang yang terkena flu.
Gejala kasus penyakit tersebut telah menyerang sebanyak 407 mahasiswa bandung positif HIV atau sekitar 6,97 persen dari total kasus HIV yang terjadi di provinsi jawa barat.
Gejala awal pengidap kasus tersebut biasanya akan berkembang dalam kurun waktilu 2 hingga 4 minggu setelah penularan, namun ada beberapa kasus yang tidak mengalami gejala awal.
Kemudian gejala tersebutbakan hilang sekitar 10 hingga 15 tahun, walaupun gejala tersebut hilang, virus HIV tereebut masih ada di dalam tubuh.
Hal ini karena virus HIV merupakan kondisi kesehatan yang memerlukan perawatan secara khusus.
Gejala awal virus HIV yang muncul lainnya seperti sakit kepala, demam, kelelahan,
nyeri sendi, kehilangan nafsu makan, pembengkakan kelenjar getah bening, sakit tenggorokkan dan gejala lainnya.
Kementrian Kesehatan memberikan klarifikasi terkait kasus HIV AIDS yang terjadi di Kota Bandung
Dalam kasus yang terjadi pada mahasiswa sebanyak 407 kasus yang mengidap HIV.
Direktur Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) Kementrian Kesehatan Maxi Rein Rondonuwu memberikan klarifikasi bahwa jumlah kasus tersebut merupakan jumlah total kasus sejak tahun 1991.
Sehingga jumlah kasus tersebut merupakan data kasus yang terjadi selama 31 tahun.
Berdasarkan data pengidap HIV oleh Kemenkes sejak tahun 1991 hingga bulan Agustus 2022.
Dari total 10.700 kasus, sebanyak 407 kasus berisiko tinggi dari kalangan mahasiswa.
Maxi mengatakan bahwa kasus tersebut mengalami kenaikan tidak terlalu tinggi,
karena pada tahun 2019 kasus tersebut mengalami kenaikan yang cukup tinggi yaitu 25 kasus dalam satu tahun.
Kemudian Maxi juga mengatakan bahwa Pemerintah Provinsi Jawa Barat dan
Pemerintah Kota Bandung termasuk daerah yang memiliki program penanggulangan HIV AIDS yang sangat baik.
Kota Bandung sangat intensif dalam melakukan skrining terutama pada populasi kasus yang marak terjadi saat ini yaitu di kalangan mahasiswa.
Seluruh kasus yang terkait virus tersebut, menurut Kemenkes telah diobati menggunakan Antiretroviral (ARV) untuk mengurangi risiko penularan HIV,
untuk menghambat infeksi oportunistik serta meningkatkan kualitas hidup pengidap HIV
Sehingga dapat menurunkan jumlah virus di dalam darah hingga tidak terdeteksi.
Kemenkes juga mendorong seluruh pemerintah wilayah jawa barat untuk melakukan proses intensif pelacakan kasus yang menyerang warga jawa barat.
Serta pentinganya kesadaran antara anggota masyarakat agar pengidap HIV dapat
memahami mengenai risiko penyakit sehingga dapat melakukan akses layanan
pengobatan untuk mempertahankan kualitas hidup bagi penderita.
Pendapat Pakar Kesehatan terkait Kasus HIV AIDS yang menyerang Ibu Rumah Tangga di Kota Bandung
Selain kalangan mahasiwa, juga terdapat kalangan Ibu Rumah tangga yang mengidap HIV.
Kasus tersebut juga marak terjadi dan menggemparkan masyarakat sekitar kota bandung.
Prof. Zubairi Djoerban selaku Pakar Kesehatan mengatakan bahwa Ibu rumah tangga yang terinfeksi virus HIV terjadi karena terinfeksi virus HIV dari suami, penggunaan narkoba atau menjadi PSK karena tuntutan ekonomi.
Prof. Zubairi yang merupakan Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia memberikan perhatian kepada masyarakat agar tidak memberikan stigma kepada pengidap HIV AIDS atau yang disebut dengan ODHA.
Prof. Zubairi memberikan saran agar masyarakat dapat mendukung pengidap HIV untuk sembuh.
Kemudian untuk pengidap HIV untuk terus minum obat ARV secara rutin, sehingga juga virus HIV dapat dicegah dan Pengidap dapat bertahan hidup seperti biasanya.
Kasus HIV yang terjadi di kota Bandung dapat menjadi pelajaran dan hikmah bagi kita agar selalu menerapkan pola hidup sehat agar kualitas hidup sehat kita dapat terjaga dengan baik.