Saat membuka search engine terbesar hari ini, tampilan Google Doodle Sapardi Djoko Damono akan menyambut penglihatan setiap orang.
Tentunya Google Doodle Sapardi Djoko Damono bukan asal ditempatkan di laman pembuka Google. Namun, tujuan doodle ini untuk memperingati ulang tahun ke-83 sastrawan Indonesia ini.
Dalam Google Doodle Sapardi Djoko Damono ditampilkan sosok kartun lelaki berusia 83 tahun yang sedang memegang payung.
Dalam genggaman lelaki itu tergenggem sebuah buku berwarna coklat dan topi pet khas dirinya.
Latarnya terdapat pepohonan dengan daun-daun hijau dan langit biru kelabu yang menentramkan.
Gambar kartun yang digambarkan sosok penulis puisi “Yang Fana adalah Waktu” itu juga menampilkan kacamata khas yang kerap dikenakannya. Sangat pas sekali menggambarkan karakter dirinya.
Dalam keterangannya, Google juga menulis bahwa Sapardi adalah penyair yang merevolusi puisi liris di Indonesia.
Google Doodle Sapardi Djoko Damono, Ini Profilnya
Sapardi Djoko Damono (lahir pada 20 Maret 1940) adalah seorang penyair, esais, dan penerjemah sastra Indonesia.
Ia dikenal sebagai seorang penyair modernis yang mampu menangkap esensi kehidupan sehari-hari dalam karyanya.
Lahir di Solo, Jawa Tengah, Damono belajar di Universitas Gajah Mada di Yogyakarta, di mana ia meraih gelar dalam sastra Inggris.
Ia memulai karirnya sebagai dosen di Universitas Indonesia di Jakarta, di mana ia mengajar sastra Inggris dan menulis kreatif selama bertahun-tahun.
Selain karirnya sebagai penulis, Damono juga dikenal sebagai penerjemah karya sastra dari bahasa Inggris ke bahasa Indonesia, termasuk karya-karya klasik seperti karya William Shakespeare dan Samuel Beckett.
Ia juga pernah menjadi redaktur majalah sastra Horison.
Damono telah menerbitkan sejumlah karya sastra, termasuk puisi, esai, dan cerpen.
Beberapa karya terkenalnya antara lain “Hujan Pagi”, “Perahu Kertas”, dan “Pada Suatu Hari Nanti”.
Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam bahasa Inggris, Jerman, Prancis, Belanda, Jepang, dan sejumlah bahasa lainnya.
Damono telah menerima berbagai penghargaan, termasuk Hadiah Sastra Pusat Bahasa pada tahun 1981, Hadiah Seni dari Pemerintah Jerman pada tahun 1997, dan Hadiah Achmad Bakrie pada tahun 2003.