Kementerian Kesehatan Jepang setujui pil aborsi pertama dan akan segera membuka jalan untuk penjualan resminya.
Hingga saat ini, proses aborsi di negara matahari terbit tersebut terbatas melalui prosedur pembedahan.
Jepang Setujui Pil Aborsi Setelah Seruan Isu Kesetaraan Gender
Dilansir dari Mainichi, Jepang setujui pil aborsi bernama Mefeego yang dikembangkan oleh perusahaan farmasi Linerpharma International Ltd asal Inggris.
Pil aborsi ini diharapkan menjadi pilihan baru yang akan meringankan tekanan fisik serta mental terhadap wanita.
Kementerian Kesehatan Jepang telah menyetujui jenis pil ini setelah proses mengumpulkan opini publik. Pengambilan keputusan ini dilakukan sangat hati-hati di tengah kekhawatiran kemungkinan efek samping.
Pertemuan untuk membahas pil aborsi dijadwalkan akhir Maret 2023, akan tetapi tertunda setelah kementerian kesehatan menerima 12.000 komentar publik.
Pil aborsi tersebut dapat menghentikan kehamilan usia 63 hari karena terbuat dari kombinasi mifepristone. Pil ini diklaim dapat merangsang kontraksi rahim.
Dilakukan pengujian bersifat domestik terhadap 120 wanita yang memilih aborsi. Sebanyak 93 persen berhasil menghentikan kehamilan.
Hanya memerlukan waktu 24 jam setelah mengkonsumsi pil sudah merasakan hasilnya.
Gejala yang ditunjukkan setelah konsumsi pil yaitu sakit perut atau muntah yang tergolong ringan.
Sedangkan 4 kasus mengalami gejala parah, seperti pendarahan hingga infeksi bakteri.
Persetujuan atas penggunaan pil aborsi di Jepang menandai kemajuan untuk hak-hak reproduksi wanita atau kesetaraan gender.
Faktor perdebatan harga dan persetujuan pasangan akan mempengaruhi keputusan penggunaan pil aborsi.
Faktanya, pil aborsi Mefeego tidak akan ditanggung oleh asuransi kesehatan nasional Jepang.
Selain itu, wanita diharuskan menggunakan pil ini di bawah pengawasan medis.
Tentunya hal ini akan menyebabkan biaya menjadi lebih besar jika dibandingkan memilih aborsi melalui prosedur pembedahan.
Selain itu, jika dilihat dari segi harga, tidak semua dapat menggunakan pil aborsi ini. Harga pil aborsi diperkirakan sekitar 780 hingga 1400 yen atau Rp22 juta.
Sedangkan untuk prosedur pembedahan hanya memerlukan biaya Rp22 juta. Faktor lain yang masih menjadi perdebatan, yaitu UU kesehatan Ibu di Jepang.
Prosedur aborsi harus melalui persetujuan pasangan. Bahkan, di beberapa kasus persetujuan pasangan dapat menghalangi pelaksanaan aborsi.
Meskipun Kementerian Kesehatan Jepang setujui pil aborsi, namun masih ada beberapa konsekuensi yang harus dihadapi di masa mendatang.