Kematian massal lumba-lumba sungai di Amazon dalam beberapa hari terakhir telah menimbulkan kekhawatiran akan dampak dari peningkatan suhu global yang dapat melebihi batas toleransi spesies di daerah yang rentan.
Kejadian ini terjadi di Danau Tefé, Amazonas, Brasil, di mana suhu air saat ini seperti air panas, mengapungkan bangkai lumba-lumba dan ribuan ikan yang mati.
Peningkatan suhu ini merupakan hasil dari kekeringan berkepanjangan yang mengeringkan sebagian besar air di wilayah tersebut.
Perubahan Iklim Picu Kematian Massal Lumba-Lumba
Komunitas kecil di negara bagian Amazonas menggambarkan peristiwa kematian massal lumba-lumba sebagai sesuatu yang mirip dengan kiamat, menciptakan gambaran apokaliptik.
Daniel Tregidgo, seorang peneliti Inggris yang tinggal di daerah tersebut, menggambarkan suasana mencekam yang mencerminkan perubahan iklim seperti di film fiksi ilmiah.
Ia merasa terpukul oleh kematian massal lumba-lumba sungai, yang merupakan ciri khas hidup di jantung Amazon dan selalu mengingatkannya akan keindahan lingkungan tempat tinggalnya.
Ayan Fleischmann, seorang peneliti geosains di Mamirauá Institute, menyebutkan bahwa penyebab kematian massal lumba-lumba ini sedang diselidiki.
Termasuk kemungkinan penyakit dan kontaminasi limbah.
Namun, tingginya suhu dan kedalaman air tampaknya menjadi faktor utama yang berperan dalam tragedi ini.
Peningkatan cuaca ekstrem telah melanda Brasil dalam beberapa bulan terakhir sebagai akibat dari gangguan iklim yang disebabkan oleh manusia dan El Niño.
Wilayah selatan mengalami banjir hebat akibat hujan deras, sementara wilayah utara dilanda kekeringan yang parah.
Ketinggian air di Amazon, sungai terbesar di dunia, terus turun setiap hari.
Saat ini, kedalaman rata-rata di Manaus turun hingga 4,4 meter dari puncak musim hujan.
Angka ini jauh di bawah rata-rata dan tidak masuk akal menurut ahli biologi setempat.
Krisis air ini berdampak pada populasi manusia, terutama di Tefé, di mana sekitar 70 ribu orang tinggal.
Mereka menghadapi kesulitan mendapatkan pasokan makanan dan bahan bakar karena perahu yang biasa digunakan untuk transportasi terhambat oleh rendahnya kedalaman air.
Para pejabat setempat telah mengajukan petisi kepada pemerintah federal di Brasília untuk meminta bantuan kemanusiaan karena kekeringan yang diperkirakan akan berlanjut hingga bulan Oktober.
Lumba-lumba sungai di Amazon dianggap sebagai indikator kesehatan sungai dan memiliki status semi-mitologis dalam budaya tradisional.
Sayangnya, mereka terancam punah, dengan International Union for the Conservation of Nature (IUCN) mengklasifikasikannya sebagai spesies terancam punah.
Dengan adanya tragedi kematian massal lumba-lumba ini, penting untuk segera meresponsnya dan menggarisbawahi pentingnya deklarasi global tentang lumba-lumba sungai yang akan ditandatangani pada tanggal 24 Oktober mendatang.