Melansir penelitian yang dilakukan Indef, kenaikan harga BBM per 9 Desember membuat lonjakan persentase inflasi. Indef sendiri merupakan Institute for Development of Economics and Finance.
Bahkan sebelum kenaikan dilakukan, inflasi memang telah terjadi sejak usai pandemi Covid19. Naiknya harga-harga mulai dirasakan masyarakat dari bulan September lalu.
Apabila data-data itu ditotal, maka akan mendapat angka kenaikan sejumlah 7,7 persen dari angka tahunannya.
Hal senada dibenarkan peneliti Centre of Industry, Trade, and Investment Indef yakni Ahmad Heri Firdaus. Pihaknya melakukan kalkulasi terhadap dampak kenaikan BBM yang terjadi saat ini.
Didapat korelasi antara kenaikan harga BBM per 9 Desember dengan melonjaknya angka inflasi Tanah Air.
Meskipun pemerintah juga telah menggelontorkan dana bantuan senilai 24.7 triliun, namun lonjakan tetap akan terjadi.
“Inflasi tahunan tetap akan terjadi kurang lebih sebanyak 7.7persen akibat adanya kenaikan BBM,” ujar Ahmad kepada media.
Selain kabar kenaikan BBM, isu kebijakan yang tidak lagi mengadakan daya 450VA turut memperkeruh keresahan.
Apalagi pemberlakuan tersebut terjadi ketika masyarakat baru saja sedikit bernafas lega karena PPKM.
Naiknya inflasi sebesar 1.86 persen pada bulan September 2022 kini semakin terasa anemonya. Di mana dampak tersebut tentunya tetap akan dirasakan selama beberapa bulan ke depan.
Angka ini terus mencuat dengan pertambahan sebanyak 1.2 persen pada Oktober 2022. Kenaikan masih berlanjut lagi sebanyak 0.8 persen pada November.
Sedangkan pada Desember ini, inflasi masih melonjak sebesar 0.9 persen dari sebelumnya.
Ahmad juga menyampaikan lonjakan inflasi yang terjadi pada September itu dampaknya diperkirakan akan terus terasa. Jadi pada awal bulan 2023 hal ini masih sangat berdampak.
Kenaikan Harga BBM Per 9 Desember dan Inflasi: Kemiskinan Meningkat
Fenomena inflasi yang dibarengi dengan kenaikan harga BBM per 9 Desember perlu diperhatikan serius.
“Pemerintah hendaknya jangan anggap remeh hal ini,” ujar Ahmad.
Jika laju inflasi yang berdampak pada sejumlah kenaikan harga-harga meningkat, maka daya beli masyarakat berkurang. Dampaknya adalah angka kemiskinan dapat meningkat tajam dan perekonomian ambruk.
Menurut pengamatan yang dilakukan Indef, dampak kemiskinan akan jauh lebih parah ketimbang ketika pandemi melanda. Jadi masyarakat benar-benar harus waspada pada ancaman resesi tahun depan.
Latar Belakang Kenaikan Harga BBM Per 9 Desember 2022
Tepat pada Sabtu, 3 September 2022 pemerintah resmi umumkan kenaikan harga BBM per 9 Desember.
Jenis pertalite dan solar akan dinaikan. Di mana hal tersebut langsung diumumkan sendiri oleh Presiden RI, Bapak Joko Widodo.
Di mana harga Pertalite semula dibanderol seharga Rp7.650 kini telah menjadi Rp10.000 untuk tiap liternya.
Lain lagi untuk Solar yang semula seharga Rp5.150 kini telah menjadi Rp6.800 per liter.
Lebih lanjut Jokowi juga memaparkan bahwa pemerintah sudah benar-benar berupaya menekan gejolak akibat kenaikan ini.
Namun hal tersebut tidak bisa sepenuhnya berjalan lantaran minyak dunia juga tengah alami kenaikan serupa.
Sehingga bukan hanya Indonesia yang mengalami kenaikan harga BBM per 9 Desember.
Ada beberapa negara lain yang bahkan sudah krisis energi semenjak pandemi Covid19. Sebagaimana yang terjadi di Eropa.
“Tentu kita ingin agar minyak tetap terjangkau dari subsidi yang diambil dari APBN,” ungkap Jokowi kepada media.
Hanya saja hal tersebut memang sangat memberatkan APBN. Di mana subsidi yang terus dilakukan setiap tahunnya meningkat.
Peningkatan biaya subsidi yang terjadi bahkan sampai tiga kali lipatnya. Dari awal hanya 152.5 triliun, kini di tahun 2022 telah membengkak menjadi sebanyak 502.4 triliun.
Apalagi subsidi tersebut dinilai tidak tepat sasaran. Berdasarkan data statistik, sebanyak 70persen subsidi BBM jatuh kepada masyarakat mampu.
Di mana mereka telah memiliki mobil pribadi. Oleh sebab itu subsidi pun dicabut sehingga kenaikan harga BBM per 9 Desember sudah tidak terelakan lagi.
“Padahal semestinya uang negara harus diprioritaskan untuk masyarakat yang memang benar-benar kurang mampu,” lanjut Presiden.
“Maka dari itulah kami terpaksa mengambil langkah ini. Jadi subsidi BBM tetap akan dialihkan,” tegas Joko Widodo.
Dampak Naiknya Harga BBM Per 9 Desember
Adanya kenaikan harga BBM per 9 Desember ini tentunya memberi serangkaian dampak pada kehidupan masyarakat. Berikut ini beberapa hal yang diakibatkan bahan bakar yang melambung.
Melambungnya persentase inflasi
Hal yang akan langsung terjadi pasca kenaikan harga BBM per 9 Desember adalah kenaikan harga-harga. Pasalnya angkutan bahan-bahan kebutuhan pokok hingga tersier tentunya akan berdampak.
Barang-barang tersebut akan menjadi semakin mahal karena ongkos mengangkutnya meningkat. Jika bahan tersebut berupa bahan mentah atau pokok, maka akan mempengaruhi harga barang-barang turunannya.
Misalnya jika harga pakan ayam naik karena BBM naik, maka otomatis harga telur pun meningkat.
Kemudian hal ini akan berdampak pada produk-produk olahan telur seperti kue, mie, roti, dan lain-lain.
Maka bisa dikatakan efek ini akan menjadi satu mata rantai yang saling terkait. Sehingga kenaikan harga pun kompak terjadi.
Menurut analisa, efek kenaikan harga BBM per 9 Desember akan berdampak bahkan hingga tahun depan. Diprediksi bahwa lonjakan inflasi yang terjadi bisa tembus sampai 6 persen.
Oleh sebab itu masyarakat dihimbau siap-siap akan kemungkinan terjadinya resesi ekonomi di tahun 2023 mendatang.
Naiknya suku bunga bank
Fenomena kenaikan harga BBM per 9 Desember akan menaikan suku bunga.
Inflasi yang meninggi memaksa bank sebagai lembaga keuangan untuk berupaya menekan peredaran uang di masyarakat.
Jika peredaran uang berkurang, maka ketersediaan barang dan jasa akan melebihi ketersediaan uang. Dengan begitu, rupiah bisa menguat sehingga harga barang dan jasa lebih terjangkau.
Sebagai upaya agar masyarakat bersedia memasukan uangnya ke bank, maka bank akan menaikan suku bunga.
Dengan begitu orang-orang akan lebih tertarik untuk menabung ketimbang berbelanja karena bunga yang dijanjikan besar.
Hal ini menguntungkan bagi masyarakat yang memiliki tabungan atau deposito di bank. Namun sebaliknya hal ini justru berbanding terbalik bagi para pemilik kredit.
Meningkatnya bunga bank akan berpengaruh pada suku bunga kredit yang harus dibayar kreditur. Sehingga harga kredit yang dibayar pun akan menjadi lebih mahal dibanding sebelumnya.
Oleh sebab itu, sebagai kreditur hendaknya mewanti-wanti kenaikan harga BBM per 9 Desember. Jika memungkinkan upayakan melunasi cicilan yang ada semaksimal mungkin sebelum inflasi terjadi.
Turunnya nilai investasi
Naiknya bunga bank akibat kenaikan harga BBM 9 Desember membuat masyarakat lebih memilih produk-produk bank.
Jika bunga tabungan atau deposito melejit, tentunya orang jadi berbondong-bondong menyimpan uangnya di bank. Dengan begitu investasi di pasar modal menjadi hal yang akan ditinggalkan.
Di masa krisis, orang memang lebih memilih memutar uangnya di instrumen yang memiliki resiko minim. Dibanding deposito dengan bunga tetap, saham merupakan jenis investasi yang penuh resiko.
Hal ini berdampak buruk pada bursa efek. Di mana IHSG akan merosot karena sedikitnya permintaan dibanding penawaran yang ada.
Efek dari kenaikan harga BBM per 9 Desember memang bisa dirasakan baik secara langsung maupun tidak.
Namun ada baiknya persiapkan diri untuk menyambut kemungkinan terburuk di tahun 2023 mendatang.