Peningkatan harga Bahan Bakar Minyak tidak hanya berakibat pada pengendara kendaraan bermotor, namun beberapa alat transportasi dengan bahan bakar BBM ikut melambung naik.
Sebagai contoh harga tiket penyebarangan di Pelabuhan Sanur, Bali. Kenaikan tarif ini disebutkan langsung oleh kartawijaya Bendahara Asosiasi Fastboat Sanur yang menaikkan harga tiketnya setelah harga BBM naik.
Terlebih minyak yang masih naik, maka kalkukasi harga membuat tiket harus dinaikkan juga.
Kenaikan tarif tiket ini berlaku pada penyebaragan dari Sanur menuju Nusa Penida maupun Nusa Lembongan atau sebaliknya.
Harga tiket terbarunya jatuh pada harga Rp. 75000 menjadi Rp. 100.000 untuk wisatawan dalam negara.
Kenaikan tarif ini juga berlaku pada perjalanan kembali atau arah berlainan.
Harga tarif telah disesuaikan dengan harga minyak dunia yang meningkat pada kisaran 30-31% dari harga normalnya.
Sehingga tidak heran akan berakibat besar pada kenaikan tarif di berbagai kendaraan yang menggunakannya.
Terlebih lagi untuk daerah ini harga bahan bakar Petralite yang digunakan untuk speedboat berkisar dari Rp. 7650 menjadi Rp. 10.000 per liter.
Harga tiket penyebarangan maupun speedboat ini sudah meningkat sejak hari rabu lalu (7/9/2022), kabar ini dinilai terlalu mendadak untuk beberapa wisatawan.
Sehingga beberapa dari mereka mengeluhkan tariff yang naik secara mendadak ini.
Sebelumnyam sejak pemerintah mengumumkan kenaikan BBM, ini tidak ada kerugian dalam empat hari pertama, namun semakin lama pengusaha mulai merasakan adanya kerugian dari penurunan laba.
Mengingat hanya dalam perjalanan pulang pergi dibutuhkan paling sedikit 300 liter BBM. Bahkan dalam beberapa kapal yang dipergunakan, bisa mencapai 4000-600 liter dalam sekali pengisian.
Sehingga kenaikan tarif BBM sangat terasa untuk pemilik usaha ini.
Akibat dari kenaikan tarif ini terletak pada penurunan angka panumpang yang menyebrang mengguakan speedboat atau kapal ini.
Dari penumpang normal sebesar 200-500 penumpang dalam setiap harinya, kini harus menurun hingga 150 penumpang saja.
Penurunan tentunya sangat signifikan hampir 30% bejumlah penumpang normal.
Penurunan jumlah penumpang yang signifikan ini membuat pengusaha kapal dan Speedboat ini memikirkan ulang untuk membiarkan kapalnya berlayar.
Dari dua atau tiga boat yang dimiliki, kini pengusaha hanya mampu mengeluarkan satu boat. Pengurangan boat yang dikeluarkan ini untuk mengurang kerugian.
Penurunan jumlah kapal juga berakibat pada penurunan keuntungan dari pengusaha kapal ini.
Berdasarkan paparan lanjuta dari Kartawijaya Bendahara Asosiasi Fastboat Sanur memperlihatkan bahwa penurunan keuntungan sekitar 10-20% dari keuntungan normal.
Memang diketahui jika untuk kendaraan diatas 1.500 CC seperti speedboat ini dilarang mepergunajan BBM jenis Petralite yang merupakan BBM subsidi.
Pihak pengusaha maupun Asosiasi Fastboat Sanur memang berniat untuk mengganti pada jenis BBM yang lain, yaitu pakai Pertamax namun harganya juga akan tetap berubah. Sama-sama merugkan masyarakat.
Sebagai operator speedboat dan kapal di Pelabuhan Sanur, pihaknya sudah mengerti jika akan mengecewakan masyarakat yang harusnya mempergunakan Petralite.
Wacana Pemerintah Akan Melarang untuk Menggunakan Pertalite
Bahkan pemerintah juga diwacanakan akan melakukan pelarangan untuk menggunakan petralite ini. Namun wacana ini masih belum juga diresmikan.
Wisatawan yang sedang berlibur dan ingin mempergunakan jasa penyebarangan ini terkejut atas perubahan yang mendadak ini.
Pengunjung memang meyadari dengan adanya kenaikan harga BBM yang akan sangat wajar jika harga tiket ikutan naik, namun mereka tidak menduga jika kenaikan tarif tiket penyebrangan ini begitu tinggi bahkan 20-30% persen dari harga normal.
Pengunjung tetap mengnginkan harga tiket lama untuk mereka, karena sebelumnya tidak ada pemeritahuan resmi pada para wisatawan ini.
Kenaikan tarif ini dianggap tidak sesuai dan cenderung merugikan wisatawan.
Bahkan pada awal permerlakuan tarif baru ini, beberapa wisatawan dengan sadar memilih untuk tidak menaiki kapal, dan mencari alternatef kendaraan yang lain.
Dalam konsisi ini baik operator speedboat maupun Asosiasi Fastboat Sanur juga ikut untuk ikut memikirkan posisi yang tepat untuk mereka mendapatkan keuntungan yang stabil diantara kenaikan BBM yang tidak bisa diprediksi berakhir kapan.
Peranan pemerintah juga ikut penting sebagai mediator permasalahan ini.
Pemerintah selaku pengemban kewenangan dan pembuat kebijakan perlu untuk menimbang dan memilih solusi terbaik dalam masalah ini.