Kasus HIV/AIDS yang terjadi di Indonesia hingga tahun 2022 mencapai angka yang cukup signifikan. Salah satu dari banyak kasus virus mematikan ini menyerang anak sejak lahir yang biasanya anak tersebut tertular dari orang tua yang mengidap HIV/AIDS.
Menurut data dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Jawa Barat bahwa angka kematian akibat dari virus HIV dan AIDS pada tahun 2021 hingga 2022 mencapai 93 orang.
Dari 93 orang tersebut, 6 diantaranya adalah anak-anak hingga anak-anak tersebut meninggal dunia.
Pada tahun ini Kepala Dinas Kesehatan Cianjur Frida Laila Yahya mengatakan bahwa angka kematian ODHA di cianjur sebanyak 19 orang diantaranya 6 anak yang berusia 1-14 tahun dan 15-19 tahun.
Kepala Dinas kesehatan cianjur memberikan pesan kepada orang tua agar lebih sadar dan berpikir dahulu dalam melakukan perbuatan yang menyimpang.
Serta dapat memeriksa diri sendiri dengan melakukan tes HIV dan AIDS sebelum berencana memiliki anak sehingga dapat meminimalisir virus mematikan tersebut tertular kepada anak.
Dalam menanggapi kasus virus HIV/AIDS yang menyerang pada anak hingga meninggal dunia, kita dapat mengenali tanda-tanda terkait virus mematikan tersebut dan bagaimana cara mencegah serta mengobati anak untuk orang tua. Berikut kita simak ulasannya.
Gejala pada kasus HIV/AIDS pada anak menurut informasi dari Healthline
Pada bayi yang baru lahir sebenarnya tidak memiliki gejala awal yang terlihat. Namun ketika mengalami sistem kekebalan melemah, bayi yang terkena HIV/AIDS dapat memperlihatikan tanda-tanda.
Seperti bayi mengalami kekurangan energi, ganguan dalam perkembangan tumbuh kembang anak, sering terkena demam, berkeringan, diare secara terus menerus, kelenjar getah bening membesar, infeksi yang berkepanjangan dan penurunan berat badan.
Namun pada anak dan remaja gejala dari kasus virus mematikan tersebuy memiliki banyak variasi.
Namun dapat kemungkinan kita memperhatikan tanda-tanda berikut ini seperti ruam kulit, serangan infeksi jamur vagia, pembesaran hati dan limpa, infeksi paru-paru, ginjal yang bermasalah, serta memiliki masalah memori dan konsentrasi serta muncul tumor jinak atau gamas.
Bayi yang mengidap infeksi HIV dan AIDS yang parah memiliki resiko kematian dalam beberapa bulan pertama.
Menurut medical news todey, paparan virus HIV dan AIDS terjadi sejak dalam rahim, proses persalinan dan menyusui.
Sedangkan anak yang positif terkena virus mematikan tersebut biasanya tetular dari orang tua, misalnya proses persalinan dari ibu ke bayi.
Dokter mengimbau agar orang tua selalu waspada terkait tanda tanda gejala HIV/AIDS dibawah ini yang umumnya terjadi pada Anak
Ketua Satgas HIV, Dr. Endah Citraresmi, SpA(K) menjelaskan bahwa virus HIV menyerang sel CD4 (sel limposit yang berperan sangat penting untuk sistem imun).
Maka gejala utama yang terkena HIV/AIDS yaitu mudah mengalami sakit. Anak-anak yang terinfeksi virus tersebut mdngalami gejala yang buruk walaupun relatif ringan seperti terkena kuman, batuk, pilek yang berkembang menjadi pneumonia.
Kemudian apabila anak yang terkena virus mematikan tersebut pada saat terinfeksi oleh kuman, misalnya terinfeksi jamur, toksoplasma di otak, bahkan hingga terkena TBC.
Menurut dr.Endah anak-anak terinfeksi virus HIV biasanya berkonsultasi ke dokter dengan keluhan terdapat jamur di mulut, selain itu anak yang terkena penyakit namun dengan kondisi yang buruk patut dicurigai apabila anak tersebut mengalami penurunan kekebalan tubuh.
Oleh karena itu, dokter menyarankan agar orang tua selalu sigap mengetahui gejala virus HIV dan AIDS pada anak sehingga dapat dicegah dri kondisi buruk yang ada di sekitarnya.
Serta tetap selalu bersama anak dan memberikan semangat pada anak agar anak tidak merasakan kesepian dan semangat untuk menjalani perawatan hingga kondisi lebih baik.
Penularan HIV/AIDS pada anak dapat dicegah sejak dini sebelum gejala dan tanda-tanda virus mematikan tersebut semakin meluas
Dr. Endah Citraresmui Sp.A(K) mengatakan bahwa Penularan virus HIV dan AIDS pada anak dapat dicegah sejak masih dalam kandungan (sebelum lahir) hal ini Ibu yang terinfeksi positif virus HiV/AIDS belum tentu 100 persen menular kepada anaknya.
Kemudian pencegahan infeksi dari virus tersebut dapat dilakukan dengan melakukan screening atau pemeriksaan HIV pada ibu hamil yang wajib dan harus dilakukan setiap kehamilannya agar dapat melindungi anak dari penularan virus ini.
Namun hal ini belum menjadi prioritas terkait pemeriksaan HIV dan AIDS pada anak. Karena masih terdapat stigma negatif yang berkembang di masyarakat jika melakukan pemeriksaan tersebut.
Sehingga calon ibu merasa keberatan dalam melakukan pemeriksaan (screening) serta ada tanggapan apabila ibu melakukan pemeriksaan HIV dan AIDS maka ibu tersebut dianggap telah melakukan perilaku yang tak sesuai dengan norma-norma.
Sehingga penanganan HIV dan AIDS di indonesia tidak berjalan dengan lancar. Faktor lainnya yaitu petugas kesehatan yang belum mendapatkan pengetahuan mengenai proses pemeriksaan (screening) HIV pada ibu hamil untuk mencegah penularan HIV dan AIDS pada Anak.
Selain perlu edukasi lebih lanjut untuk mencegah virus HIV dan AIDS agar tidak terdeteksi ketika sudah parah sehingga anak dapat menjalani kehidupannya lebih baik bersama orang tua dan orang-orang disekitar nya.