Berita menggemparkan kembali datang dari salah satu wilayah di Cina.Yakni, Longsor salju di Tibet yang menelan puluhan jiwa.
Longsor salju di Tibet terjadi pukul 19.50, Selasa lalu. Longsoran memblokir jalan raya di pintu keluar terowongan Medog-Kotapraja Pad, yang menjebak orang beserta kendaraanya.
Operasi pencarian dan penyelamatan dikabarkan telah berakhir pukul 17.30, Jumat tempo hari.
Longsor Salju di Tibet: Seluruh Pihak Bekerja Sama
Markas evakuasi darurat longsor salju di Tibet menyebut, ada lebih dari 1300 orang termasuk unit militer, petugas pemadam kebakaran, serta masyarakat turut serta membantu proses penyelamatan.
Kontur jalan di gunung-gunung tersebut disebutkan sangat terjal dengan jalanan yang kasar. Longsoran salju yang terjadi diduga karena angin kencang disertai kenaikan suhu.
Puluhan Orang Tewas Dalam Insiden Longsor Salju di Tibet
Dalam insiden tersebut setidaknya 20 orang tewas serta 8 dinyatakan hilang. Sementara itu 53 orang berhasil diselamatkan, lima diantaranya mengalami luka parah.
Salah satu penduduk mengungkapkan jika musibah ini menimpa sebagian besar dari mereka, yang tengah melakukan perjalanan pulang ke kampung halaman.
Mereka pulang untuk merayakan Tahun Baru Imlek. Petugas penyelamat pun turut melaporkan bahwa kendaraan-kendaraan remuk ditimpa berton-ton longsoran salju di mulut jalan terowongan.
Bahkan menjebak para pengemudi. Disebutkan, wilayah Nyingchi terletak pada ketinggian 3.040 meter. Dimana membutuhkan sekitar 5 jam perjalanan dari Lhasa.
Suhu di malam hari area ini selama musim dingin bisa turun drastis hingga jauh dibawah titik beku. Bahkan salju bisa setinggi pinggang dan jalanan sangat licin.
Hal tersebut menyebabkan proses evakuasi sedikit terhambat, karena banyak petugas penyelamat tersandung. Longsor tak jarang juga terjadi di Himalaya.
Insiden Oktober silam menyebut, 26 orang tewas ketika ekspedisi pendakian gunung sekitar Himalaya. Yakni, di Gunung Draupadi Ka Danda II, negara bagian Uttarakhand, India Utara.
Korban Longsor Salju di Tibet Terus Bertambah
Menurut berita korban longsoran salju terus bertambah setelah petugas menemukan sejumlah jenazah lagi.
Hal ini sesuai dengan perkiraan otoritas setempat. Mengingat masih banyak korban yang terjebak dalam reruntuhan salju.
Biro Kegawatdaruratan Kota Nyingchi secara administratif melakukan upaya untuk mencegah bencana susulan.
Sejalan dengan itu, Kementerian Kegawatdaruratan China juga mengirimkan tim menuju wilayah barat daya Tiongkok yang dihuni etnis minoritas Tibet.
Sebelumnya tim SAR berhasil mengeruk longsoran sepanjang 350 m di dalam terowongan untuk jalur evakuasi korban longsor salju di Tibet.
Tim SAR juga melengkapi dirinya dengan 30 unit kendaraan besar demi membersihkan timbunan salju yang menutupi tiga tikungan di lokasi kejadian.
Fenomena Avalanche, Longsor Salju yang Mengerikan
Avalanche atau longsor salju memang diduga kuat dapat menimbulkan dampak cukup parah hingga kematian. Seperti halnya longsor salju di Tibet tempo hari.
Tahukah Anda longsor salju atau Avalanche ini sungguh mematikan?
Apa itu Avalanche?
Avalanche merupakan massa salju, es maupun batu yang jatuh secara cepat menuruni lereng gunung. Menurut pemerintah Kanada, fenomena tersebut terjadi karena empat faktor.
Yakni, kondisi tanah yang tertutup salju, lereng curam, lapisan lemah pada tanah, serta faktor pemicu.
Terjadinya avalanche ini dapat ditimbulkan oleh hujan, angin, gempa bumi serta temperatur yang menghangat. Hal ini akan menjadi berbahaya jika manusialah yang menjadi pemicunya.
Mengutip National Geographic, massa salju yang pecah bagaikan kaca. Dimana dapat meluncur kencang, dari bukit dengan kecepatan 160 km per jam, nyaris tanpa henti.
Tak heran jika kejadian ini kerap menelan korban yang banyak, sama halnya insiden longsor salju di Tibet beberapa hari lalu.
Avalanche Memiliki Beragam Jenis
Fakta pertama ialah avalanche memiliki 7 jenis. Jenis-jenis avalanche ini ialah sebagai berikut:
Icefall Avalanche
Longsor salju jenis pertama ini terjadi ketika gletser mengalir deras dari atas tebing, dengan bentuk menyerupai air terjun es atau icefall.
Longsoran ini kerap mengikis serta membawa salju yang berada dibawahnya. Untuk angka kematian yang ditimbulkan avalanche ini tidak begitu parah.
Namun, seringnya kematian justru disebabkan karena cuaca buruk dan membuat para korban tidak melihat icefall. Sehingga sulit menghindarinya.
Cornice Fall Avalanche
Jika dilihat dari segi pemicu hingga angka kematian, Cornice Fall serupa dengan icefall avalanche.
Longsoran jenis ini tetap berbahaya jika korban terlalu dekat dengan bagian salju yang lemah, hingga tak sengaja menginjaknya. Karena korban bakal jatuh bersamaan dengan avalanche tersebut.
Wet Avalanche
Jenis ketiga dapat terjadi karena temperatur udara yang menghangat. Seperti, sinar matahari, atau hujan.
Sinar matahari ataupun hujan dapat membuat air meresap melalui snowpack serta melemahkan kekuatan salju.
Snowpack merupakan bongkahan salju pada tanah di daerah pegunungan yang bertahan hingga datangnya cuaca yang lebih hangat.
Avalanche jenis ini dapat menyebabkan kematian, membahayakan jalan serta merusak hutan juga properti.
Kemungkinan korban longsor salju di Tibet mengalami jenis avalanche tersebut.
Mengingat kontur kota Nyingchi tergolong sebagai pegunungan yang curam serta kondisi suhu sempat naik kala terjadi longsoran.
Glide Avalanche
Jenis keempat merupakan longsoran alami dan manusia tidak dapat memicunya. Karena seluruh snowpack meluncur bersamaan layaknya gletser.
Slush Avalanche
Banyak yang menyebut jika longsoran jenis ini sangat aneh, karena terjadi pada lereng yang landai. Avalanche ini juga jarang menyebabkan kematian.
Slab Avalanche
Slab avalanche merupakan jenis longsoran paling mematikan. Karena luncuran salju yang deras dengan kecepatan tinggi mampu menghantam benda-benda di bawahnya.
Loose Snow Avalanche
Longsoran ini diduga paling sedikit menyebabkan kematian. Karena ukurannya kecil serta retak yang terjadi berada di bawah jalur pendakian.
Avalanche Bisa Saja membunuh!
Fakta kedua dari longsoran ini ialah avalanche bisa saja membunuh korbannya. Sejarah mencatat jika avalanche membuat 4 ribu orang di Peru tewas di tahun 1962.
Delapan tahun setelahnya, Peru kembali mengalami bencana gempa yang kemudian memicu avalanche. Menurut WorldAtlas, angka kematian insiden ini memakan kurang lebih 20 ribu korban jiwa.
Avalanche Menyebabkan Sejumlah Komplikasi
Dikutip dari situs Ready.Gov yang menguraikan jika kematian akibat avalanche disebabkan oleh trauma, hipotermia serta minimnya oksigen.
Kematian karena kurangnya oksigen terjadi ketika karbondioksida dari mulut korban yang tertimbun menumpuk di salju. Akibatnya korban mati karena keracunan karbon dioksida tersebut.
Di sisi lain, trauma yang menimpa korban yang mungkin saja menabrak pohon maupun batu ketika terbawa longsoran juga dapat menyebabkan kematian.
Tak kalah buruk, hipotermia atau kedinginan akut juga menyebabkan korban tewas jika tertimbun longsoran selama 2 jam.
Korban longsor di Tibet juga sempat dinyatakan hilang, kemungkinan mereka juga tertimbun longsoran es saat insiden itu terjadi.
Menurut Utah Avalanche Center, 93 persen korban hanya mampu bertahan di 15 menit pertama setelah bencana terjadi. Namun, persentase tersebut menurun seiring berjalannya waktu.
Memasuki menit ke-45, sekitar 20/30 persen saja korban yang mampu bertahan. Apalagi setelah dua jam, nyaris sudah tak ada yang mampu bertahan hidup.
Mungkin ini pulalah yang mengakibatkan korban longsor salju di Tibet menjadi tinggi. Karena persentase bertahan hidup yang minim akibat avalanche.