Penembakan massal di Serbia terjadi kembali, kali ini di desa Dubona. Kejadian tersebut mengakibatkan delapan orang tewas dan korban lainnya terluka.
Pelaku penembakan berhasil kabur dari lokasi dan kini tengah diburu otoritas Serbia.
Kronologi Penembakan Massal di Serbia Disebut Aksi Teroris
Dilansir dari CNN dan Reuters, penembakan massal di Serbia terjadi pada Kamis malam sekitar pukul 23.00 waktu setempat.
Bratislava Gasic selaku Mendagri Serbia menyebut penembakan tersebut sebagai aksi teroris. Namun, tidak ada penjelasan lebih lanjut mengenai hal tersebut.
Kejadian tersebut merupakan penembakan brutal kedua yang terjadi hanya dalam waktu 48 jam terakhir. Sebelumnya, bocah laki-laki berumur 13 tahun menembak mati 9 orang.
Selain itu, pelaku juga melukai setidaknya 7 orang lainnya di SD ibu kota Belgrade.
Sedangkan kejadian penembakan brutal terbaru diduga terjadi setelah pertengkaran larut malam di halaman sekolah. Tepatnya berlokasi di dekat Mladenovac atau 42 km selatan Beograd.
Diduga tersangka melepaskan tembakan secara acak ke arah sekelompok orang. Melansir dari laporan televisi RTS, seorang polisi dan saudara perempuannya menjadi korban tewas.
Gasic mengidentifikasi pelaku merupakan pemuda berusia 21 tahun bernama Uros B. Otoritas setempat telah menerbitkan surat perintah penangkapan.
Pelaku Penembakan Diburu Otoritas Setempat
Media lokal mengabarkan bahwa kepolisian setempat telah memblokir sebuah area yang diduga menjadi tempat persembunyian pelaku.
Sejumlah helikopter dan kamera pencitraan termal telah dikerahkan sebagai upaya untuk memburu pelaku. Polisi belum mengungkap apa motif dibalik penembakan brutal tersebut.
Sementara itu, Kementerian Dalam Negeri menyebut penembakan ini sebagai aksi terorisme domestik. Perkembangannya, seluruh unit khusus telah dikerahkan untuk memburu tersangka.
Perburuan difokuskan hingga wilayah kota Belgrade dan Smederevo. Kasus penembakan massal termasuk jarang terjadi, meskipun tingkat kepemilikan senjata tinggi.
Serbia mencatat memiliki tingkat kepemilikan senjata tertinggi di kawasan Eropa, khususnya senjata api sipil. Sedangkan di dunia, menduduki peringkat tertinggi kelima.
Angka tertinggi tersebut didapat sebagai warisan konflik yang terjadi selama bertahun-tahun silam.
Adanya kasus penembakan massal di Serbia dalam waktu berdekatan tersebut menjadi masalah krusial dan mendapatkan perhatian khusus dari pemerintah.