Bukan hal yang aneh lagi saat musim hujan tiba, ibu kota Jakarta terendam banjir. Karena sudah terjadi hampir setiap tahun saat curah hujan tinggi.
Ada berbagai macam faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta dan wilayah sekitarnya.
Diantaranya adalah kurangnya kesadaran warga saat membuang sampah secara sembarangan.
Sungai Ciliwung Meluap Menyebabkan Katulampa Siaga 3
Selain pembuangan sampah yang buruk, penyebab banjir di Jakarta biasanya disebabkan oleh sungai Ciliwung yang meluap.
Naiknya sungai Ciliwung, dikarenakan curah hujan yang sangat tinggi di daerah Bogor.
Akibat curah hujan yang tinggi dan menyebabkan ketinggian muka air atau TMA sungai yang besar ini mencapai 150 centimeter.
Sehingga membuat Jakarta menerapkan status siaga 3 bencana banjir. Belajar dari pengalaman yang sudah terjadi, banjir akan merendam kawasan ini cukup lama.
Turunnya hujan yang sangat deras dengan disertai angin kencang yang melanda wilayah Bogor secara merata, terjadi pada Selasa (11/10/2022) sejak pukul 15.30 WIB.
Curah hujan yang tinggi inilah yang menjadi penyebab banjir di Jakarta dan menyebabkan posisi Siaga 3 banjir Jakarta.
Sebagaimana yang dikatakan oleh Andi Sudirman selaku kepala pengawas bendungan Katulampa saat mengkonfirmasi kepada masyarakat.
Bahkan menurut catatan pada data Pos Bendung Katulampa, kenaikan aliran Sungai Ciliwung cukup drastis hanya dengan hitungan puluhan menit.
Pada Selasa siang TMA Ciliwung di Bendung Katulampa masih berada dalam kondisi yang normal, tidak ada tanda-tanda permukaan air naik.
Namun, posisi TMA 50 cm yang merupakan ukuran normal tersebut berubah, karena pada saat hujan sore hari pukul 16.08 naik drastis 90 cm.
Kemudian pada pukul 16.20 naik lagi setinggi 100 cm dan menjadi 140 cm pada pukul 16.50, kemudian 150 cm pada pukul 17.18 WIB.
Oleh karena itulah masyarakat yang tinggal di sepanjang bantaran dan hilir sungai wilayah Jakarta untuk senantiasa waspada. Karena kemungkinan bahaya banjir akan mengintai pemukiman mereka.
Penyebab Banjir Di Jakarta
Banjir yang setiap tahun menimpa kota Jakarta menjadi pekerjaan rumah yang sangat melelahkan bagi warga dan pemerintah Jakarta. Sebab menjadi kendala yang fatal untuk kegiatan sehari-hari masyarakat.
Selain itu juga, mengakibatkan datangnya berbagai macam penyakit akibat mencampurnya air got dengan air banjir.
Berdasarkan data sejarah, banjir bahkan sudah biasa terjadi di Jakarta sejal awal kota Jakarta didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda.
Pada mulanya, di tahun 1619, Jan Pieterszoon Coen menyuruh Simon Stevin agar merancang sebuah kota di muara Sungai Ciliwung yang sering kebanjiran.
Membuatnya seperti Kota Amsterdam sebagaimana yang ditulis Jurnal Sains & Teknologi Modifikasi Cuaca. Apalagi potensi banjir tinggi akibat 13 aliran sungai yang melintasi Kota Jakarta.
Penyebab banjir di Jakarta diketahui adalah akibat beberapa hal berikut ini:
Curah Hujan Tinggi
Salah satu penyebab banjir di Jakarta dan sekitarnya tentunya adalah hujan yang ekstrim. Membuat air menggenang dengan lebih cepat.
Apalagi ketika hujan deras turun selama berhari-hari tanpa henti. Membuat ketinggian air meningkat dengan cepat dan membanjiri rumah warga.
Penyebab banjir di jakarta yang satu ini merupakan faktor alam, sehingga tidak dapat diatasi oleh manusia.
Hanya saja, dapat dilakukan pencegahan agar banjir tidak terlalu tinggi.
Tentunya dengan melakukan berbagai persiapan sebelum musim hujan tiba. Seperti membersihkan saluran air, membersihkan sungai dsb. Meskipun banjir akhirnya datang namun tidak setinggi yang ditakutkan.
Kendala Normalisasi Kali Ciliwung yang Belum Tuntas
Kemudian penyebab banjir di Jakarta lainnya selain curah hujan yang tinggi adalah karena normalisasi kali Ciliwung yang belum tuntas. Tidak selesai sampai sejauh yang ditargetkan pada awal proyek ini.
Bahkan berdasarkan data, dari total panjang sungai sejauh 33 kilometer baru sekitar 16 kilometer yang dilakukan normalisasi.
Kendala dari proses normalisasi ini diakibatkan sempitnya lahan.
Lahan sempit akibat banyak sekali rumah warga yang berada tepat di palung sungai. Sehingga menyulitkan gerak petugas yang melakukan normalisasi.
Luasnya pemukiman yang ada di DAS Ciliwung bahkan sudah mencapai 51% dari luas DAS. Akibatnya sebagian besar air hujan langsung menjadi aliran banjir.
Kondisi ini semakin parah dengan kondisi Jakarta yang merupakan dataran rendah. Sehingga mudah terkena banjir saat curah hujan tinggi dan sungai meluap.
Kurangnya Kawasan Resapan Air di Jakarta
Selain beberapa faktor di atas, penyebab banjir di Jakarta juga disebabkan terbatasnya ruang terbuka hijau.
Artinya kawasan resapan air sangat kurang akibat pembangunan gedung dan hunian.
Ditambah lagi penggunaan air tanah yang berlebihan akibat pembangunan gedung dan hotel-hotel di Jakarta.
Hampir seluruh wilayah Jakarta berubah menjadi kawasan gedung pencakar langit.
Kemudian juga berkurangnya lahan-lahan cekungan tempat dimana air dapat meresap menjadi berubah fungsi. Sesuai dengan kebutuhan kota yang semakin lama semakin penuh.
Pada mulanya lahan-lahan yang berada di sebuah cekungan yang rendah ini daerah resapan air hujan. Dapat membantu air hujan masuk kembali ke dalam tanah.
Namun, sayangnya sekarang sudah berkembang menjadi hunian yang padat dan tidak ada tanah yang terbuka sebab tertutup semen dan bangunan.
Akibatnya, setiap saat turun hujan maka akan tergenang oleh air dalam jumlah yang besar pada cekungan tersebut. Dan kesulitan keluar dari sana sehingga mengakibatkan banjir.
Berdasarkan data dari para ahli, kota Jakarta sudah mengalami penurunan muka tanah sampai 5 sampai 12 cm per tahun.
Hal inilah yang mengakibatkan potensi banjir semakin besar.
Kebiasaan Masyarakat Buang Sampah Sembarangan
Kebiasaan buruk masyarakat Indonesia pada umumnya dalam hal pengelolaan sampah utamanya sampah rumah tangga, turut menjadi penyebab banjir di Jakarta.
Kebiasaan ini pula yang menjadi masalah terbesar bagi petugas yang berwenang dalam menata kota.
Kebiasaan buang sampah sembarangan yang sudah mendarah daging sehingga sulit diatasi.
Dibutuhkan kesadaran yang tinggi dari para warga dan juga kerja keras pemerintah Jakarta untuk mendisiplinkan warganya.
Sebab, ketika kebiasaan buruk ini tidak diubah bisa jadi masalah banjir di Jakarta tidak akan pernah teratasi.
Petugas yang membersihkan sampah lebih sedikit dari yang membuangnya.
Contohnya seperti yang terjadi di kawasan Manggarai di daerah Jakarta Selatan. Masyarakat sudah terbiasa membuang sampah sembarangan.
Bahkan saking buruknya, ada yang membuangnya langsung di saluran-saluran drainase kota. Sehingga, saat hujan turun dan masuk ke selokan atau jaringan sekunder drainase membawanya hanyut.
Sampah-sampah tersebut terkadang menyumbat saluran drainase yang juga menyebabkan banjir di kawasan tersebut.
Petugas menjadi kesulitan mengatasi banjir akibat sampah seperti ini.
Ada kalanya, sampah-sampah tersebut juga lolos dari saluran drainase dan masuk ke Sungai Ciliwung.
Bukannya langsung ke laut, sampah akhirnya menumpuk di di pintu air Sungai Ciliwung di Manggarai.
Sampah-sampah ini diantaranya adalah sterofoam, plastik bekas kemasan atau pun karton-karton, dahan dan ranting. Kadang sampah besar seperti kasur, kursi dan perabotan rumah tangga lainnya.
Demikianlah beberapa faktor yang menjadi penyebab banjir di Jakarta. Semoga dapat menjadi perhatian seluruh lapisan masyarakat untuk mengurangi resiko yang mungkin terjadi.