Pilkades di Kembangan ricuh pada pelaksanaannya di Desa Kembangan, Kecamatan Bonang, Demak.
Aksi saling lempar batu antar pendukung sempat mewarnai suasana.
Polisi dengan sigap menambah personel di lapangan guna mengamankan jalannya proses perhitungan suara.
“Ini waktu proses penghitungan suara nanti kami sudah menyampaikan pada temen-temen pengamanan, apabila ada pendukung kita membagi di dua tempat. Supaya tidak bertemu lagi antara massa pendukung,” ungkap Kapolres Demak, AKBP M Purbaja di lokasi, pada Minggu (8/10/2023).
Personel Brimob Diturunkan untuk Mengatasi Keadaan Pilkades di Kembangan Ricuh
Pukul 13.30 WIB, personel Brimob yang bersenjata lengkap dikerahkan ke tempat pemungutan suara (TPS) tersebut.
Pembatas dari pagar bambu pun ditempatkan di kedua sisi jalan untuk memisahkan kedua kelompok pendukung.
Purbaja menjelaskan bahwa tim gabungan dari kepolisian dan petugas lainnya terus mengawal hingga masyarakat meninggalkan lokasi.
“Setelah itu pun saat membubarkan diri kami mengawal temen-temen, masyarakat ini sampai kembali ke rumah masing-masing. Jadi tidak ada yang menggerombol-menggerombol,” terangnya.
“Di sini ada 1 peleton dari Ditsamapta, kemudian dari Polsek dan temen-temen dari TNI, termasuk BKO Polres,” tambahnya.
Sebelum kejadian ini, dalam sebuah video yang beredar terlihat dua kelompok yang saling lempar batu dengan ukuran yang cukup besar.
Beberapa wanita bahkan terdengar menjerit ketika insiden tersebut terjadi.
Ketua Panitia Pilkades Demak, Muzani Ali Shodikin, menyampaikan bahwa terdapat 2.812 daftar pemilih tetap (DPT) di Desa Kembangan.
Sementara itu, dua calon kades yang bertarung adalah Suhardi dan M Shodiq Almubarok.
Alasan Pilkades di Kembangan Ricuh
Pada kesempatan lain, Kapolsek Bonang, AKP Margono juga dimintai keterangan terkait terjadinya pelaksanaan Pilkades di Kembangan ricuh.
Menurutnya, Pilkades di Kembangan ricuh dipicu oleh penggunaan atribut oleh para pendukung.
Hal ini disayangkan karena sebelumnya sudah ada kesepakatan untuk tidak mengenakan atribut pendukung calon.
“Terjadi gesekan karena pendukung nomor satu dan nomor dua tetap menggunakan atribut yang sudah kita sepakati untuk tidak dilaksanakan. Tentunya mereka menunjukkan identitas, menyanyikan yel yel sehingga terjadi gesekan,” ungkapnya.
Margono menjelaskan bahwa kericuhan ini melibatkan aksi lempar batu, meskipun tidak ada laporan tentang perkelahian fisik.
Namun, satu orang mengalami luka lecet pada kepala akibat lemparan batu tersebut.
“Jotos-jotosan tidak ada, tapi ada lemparan batu karena memang di lahan tempat pilkades ini baru, banyak batu dibawa, itu yang dilempar sama masyarakat,” terangnya.
“Korban ada, jadi mungkin kena batu. Satu orang, kena batu lecet. Batu yang dilempar lempar ke atas itu mengenai kepala, kepalanya lecet,” tambahnya.
Margono menekankan bahwa kejadian tersebut berlangsung hanya sebentar. Setelah insiden itu, situasi segera kembali normal.