Beberapa minggu yang lalu, wahana pendarat dan robot penjelajah Chandrayaan-3 berhasil mendarat dengan sukses di permukaan Bulan.
Keberhasilan ini menjadikan India sebagai negara keempat yang berhasil mendarat di Bulan, dan yang pertama kali mendarat di dekat kutub selatan Bulan.
Sejak saat itu, misi robot penjelajah Chandrayaan-3 ini telah berfokus pada penelitian komposisi tanah Bulan.
Berbagai elemen penting seperti belerang, aluminium, kalsium, besi, kromium, titanium, mangan, silikon, dan oksigen telah berhasil dideteksi oleh peralatan penelitian yang dibawa oleh misi ini.
Robot Penjelajah Chandrayaan-3 Deteksi Pergerakan Bulan
Robot penjelajah Chandrayaan-3 juga telah menyelesaikan misi penjelajahan Bulan pertamanya.
Ia melakukan pengukuran suhu di kutub selatan Bulan dan bahkan menyempatkan diri untuk mengambil foto selfie sebelum “tidur” untuk beristirahat dan melanjutkan tugas berikutnya.
Penjelajah ini telah menjadi berita utama karena kemampuannya untuk menganalisis komposisi tanah Bulan dan menemukan keberadaan es cair.
Selain itu, pendarat bernama Vikram yang membawanya juga memberikan wawasan yang sangat menarik.
Dilengkapi dengan Instrument for Lunar Seismic Activity (ILSA), pendarat ini telah berhasil memantau pergerakan di Bulan.
Pergerakan tersebut dapat disebabkan oleh berbagai faktor, termasuk benturan ke Bulan, pergerakan penjelajah di atas permukaan, atau bahkan gempa alami yang terjadi di Bulan.
“ILSA dilengkapi dengan enam akselerometer sensitivitas tinggi yang diproduksi secara lokal menggunakan proses Silicon Micromachining,” seperti yang dijelaskan oleh organisasi penelitian dan antariksa India ISRO, dikutip dari IFL Science pada Kamis, tanggal 7 September 2023.
Komponen inti dari alat ini terdiri dari sistem massa pegas dengan elektroda terstruktur.
Getaran yang terjadi akibat peristiwa eksternal mengakibatkan defleksi pada pegas, yang kemudian mengubah kapasitansi dan menghasilkan tegangan yang dapat diukur.
Selain dari memonitor pergerakan penjelajah Bulan, ISRO juga mencatat peristiwa yang tampaknya biasa terjadi pada tanggal 26 Agustus 2023, yang saat ini masih dalam tahap penyelidikan lebih lanjut.
Gempa di Bulan telah berhasil terdeteksi melalui penggunaan seismograf yang ditinggalkan oleh program Apollo Amerika Serikat.
Data yang diperoleh dari pengukuran ini memberikan wawasan berharga mengenai struktur dalam Bulan.
Para ilmuwan yang menganalisis data ini menyimpulkan bahwa Bulan memiliki inti yang terletak sekitar 500 kilometer di dalamnya, yang jauh lebih padat dibandingkan dengan inti Bumi.
Perlu dicatat bahwa gempa-gempa di Bulan diduga tidak disebabkan oleh pergerakan lempeng tektonik seperti yang terjadi di Bumi.
Sebaliknya, tekanan pasang surut yang dihasilkan oleh gravitasi Bumi diyakini menjadi penyebab utama gempa di Bulan.
Tekanan pasang surut ini menciptakan tekanan yang kuat di dalam Bulan, yang pada gilirannya memecah potongan-potongan di dalam Bulan dan menyebabkan gesekan antar mereka.
Misi pendarat Vikram dan robot penjelajah Chandrayaan-3 diharapkan dapat memberikan pemahaman lebih lanjut tentang fenomena gempa di Bulan dan bagaimana dampaknya terhadap struktur Bulan secara keseluruhan.
Ini merupakan langkah penting dalam memperdalam pengetahuan kita tentang Bulan dan proses geologis yang terjadi di sana.
Dengan data tambahan yang diperoleh dari misi ini, ilmuwan dapat menggali lebih dalam tentang karakteristik dan sejarah geologis Bulan.
Serta, mengungkap misteri mengenai gempa-gempa Bulan yang telah lama menjadi pertanyaan di dunia ilmu pengetahuan.