Tragedi turis Jepang meninggal di Bali saat bermain flying fish telah mengguncang industri pariwisata di pulau ini.
Wahana populer yang dikelola oleh PT Bali Coral Dive and Marine Sport telah dipaksa untuk ditutup sementara setelah insiden tragis yang menimpa Kikuchi Satoshi, turis asal Jepang.
Tempat ini kini dijaga ketat oleh garis polisi yang ditempatkan oleh pihak berwenang.
“Operasionalnya sudah dihentikan. Kami telah memasang garis polisi,” demikian diungkapkan oleh AKBP James, petugas kepolisian yang bertanggung jawab.
Wahana Ditutup Setelah Insiden Turis Jepang Meninggal di Bali
Menurut salah satu pemandu di PT Bali Coral Dive and Marine Sport bernama Wayan Simpen, kecelakaan turis Jepang meninggal di Bali tersebut terjadi ketika angin tiba-tiba menjadi sangat kencang saat Kikuchi Satoshi sedang bermain flying fish pada hari Jumat sebelumnya.
“Kondisi cuaca saat itu memang mendung, dan angin tiba-tiba bertiup kencang,” kata Simpen, yang berada di Pantai Tanjung Benoa, Sabtu (19/8/2023).
Simpen menjelaskan bahwa para pemandu yang mengawasi permainan flying fish mengalami kesulitan dalam mengendalikan perahu karet yang ditumpangi oleh turis Jepang tersebut.
Terutama karena angin yang tiba-tiba berubah menjadi sangat kencang.
Saat wahana flying fish yang diisi oleh Satoshi dan temannya, Haruki, mulai terbang, instruktur telah berusaha sekuat tenaga untuk mengendalikannya.
Namun, nasib tragis menimpa mereka berdua ketika mereka tiba-tiba terjatuh dari ketinggian tiga meter.
Sayangnya, nyawa Satoshi tidak dapat diselamatkan.
Jenazah Kikuchi Satoshi akan segera dipulangkan ke Jepang, meskipun waktu pastinya masih belum dapat dipastikan.
Saat ini, pihak kepolisian setempat, Polda Bali, masih terus berkoordinasi dengan Konsulat Jepang terkait dengan proses pemulangan ini.
Kronologi turis Jepang Meninggal di Bali Saat Bermain Flying Fish
Seorang turis Jepang bernama Kikuchi Satoshi (60) memutuskan untuk mencoba permainan Flying Fish bersama putranya, Kikushi Haruki, yang didampingi oleh seorang pemandu berpengalaman.
Menurut Wayan Simpen, salah satu pemandu dari PT Bali Coral Dive and Marine Sport, cuaca saat itu tiba-tiba berubah menjadi mendung dan angin menjadi kencang ketika Satoshi memutuskan untuk mencoba Flying Fish.
Simpen menjelaskan bahwa pemandu tidak akan membiarkan wisatawan bermain jika kondisi alam seperti gelombang tinggi dan angin kencang dapat mengancam keselamatan mereka.
Simpen menegaskan bahwa kecelakaan yang menimpa Satoshi dan Haruki bukan disebabkan oleh kurangnya pengalaman pemandu.
Mereka jatuh ke laut karena angin kencang yang tiba-tiba muncul ketika mereka sedang melakukan “take off” atau saat perahu Flying Fish terbang.
Meskipun ada pemandu yang berusaha mengendalikan perahu, angin kencang membuatnya sulit untuk menjaga keseimbangan.
Turis Jepang meninggal di Bali saat bermain flying fish ini terjadi sekitar pukul 10.00 Wita di Pantai Tanjung Benoa.
Pada sesi pertama, dua anak Satoshi mencoba Flying Fish dengan aman.
Namun, saat giliran Satoshi dan Haruki mencoba, perahu karet yang mereka naiki tiba-tiba oleng dan miring ke kanan.
Instruktur bernama Wahyu juga terjatuh, diikuti oleh Satoshi dan Haruki yang terlepas dari pegangan mereka.
Mereka jatuh sekitar tiga meter dari permukaan air dalam posisi tengkurap dan kehilangan kesadaran.
Satoshi segera dibawa ke RS Surya Husada Nusa Dua, tetapi sayangnya, nyawanya tidak dapat diselamatkan.
Jasadnya kemudian dititipkan di RSUP Prof Ngoerah, Denpasar.