Weekend lalu, dunia keuangan diguncang dengan berita Bank Silicon Valley bangkrut.
Bank terbesar ke-16 di Amerika Serikat ini resmi dinyatakan bangkrut setelah 48 jam mengumumkan rencana akan mengumpulkan dana untuk menambah modal.
Ada beberapa alasan Bank Silicon Valley bangkrut dan menjadi kekhawatiran banyak pihak akan mempengaruhi perekonomian dunia.
Apalagi, di pasar AS sendiri, terjadi kepanikan yang luar biasa. Membuat Presiden AS Joe Biden, Menteri Keuangan Janet Yellen, dan Bank Sentral The Fed buka suara dan langsung mengadakan rapat.
Alasan Dibalik Bank Silicon Valley Bangkrut
Sebab Bank Silicon Valley bangkrut dimulai dari kebijakan Bank Sentral Amerika Serikat The Fed (Federal Reserve AS) yang menaikan suku bunga, sehingga memperburuk selera risiko investor.
Berikut urutan peristiwa yang menjadikan alasan Bank Silicon Valley bangkrut:
The Fed menaikan suku bunga
Sejak tahun lalu, The Fed telah melakukan kenaikan suku bunga terendahnya dalam upayanya untuk mengatasi inflasi.
Akan tetapi, para investor memiliki selera risiko lebih rendah dan menyebabkan uang yang tersedia menjadi mahal dengan tarif yang lebih tinggi.
Ini tentu saja membebani startup teknologi yang menjadi klien utama Bank Silicon Valley (SVB). Membuat para investor lebih memilih untuk menghindar menginvestasikan uang mereka di ranah ini.
Run Bank
Kokohnya SVB yang sudah berdiri puluhan tahun, dengan kebijakan yang dikeluarkan pemerintah AS, tidak membuat bank ini lepas dari Run Bank.
Apa itu Run Bank?
Run Bank adalah sebuah istilah dimana nasabah suatu bank akan menarik uang mereka besar-besaran dan bersamaan.
Tindakan ini memang sebuah aksi kepanikan dari nasabah yang menganggap suatu bank akan mengalami kebangkrutan.
Dalam sistem perbankan, umumnya bank hanya akan menyimpan sebagian kecil aset mereka secara tunai.
Dengan tindakan run bank dan sistem perbankan, memungkinkan suatu bank mengalami gagal bayar. Membuat bank menjadi tidak stabil, kehabisan uang tunai, dan mengalami kebangkrutan mendadak.
Hal inilah yang kemarin juga dihadapi oleh Bank Silicon Valley.
SVB menjual portofolio obligasi dan saham
Untuk mengatasi gagal bayar kepada nasabah, SVB mengumumkan penjualan portofolio obligasi dan saham.
Nilai dari obligasi ini USD21 miliar yang sebagian besar terdiri dari obligasi Departemen Keuangan AS.
Rata-rata portofolio obligasi ini menghasilan 1,79 persen. Membuat SVB harus mengakui bahwa mereka mengalami kerugian USD1,8 miliar.
Untuk saham sendiri, pada hari Kamis, SVB mengumumkan akan menjual ekuitas umum dan saham senilai USD 2,25 miliar agar bisa menutupi lubang pendanaannya.
Hanya saja, penjualan ini menghasilkan hal yang diluar perkiraan. Nilai saham SVB turun drastis hingga 60 persen.
Belum lagi, pada saat listing untuk penjualan saham, beberapa klien SVB yang khawatir menarik dana mereka dari bank ini atas saran dari perusahaan modal ventura. Membuat kondisi Bank Silicon Valley semakin goyah.
Sebenarnya SVB masih berusaha untuk mencari dana alternatif pada Jumat, 10 Maret 2023, dengan cara penjualan perusahaan.
Hanya saja, tak berapa lama, Federal Deposit Insurance Corporation (FDIC) mengumumkan SVB ditutup dan sedang berada di bawah pengawasan.
FDIC juga menyatakan akan menjual aset SVB dan pembayaran dividen kepada deposan yang tidak diasuransikan akan bisa dibayarkan di masa depan.