Pada Kamis, 12 Oktober 2023, maskapai Malaysia stop beroperasi.
Maskapai MYAirline, yang dikatakan sebagai penerbangan berbiaya rendah, mengumumkan penghentian mendadak dari operasionalnya.
Keputusan maskapai Malaysia stop beroperasi ini menyebabkan 40 penerbangan dibatalkan, mengakibatkan ribuan penumpang terdampar.
Dilaporkan oleh SCMP pada Jumat, 13 Oktober 2023, MYAirline memberikan pengumuman tersebut melalui akun media sosial resminya.
Langkah ini diambil sebagai respons terhadap masalah keuangan yang telah melanda perusahaan selama 11 bulan terakhir.
Sejalan dengan periode restrukturisasi yang tengah berlangsung.
Maskapai Malaysia Stop Beroperasi, Pemerintah Malaysia Mengecam
Dewan direksi maskapai menyatakan, “Kami telah berupaya tanpa henti untuk mengeksplorasi berbagai opsi kemitraan dan pendanaan tambahan guna mencegah situasi ini. Namun, keterbatasan waktu telah memaksa kami untuk memutuskan langkah ini.”
Pengumuman maskapai Malaysia stop beroperasi, MYAirlines, tersebut disampaikan pada pagi hari Senin, setelah sejumlah penumpang melakukan proses check-in di terminal.
Para penumpang merasa kesal dan mengungkapkan kritik atas penghentian mendadak yang membuat mereka terkatung-katung.
Bandara Malaysia melaporkan bahwa dampak dari keputusan maskapai Malaysia stop beroperasi ini dirasakan oleh sekitar 5.000 penumpang.
Pada hari Kamis saja, ada 39 penerbangan domestik dan satu penerbangan ke Bandara Don Mueang, Thailand, yang terpaksa dibatalkan.
Pihak bandara berusaha semaksimal mungkin untuk memberikan bantuan kepada para penumpang yang terkena dampak.
Namun, terdapat kejanggalan karena kebijakan ini diumumkan hanya beberapa hari setelah MYAirline mengumumkan tahap penyelesaian kemitraan strategis.
Media lokal Malaysia berspekulasi bahwa penangguhan ini menunjukkan kegagalan dari negosiasi yang tengah berlangsung.
Sementara itu, Menteri Transportasi Malaysia, Anthony Loke, mengutuk penghentian operasi yang dilakukan secara terburu-buru ini.
Baginya, tindakan ini tidak dapat ditoleransi dan merusak reputasi Malaysia secara keseluruhan.
Loke mengungkapkan bahwa MYAirline telah menjual 125.000 tiket senilai sekitar 20 juta ringgit atau sekitar 4,2 juta dolar AS, setara dengan 65,94 miliar rupiah (kurs Rp 15.700) untuk penerbangan hingga Maret 2024.
“Kami terkejut dan sangat terkejut,” ujar Loke dalam konferensi pers. “Mereka tidak memberi tahu kami. Mereka berhenti beroperasi begitu saja tanpa adanya staf maskapai penerbangan di bandara. Bagaimana anda bisa menghilang begitu saja? Ini sangat tidak bertanggung jawab,” tambahnya.
Loke menegaskan bahwa MYAirline, yang memiliki delapan pesawat dengan rencana penambahan menjadi 12 pada akhir tahun ini, seharusnya mencari bantuan dari pemerintah daripada menghentikan operasi tanpa memberikan peringatan.
Mengenai hal ini, pemerintah berkomitmen untuk memastikan bahwa pemegang tiket akan mendapatkan pengembalian dana mereka.
Komisi Penerbangan Malaysia juga akan memutuskan apakah akan memperpanjang izin udara MYAirline, yang akan berakhir pada bulan depan.
Komisi ini juga sedang melakukan penyelidikan terkait keluhan bahwa gaji karyawan tidak dibayarkan, serta masalah lain yang terkait dengan maskapai tersebut.
MYAirline, yang dimiliki oleh pengusaha Allan Goh Hwan Hua, mengoperasikan penerbangan menuju delapan tujuan domestik dan ibu kota Thailand, Bangkok.
Dua hari sebelum pengumuman maskapai Malaysia stop beroperasi ini, CEO Rayner Teo, yang memiliki 2 persen saham di maskapai tersebut, mengundurkan diri karena alasan kesehatan.