Baru-baru ini publik Korea Selatan dihebohkan dengan kasus pasien amoeba pemakan otak yang meninggal seusai berkunjung ke Thailand.
Dilansir dari laporan Yonhap, pada hari Kamis (29/12/2022), pria berusia 50 tahunan tersebut telah tinggal menetap di Thailand selama empat bulan.
Setelah kembali ke Korea Selatan beberapa waktu, Ia sakit dan dinyatakan meninggal pada hari Selasa kemarin.
Amoeba pemakan otak ini diketahui memiliki nama ilmiah Naegleria fowleri yang biasa hidup di air sungai atau danau di berbagai negara.
Makhluk hidup yang tidak terlihat dengan mata telanjang ini masuk melalui hidung, lalu merambat ke otak dan merusak jaringan-jaringannya.
Bahkan KDCA mengatakan, bahwa ia telah melakukan tes genetik pada tiga jenis patogen penyebab Naegleria fowleri untuk memastikan penyebab kematiannya.
Sementara hasil dari pengujian mengkonfirmasi bahwa gen dalam tubuh pria itu 99,6 persen serupa dengan pasien meningitis di luar negeri.
Kasus ini merupakan infeksi yang pertama dari Korea Selatan, sementara kasus pertama di dunia dilaporkan terjadi di Virginia pada tahun 1937.
Pertama Muncul di Amerika Serikat pada 1937
Dikutip dari Korea Disease Control and Prevention Agency (KDCA) diketahui potensi penularan antar-manusia bagi amoeba pemakan otak ini tergolong rendah.
Meskipun demikian sebaiknya warga lokal menghindari untuk berenang di tempat yang memiliki resiko tinggi masuknya organisme ini.
Kasus Naegleria fowleri yang tercatat sejak 2018, ada 381 kasus dari seluruh dunia, termasuk di Amerika Serikat, India, dan Thailand.
Bukan hanya sungai saja, namun kolam renang juga berpotensi terjangkit amoeba pemakan otak ini.
Menurut saran dari CDC AS, hindari air masuk ke hidung saat berenang atau mandi.
Ketika hendak berenang alangkah baiknya kalau tidak usah melompat masuk ke air, melainkan dengan berjalan saja.
Amoeba pemakan otak atau Naegleria fowleri ini berbahaya karena dapat menyebabkan amebic meningoencephalitis, yang menjangkiti sistem saraf pusat.
Meskipun tergolong langka, namun amebi meningoencephalitis atau PAM ini selalu berakibat fatal.
Gejala awal yang akan dialami saat terpapar Amoeba pemakan otak adalah sakit kepala, demam, mual atau muntah.
Kemudian gejala selanjutnya akan mengakibatkan sakit kepala parah, demam, muntah, dan leher kaku, menurut KDCA
Texas Pernah Menerapkan Darurat Bencana
Pada 2020, pihak berwenang negara bagian Texas di AS pernah mengeluarkan status bencana darurat pada tahun 2020.
Status tersebut diterapkan setelah kematian anak laki-laki berusia enam tahun akibat terinfeksi amuba pemakan otak.
Dikutip dari AFP, yang rilis pada hari Selasa (29/9/2020), status darurat tersebut dikeluarkan oleh Gubernur Texas Greg Abbott.
Tepatnya pada tanggal 27 September 2020 di Brazoria County, yang mencakup Lake Jackson.
Pada tanggal 8 September 2020, Seorang anak laki-laki yang bernama Josiah McIntyre tersebut diketahui meninggal dunia.
Berdasarkan laporan dari media Amerika Serikat, anak laki-laki malang tersebut terinfeksi organisme bernama naegleria fowleri.
Pengujian yang dilakukan kemudian menemukan bahwa amoeba pemakan otak itu ditemukan di selang kran taman dekat rumah bocah tersebut.
Selain itu amoeba serupa juga didapati di air mancur di pusat kota dan di hidran kebakaran di kota yang hanya berjarak satu jam dari Kota Houston.
Seperti yang diungkapkan kepada awak media oleh Modesto Mundo, seorang pejabat kota.
Berdasarkan keterangan dari nenek dan kakek Josiah kepada kepada Houston Chronicle.
Kemungkinan, ia mungkin terpapar air yang terkontaminasi saat bermain di taman percikan di pusat kota, tidak lama sebelum sakit.
Meskipun sekarang peringatan ini sudah dicabut, namun warga dianjurkan untuk merebus air terlebih dahulu sebelum menggunakannya.
Masa Inkubasi
Masa inkubasi dari Amoeba pemakan otak ini biasanya dari dua hingga tiga hari dan paling banyak hingga 15 hari.
Meskipun tidak semua diakibatkan oleh berenang, namun sebaiknya menghindari tempat-tempat yang telah dilaporkan.
Kasus Naegleria fowleri masih jarang ditemukan, namun rata-rata kematian mencapai 97%.
10 Fakta Amoeba Pemakan Otak
Mengingat resikonya yang sangat tinggi, tidak ada salahnya jika mengetahui mengenai beberapa fakta penting di bawah ini:
Ditemukan di air tawar
Amoeba Naegleria fowleri ini adalah organisme hidup bersel tunggal yang kerap ditemukan di air tawar yang hangat.
Contohnya adalah seperti danau, sungai, dan mata air panas dan tanah. Namun, hanya satu spesies Naegleria yang menginfeksi manusia yakni jenis Naegleria fowleri.
Masuk lewat hidung
Amoeba yang satu ini menginfeksi manusia saat air yang mengandung amoeba masuk lewat hidung.
Manusia terpapar amoeba ini saat berenang, menyelam, atau memasukkan kepala ke air tawar, seperti di danau dan sungai.
Meskipun jarang, Infeksi juga dapat terjadi ketika orang memakai air keran yang terkontaminasi Naegleria fowleri untuk membersihkan hidungnya
Berakibat fatal
Saat amoeba ini sudah masuk ke hidung, lalu berjalan ke dalam otak maka akan menyebabkan infeksi yang menghancurkan jaringan otak.
Hal ini akan menyebabkan infeksi yang menghancurkan otak dan biasa disebut meningoensefalitis amebi primer (PAM).
Akibat PAM ini hampir semuanya selalu berakibat fatal dan menyebabkan kematian. Namun, kandungan air yang terkontaminasi amoeba ini tidak berbahaya bila diminum.
Hidup di suhu air yang hangat
Organisme ini sangat menyukai panas (termofilik) sehingga mereka tumbuh subur dalam panas dan menyukai air hangat.
Para peneliti memperkirakan amoeba ini paling baik hidup pada suhu tinggi hingga 115°F (46°C) dan hanya mampu bertahan sebentar pada suhu yang lebih tinggi.
Bukan penyakit menular
Meskipun cukup berbahaya, namun Infeksi Naegleria fowleri ini tidak dapat menyebar dari satu orang ke orang lain.
Penyakit langka
Infeksi Naegleria fowleri adalah penyakit langka karena jarang terjadi. Selama periode 2012 hingga 2021 terdapat 31 infeksi dilaporkan di AS.
Gejala infeksi
Pada tahap awal, gejala PAM ini serupa dengan gejala meningitis, dan biasanya akan dirasakan sekitar 5 hari setelah infeksi.
Namun pada beberapa kasus juga dimulai dalam periode 1 hingga 12 hari setelah infeksi terjadi.
Gejala umum yang diderita adalah sakit kepala, demam, mual, atau muntah lalu semakin parah dengan leher kaku, kebingungan.
Pasien akan menjadi kurang kesadaran terhadap orang dan lingkungan sekitar, kejang, halusinasi, dan koma.
Penyakit ini akan berkembang dengan sangat pesat dan biasanya menyebabkan kematian dalam waktu kurun 1 sampai 18 hari.
Jaringan otak rusak
Infeksi Naegleria fowleri ini dampaknya cukup mengerikan, karena menghancurkan jaringan otak, menyebabkan pembengkakan otak dan kematian.
Tingginya risiko kematian
Rata-rata tingkat kematian akibat amoeba pemakan otak ini sudah mencapai lebih dari 97%.
Bahkan CDC mencatat hanya empat orang AS selamat dari 154 orang yang terinfeksi amoeba ini dalam kurun 1962 hingga 2021.
Pengobatan CDC masih mempelajari obat terbaik
Sampai sekarang PAM masih diobati dengan kombinasi berbagai macam obat-obatan, seperti amfoterisin B, azitromisin, flukonazol, rifampisin, miltefosin, dan deksametason.
Obat ini masih dimanfaatkan karena cukup efektif melawan Naegleria fowleri dan telah digunakan untuk mengobati pasien yang selamat.
Namun sebuah penelitian terbaru membuktikan bahwa obat Miltefosin terbukti membunuh Naegleria fowleri di laboratorium.
Bahkan sudah digunakan untuk merawat tiga orang yang akhirnya selamat.
Demikianlah beberapa fakta mengenai amoeba pemakan otak dan faktanya yang wajib Anda ketahui.