Heboh rumor terkait fenomena Solstis belakangan ini membuat geger publik. Pasalnya beredar pula isu jika pada tanggal 21 Desember tidak ada yang boleh keluar rumah.
Rumor ini pertama kali berembus melalui akun media sosial yang dilengkapi narasi yang terkesan membuat publik takut.
Namun apakah sebenarnya fenomena solstis tersebut? Apakah betul-betul berbahaya seperti yang digembar-gemborkan di media sosial?
Penjelasan Fenomena Solstis Secara Mendetail
Secara garis besar fenomena ini merupakan fenomena langit tahunan dimana kejadian ini sangat jarang terjadi.
Melansir dari BRIN atau Pusat Sains Antariksa Badan Riset dan Inovasi nasional menyebut jika kejadian ini adalah fenomena langit ketika mentari melintasi garis balik.
Garis balik ini berupa garis balik utara maupun selatan. Kejadian solstis berlaku ketika matahari berada di paling utara maupun selatan tepat di tengah hari.
Salah satu hal yang menandai peristiwa ini ialah durasi siang hari lebih lama ketimbang malam hari, baik di belahan bumi utara atau selatan.
Namun, kabarnya hal ini juga tergantung pada periode solstis ini terjadi.
Kapan Fenomena Solstis Ini Akan Terjadi?
Berkaca pada kejadian yang sudah-sudah, fenomena ini banyak terjadi antara bulan Juni serta Desember. Hingga kemudian fenomena ini dibagi dua yaitu:
- Solstis bulan Juni
- Solstis bulan Desember
Fenomena Solstis Pada Bulan Juni
Solstis di bulan Juni ditandai ketika matahari terletak paling utara tepat tengah hari. Solstis Juni menyebabkan durasi siang hari terasa lebih lama daripada malam hari.
Baik di bumi belahan utara maupun selatan. Hal ini juga bakal berlaku sebaliknya. Solstis Juni juga akan membuat matahari terasa lebih cepat terbit di bagian bumi utara.
Namun, di belahan bumi selatan akan berlaku sebaliknya. Yaitu, matahari terbit terasa lebih lambat.
Bagaimana dengan Fenomena Solstis Desember?
Fenomena ini terjadi saat mentari berada paling selatan saat tengah hari. Solstis Desember disinyalir membuat siang hari lebih lama di bagian bumi selatan ketimbang malam harinya.
Fenomena ini juga berlaku sebaliknya, lho. Bahkan solstis Desember membuat matahari terbit lebih cepat di bumi bagian selatan. Namun, terasa melambat di bagian bumi utara.
Prediksi Fenomena Solstis di Tahun 2022
Merunut pada keterangan resmi BRIN, peristiwa sosltis di tahun 2022 bakal terjadi juga di bulan Juni maupun Desember.
Tepatnya ialah di tanggal 21 Juni serta Desember tanggal 21. Solstis Desember terjadi di kisaran pukul 04.43 waktu Indonesia bagian Barat. Ketika matahari tepat di rasi Capricorn.
Winter Solstice
Di bulan Desember ini kejadian solstis kerap disebut dengan Winter Solstice dimana titik balik musim dingin berada di bumi bagian utara.
Sedangkan titik balik musim panas akan berada di belahan bumi selatan. Termasuk durasi siang di selatan akan terasa lebih panjang dan utara akan merasakan malam terpanjang.
Apakah Penyebab Solstis Tersebut?
BRIN mengungkap jika fenomena solstis diakibatkan oleh kondisi bumi yang berotasi miring atas ekliptika saat mengorbit matahari.
Hal ini berpotensi membuat ujung sumbu rotasi bumi menghadap ke arah bintang kutub dan juga polaris.
Andi Pangerang selaku peneliti BRIN, menyatakan jika solstis adalah fenomena astronomi yang wajar atau biasa terjadi.
Sehingga tidak ada larangan apapun untuk beraktivitas di luar rumah layaknya rumor yang sedang beredar. Bahkan, fenomena solstis tidak menimbulkan bahaya apapun.
Andi mengurai jika fenomena tersebut tidak ada kaitannya dengan aktivitas seismik maupun kegempaan.
Dampak Nyata dari Fenomena Solstis
Dampak kejadian ini bisa dilihat dari pergantian musim yang seringkali terjadi di negara-negara subtropis maupun berlintang tinggi.
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, fenomena ini memicu durasi siang atau malam hari bakal lebih lama atau bahkan lebih cepat terjadi.
Sehingga dapat disimpulkan apabila solstis aman serta tak berpotensi membahayakan.
Korelasi Fenomena Solstis dengan Larangan Keluar pada Malam Hari
Menanggapi rumor beredarnya solstis ini banyak pakar yang menepisnya secara tegas. Sebab bukan pertama kalinya kekhawatiran semacam ini terus digaungkan.
Padahal fenomena tersebut juga terjadi di tahun-tahun sebelumnya. Emanuel Sungging, selaku Pelaksana Tugas Kepala Pusat Riset Antariksa menjelaskan bahwa masyarakat tak perlu panik.
Emanuel juga menyinggung fenomena solstis terjadi setiap tahun serta menjadi patokan masuknya musim dingin di bumi bagian utara.
Fenomena Solstis Menurut The Franklin Institute
Dikutip dari The Franklin Institute fenomena ini bakal terjadi dua kali dalam setahun. Karena menandai masuknya musim dingin maupun musim panas.
Penamaan solstis didasarkan pada zaman astronom kuno ketika melihat matahari tampak diam ketika momen ini terjadi.
Secara harfiah kata solstice atau solstis diambil dari istilah latin “sol” yang berarti matahari. Serta “sistere” yang bermakna diam.
Selain pendapat-pendapat dari sejumlah penelitian hingga pakar, ternyata ada fakta lain terkait solstis ini, lho. Diantaranya ialah sebagai berikut.
Fenomena Solstis dikaitkan Dengan Datangnya Perayaan Tertentu
Di sejumlah negara peristiwa solstis dimaknani akan adanya kejadian tertentu. Sehingga kerap kali dirayakan. Misalnya saja di Persia.
Persia mengidentifikasi fenomena ini sebagai hari kelahiran Raja matahari alias Raja Mithra di bulan Desember. Ada pula yang menghubungkan fenomena ini dengan tibanya hari Saturnalia.
Saturnalia konon dilakukan pada sekitaran musim dingin. Namun, Saturnalia ini diganti secara bertahap menjadi natal di seluruh kekaisaran Romawi.
Untuk warga Skandinavia dan juga Jerman adanya fenomena ini membuat mereka melakukan sejumlah ritual. Seperti menghidupkan api hingga membakar kayu Yule.
Hal ini dilakukan sebagai simbol menyongsong kembalinya matahari. Layaknya sebuah perayaan, mereka akan menyembelih sapi dan membuat acara makan daging.
Perayaan ini juga disebut Druidic kekinian dimana Alban Arthan merupakan ritual menyembah kematian matahari lama, serta menyambut matahari baru.
Sempat Tersiar Kabar Terjadinya Kiamat di Tahun 2012
Sebagaimana diketahui, fenomena solstis di tahun 2012 sempat dikaitkan dengan terjadinya kiamat. Prediksi kiamat ini dihubungkan dengan ramalan Suku Maya kuno.
Mereka mengidentifikasikan berakhirnya transisi tahun 5126. Mereka meyakini jika pada tahun itu akan terjadi kiamat atau terjadinya musibah besar.
Sementara, dilain sumber menyebutkan akan lahirnya zaman baru alih bentuk pada bumi maupun warganya. Namun, faktanya di tahun tersebut tidak terjadi apapun.
Kendati rumor terkait fenomena ini cukup menghebohkan publik, faktanya tidak berpotensi membahayakan ataupun mengancam jiwa.
Bahkan, disinyalir di berbagai penjuru dunia adanya fenomena ini dimaknai akan hadirnya hari baru atau mendekati perayaan tertentu.
Mengingat, di zaman dulu pengetahuan tentang hal ini masih begitu terbatas. Sehingga orang-orang zaman dahulu menjadikan fenomena ini sebagai patokan.
Bahkan, di sejumlah negara fenomena ini dijadikan acuan dalam menentukan kalender dengan sebutan kalender matahari.
Itulah kiranya rangkuman tentang fenomena Solstis. Terlepas akan adanya beberapa pendapat hingga mitos yang beredar, fenomena ini dinyatakan aman dan tidak berbahaya bagi manusia.