Mungkin akhir-akhir ini Anda sering mendengarkan istilah generasi Sandwich, generasi strawbery, generasi Z, Alpha dan sebagainya. Entah membaca di internet atau mendengarkan di media.
Namun yang banyak bergaung memang sandwich generation.
Berdasarkan dari Pew Research, di masa kini orang dewasa yang merupakan bagian dari generasi sandwich adalah yang mempunyai orangtua lansia dan anak-anak dibawah 18 tahun.
Akhir-akhir ini kata-kata tersebut cukup viral di kalangan masyarakat, sehingga Anda juga harus mengetahui tentang generasi sandwich dan serba-serbinya.
Apakah Itu Sandwich Generation?
Generasi sandwich merupakan sekumpulan individu yang sudah berusia setengah baya yang mendapatkan tekanan dari atas dan bawah.
Yakni memiliki tanggung jawab terhadap orangtua yang sudah menua sembari mengurus anak yang sedang tumbuh.
Sehingga menjadikan mereka terjepit diantara kewajiban merawat orangtua dan menghidupi anak-anak.
Orang tua yang sudah lanjut usia seringkali mempunyai masalah seperti sakit, tidak dapat beraktivitas, memerlukan dukungan finansial dan lain sebagainya.
Sementara anak-anak juga membutuhkan dukungan financial, dukungan fisik dari orangtua dan juga emosional. Peran yang sungguh tidak mudah untuk dibagi dengan adil seperti yang seharusnya.
Generasi sandwich merupakan ungkapan yang dicetuskan oleh Dorothy Miller dan diperkenalkan pertama kali pada tahun 1981.
Mereka yang dianggap generasi ini harus menghadapi tuntutan untuk mendukung orang tua yang mulai menua dan membesarkan anak-anak.
Hanya saja, dalam prakteknya mereka tidak mendapatkan dukungan timbal balik sebagai penggantinya.
Fenomena inilah yang membuat Miller mendapatkan ide untuk membuat istilah generasi yang terjepit. Layaknya sandwich yang terjepit pada dua keadaan yang menjadi kewajiban.
Mereka harus berbakti selayaknya anak kepada orangtuanya dan membantu keuangannya, sekaligus juga menanggung beban keluarganya sendiri.
Apalagi anak-anak membutuhkan berbagai dukungan orangtua berupa pemenuhan kebutuhan finansial, fisik dan emosional.
Meskipun dibuat sejak lama, namun istilah ini baru populer setelah 40 tahun kemudian.
Mungkin karena sangat relevan untuk menggambarkan keadaan yang tengah dialami oleh generasi milenial saat ini. Sehingga generasi sandwich menjadi populer dan menjadi perbincangan hangat.
Sayangnya, di kalangan masyarakat keadaan ini kerap dianggap sebagai budaya, atau kebiasaan.
Bahwa anak-anak harus berbakti kepada orangtua yang tidak mampu lagi memenuhi kebutuhannya.
Wajar kalau akhirnya yang berada di posisi ini kerap mengalami kelelahan fisik dan psikis yang membuat mereka mudah stres dan sakit.
Ini diakibatkan banyaknya pikiran dan tekanan yang dialami setiap hari. Apalagi ketika pemerannya adalah seorang perempuan yang bekerja.
Karena pada umumnya mereka akan mempunyai dua peran yang cukup berat dalam suatu waktu.
Selain mengurus keluarga juga harus mengurus orangtua yang cukup melelahkan.
3 Ciri Generasi Sandwich Sesuai Peran
Berdasarkan keterangan dari Carol Abaya selaku ahli Aging and Elder Care dari Amerika, Generasi sandwich ini menjalankan sekitar tiga peran yang berbeda.
Dengan uraian sebagaimana di bawah ini:
Generasi sandwich traditional
Generasi yang pertama ini merupakan orang dewasa yang usianya berada di kisaran 40 – 50 tahunan. Berada di antara orang tua yang sudah lanjut usia.
Ditambah lagi mereka memiliki anak-anak yang membutuhkan dukungan keuangan, fisik, emosional dan sebagainya.
Hal yang melelahkan seseorang baik secara psikis maupun secara fisik.
The club sandwich generation
Tipe yang kedua ini adalah orang dewasa yang lebih tua usianya. Berada di kisaran 50 sampai dengan 60 tahunan.
Terjepit di antara orang tua yang lanjut usia, anak-anak yang beranjak dewasa dan juga cucu. Sehingga tanggung jawabnya menjadi cukup kompleks dan menguras pikiran.
Namun juga berlaku bagi yang berusia sekitar 30-40 tahunan dan terjepit di antara anak yang lebih muda, kemudian orang tua dan ditambah kehadiran kakek nenek
The open face sandwich generation
Kemudian generasi selanjutnya atau yang ketiga adalah siapa saja yang berkecimpung ecara profesional terlibat dalam perawatan lansia.
Masalah yang Dialami Generasi Sandwich
Tentu saja dalam perannya yang terjepit layaknya sandwich, generasi ini memiliki masalah yang cukup kompleks.
Beberapa masalah yang dialami oleh generasi sandwich adalah sebagai berikut:
Tingkat kebahagiaan menurun
Akibat padatnya waktu yang digunakan untuk mengurus anak dan orangtua sehingga lupa dengan mengurus dirinya sendiri. Sehingga, abai pada kebahagiaan sendiri yang tidak lagi terpikirkan.
Bahkan mereka akan kerap kewalahan dan menderita beban yang lebih berat dibandingkan rekannya yang tidak menjadi golongan generasi terjepit ini.
Susah membagi waktu untuk keluarga
Mereka yang masuk generasi ini biasanya juga terbeban berat akibat target untuk memenuhi kebutuhan finansial dua generasi.
Sehingga, tidak punya banyak waktu untuk pasangan, orang tua dan anak mereka.
Sulit mengatur waktu sendiri
Terkadang, mereka merasa tidak memiliki waktu untuk diri sendiri karena waktunya sudah dihabiskan untuk mencari nafkah dan merawat anak serta orang tua mereka.
Mudah Tertekan
Sandwich Generation juga mengalami tekanan mental akibat adanya tuntutan dari dua arah. Harus memikirkan masalah anak dan orang tua secara bersamaan.
Sehingga wajar kalau kerap merasakan tekanan yang datang menghampiri dalam waktu yang bersamaan. Mempengaruhi kestabilan mental dari generasi ini saat tekanan datang berulang.
Kesulitan Secara Finansial
Apesnya lagi, sekarang banyak sekali orang yang kemampuan finansialnya pas-pasan, tetapi terjebak dalam generasi ini.
Mau tidak mau mereka harus dapat mengatur keuangan sebaik mungkin agar tetap dapat mencukupi kebutuhan rumah tangga, orang tua dan juga anaknya.
Cara Mengatasi Masalah Pada Generasi Sandwich
Masalah memang kerap datang, tetapi bukan berarti tidak dapat diatasi.
Generasi sandwich harus dapat menerapkan berbagai solusi dibawah ini agar terhindar dari masalah yang mungkin datang:
- Alangkah baiknya kalau mengajak orang tua untuk tinggal bersama dalam satu rumah sehingga menghemat pengeluaran harian yang menjadi beban.
- Tinggal serumah juga dapat menghemat waktu untuk merawat orang tua sekaligus dapat mengawasi buah hati.
- Kalau financial mencukupi, usahakan mengambil asuransi kesehatan bagi seluruh anggota keluarga, termasuk orang tua.
- Bangunlah komunikasi yang terbuka mengenai harapan dan perasaan anggota keluarga agar dapat menekan masalah yang muncul.
- Membeli alat bantu bagi orangtua yang mulai mengalami kesulitan akibat menurunnya kondisi tubuh. Sehingga cukup membantu saat sedang kerepotan tidak dapat melayani.
- Dukung anak-anak agar dapat bisa dewasa secara finansial dengan mengajarkan mereka sebagai generasi produktif sampai akhirnya dapat mandiri.
- Berikan kebebasan bagi pemegang keuangan di rumah, agar dapat menetapkan batasan masing-masing pihak untuk memperoleh dukungan secara finansial setiap bulannya
- Mengajak anak untuk berdiskusi mengenai keuangan, bagaimana mendapatkan uang dan menggunakannya dengan benar. Buatkan tabungan pribadi dan ajari membedakan keinginan dan kebutuhan.
- Usahakan meminimalisir pengeluaran rumah tangga agar anggaran keluarga tetap aman
- Jangan gengsi meminta bantuan saudara kandung atas biaya perawatan orangtua yang seharusnya tidak ditanggung sendiri.
- Usahakan me time dan sesekali refreshing agar tingkat kebahagian cenderung meningkat.
Demikianlah pengertian, ciri-ciri, masalah dan solusi bagi generasi sandwich yang tidak mudah menjalani perannya.
Dukungan keluarga, dan semangat kebersamaan antar keluarga sangat diperlukan generasi ini.