Siapa yang tidak suka ketupat, apalagi disajikan lengkap dengan opor dan sambal? Ternyata selain lezat, makna ketupat di hari lebaran sangat dalam.
Makanan khas Indonesia ini terdapat di beberapa daerah dengan nama berbeda. Hidangannya pun dilengkapi dengan topping khas daerah tersebut.
Misalnya katupek di Sumatera Barat dan sebagian Riau Daratan. Kupat di beberapa daerah di Jawa Tengah dan Jawa Timur, topat di Lombok, dll.
Nah, jika penasaran apa makna ketupat di hari lebaran, simak artikel ini hingga selesai, ya. Akan dijelaskan mengenai sejarah, makna dan filosofi makanan lezat ini.
Sejarah Ketupat
Awalnya, ketupat adalah salah satu makanan khas budaya Hindu. Baik pembuatan, bentuk hingga sajiannya memiliki filosofi tersendiri.
Saat Islam masuk ke Nusantara, salah satu Walisongo yaitu Sunan Kalijaga mengadopsi sajian ketupat ke dalam budaya Islam.
Sunan Kalijaga melakukan hal tersebut agar Islam lebih mudah diterima masyarakat Jawa saat itu. Seiring waktu, sajian ketupat menjadi makanan khas di hari-hari besar Islam.
Sunan Kalijaga juga memperkenalkan Bakda Kupat atau Lebaran Ketupat yang jatuh di tanggal 7 Syawal.
Budaya ini juga menyebar ke berbagai daerah di Nusantara. Bukan hanya di daerah Jawa, tetapi juga di Sumatera, Kalimantan, Lombok, Gorontalo, Kolaka, Manado, dll.
Makna Ketupat Di Hari Lebaran
Seperti disebutkan di atas, Sunan Kalijaga mengadopsi sajian ketupat dan memasukkan makna ajaran Islam ke dalamnya.
Makna ketupat di hari lebaran pun sangat penting, lebih dari sajian enak belaka. Berikut adalah 4 makna makanan lezat ini.
Simbol kebersamaan
Lebaran Ketupat di beberapa daerah lazim ditandai dengan menyantap ketupat bersama-sama. Dibarengi dengan kirab, acara keagamaan, dll.
Umumnya sajian ketupat lengkap dibawa ke mushola atau masjid oleh masyarakat. Setelah semua orang berkumpul, maka diadakan doa bersama dilanjutkan dengan memakan ketupat.
Di Kolaka dan beberapa daerah sekitarnya, ketupat lazim disantap di tanggal 7 Syawal sambil berekreasi bersama keluarga.
Apapun acara dan tradisi khas yang menyertainya, ketupat melambangkan kebersamaan. Baik dari proses membuat hingga menyantapnya.
Saling menghormati
Di hari Lebaran Ketupat atau Bakda Kupat, sajian ini dibawa oleh satu keluarga ke keluarga lain. Atau dari yang lebih muda ke orang yang lebih tua.
Hal ini menyimbolkan saling menghormati dan menyayangi antar anggota keluarga.
Ketupat juga biasanya diantarkan terlebih dulu ke tempat imam masjid atau pemuka masyarakat, yang juga menyimbolkan penghormatan kepada orang yang berilmu dan alim ulama.
Simbol empat perilaku
Kata ketupat atau kupat memiliki makna laku papat yang artinya empat tindakan. Dalam bahasa Jawa, keempat tindakan tersebut adalah:
- Luberan atau melimpahi. Bermakna memberikan sebagian rezeki kepada orang lain sebagai sedekah. Juga bermakna Allah akan melimpahi hamba-Nya dengan rezeki yang berkah.
- Lebaran atau pintu ampunan terbuka lebar. Bermakna selama Ramadhan, pintu ampunan dari Allah SWT terbuka lebar bagi setiap hamba yang bertaubat.
- Leburan atau melebur dosa. Bermakna saling memaafkan agar dosa dan kesalahan selama ini terhapus.
- Laburan atau menyucikan diri. Dengan melaksanakan ibadah selama bulan Ramadhan dengan sungguh-sungguh, Allah akan mengampuni dosa hamba-Nya. Hingga saat Idul Fitri, setiap orang fitrah kembali.
Akulturasi budaya dengan ajaran Islam
Pada budaya Hindu, empat sudut ketupat melambangkan keseimbangan alam dari empat arah mata angin utama. Yaitu timur, barat, utara, dan selatan.
Sunan Kalijaga lantas mengubahnya dengan menambahkan filosofi Islam, dengan mengambil makna dari kata ketupat.
Nama ketupat atau kupat juga berarti ngaku lepat atau mengakui kesalahan. Membawa sajian ketupat di hari lebaran lazim dilakukan sambil meminta maaf atas kesalahan-kesalahan selama ini.
Akulturasi budaya ini membuat Islam lebih mudah diterima oleh masyarakat Jawa yang saat itu masih mayoritas memeluk Hindu.
Akulturasi budaya pada sajian ketupat juga memperkaya budaya Indonesia dan mencerminkan Bhinneka Tunggal Ika.
Filosofi Ketupat
Selain makna ketupat di hari lebaran, sebenarnya bentuk, bahan, dan proses pembuatan ketupat juga memiliki filosofi tersendiri.
Filosofi Bentuk Ketupat
Empat sudut ketupat bermakna empat perilaku terpuji seperti yang disebutkan di atas. Bentuk tersebut juga melambangkan kemenangan setiap hamba melawan hawa nafsunya selama bulan Ramadhan.
Bentuk sarang ketupat berupa daun kelapa muda yang dianyam segi empat, dan melambangkan pengekangan atau pengendalian.
Sementara isi ketupat melambangkan nafsu duniawi. Sehingga bentuk ketupat juga memiliki filosofi pengendalian diri terhadap nafsu duniawi.
Di zaman Hindu, ketupat umumnya digantungkan di depan pintu sebagai penarik rezeki dan keselamatan serta penolak bala.
Hal seperti ini tidak ada dalam ajaran Islam, sehingga Sunan Kalijaga tidak menjadikan ketupat hiasan, melainkan sajian lebaran dengan beragam makna di dalamnya.
Filosofi Bahan Ketupat
Selain bentuknya, bahan-bahan pembuat ketupat juga memiliki filosofi masing-masing. Yaitu:
Daun kelapa muda atau janur adalah singkatan dari jatining nur. Jatining nur artinya cahaya sejati atau hati nurani setiap manusia.
Bahan ini dipilih untuk melambangkan keharusan setiap manusia mengikuti hati nurani dan mengisinya dengan keimanan. Agar dapat menahan nafsu serta menghindari maksiat.
Isian ketupat adalah beras atau ketan, yang merupakan makanan pokok masyarakat. Beras yang dirungkup oleh sarang dari janur melambangkan nafsu yang dikendalikan oleh hati nurani.
Sebagai pelengkap, umumnya ketupat disajikan dengan lauk berkuah santan. Misalnya opor, rendang, gulai, dll.
Sebagian masyarakat seperti suku Melayu juga memasak ketupat langsung dengan santan, bukan air.
Santan atau santen berasal dari kata pangapunten atau permintaan maaf. Penggunaan santan melambangkan filosofi permintaan maaf dari pemberi sajian ketupat kepada orang yang menerimanya.
Sehingga selain memohon ampunan kepada Allah, manusia juga harus saling memaafkan dengan sesama.
Lebaran Ketupat di Berbagai Daerah
Selain disantap di hari pertama Idul Fitri, beberapa daerah di Indonesia juga memiliki tradisi Lebaran Kupat atau Lebaran Ketupat.
Di hari Lebaran Kupat, sajian ketupat adalah makanan wajib diiringi berbagai tradisi khas. Berikut adalah beberapa di antaranya.
Sumatera Barat dan Riau Daratan
Dua daerah ini memaknai Lebaran Kupat sebagai waktu berkumpul dengan keluarga. Saat inilah anak-anak yang merantau pulang ke kampung halaman.
Para ibu memasak ketupat sebagai sajian wajib dan seluruh anggota keluarga menyantapnya bersama-sama.
Beberapa daerah di Sulawesi
Di daerah-daerah ini, Lebaran Ketupat memiliki tradisi berkumpul dan menyantap ketupat bersama. Baik di rumah keluarga maupun sambil berekreasi.
Beberapa daerah di Pulau Jawa
Kirab atau upacara adat adalah acara khusus yang lazim dilakukan pada saat Lebaran Ketupat di beberapa daerah Jawa.
Setelah itu dilanjutkan dengan doa bersama, shalawatan, serta menyantap hidangan ketupat.
Baik filosofi maupun makna ketupat di hari lebaran ternyata sangat beragam dan mendalam. Saat menyantapnya, bukan hanya terasa lezat tetapi setiap orang diharapkan dapat menjalankannya.
Demikian pembahasan mengenai sejarah dan makna ketupat di hari lebaran. Juga filosofi dan ciri khas lebaran ketupat di berbagai daerah Indonesia. Adakah makna khusus ketupat di daerah Anda?