Penting sekali mengetahui cara menghitung dana darurat secara sederhana. Karena tanpa dana darurat, kamu bisa kelimpungan jika terjadi hal-hal genting di luar rencana.
Dana darurat adalah sejumlah dana yang disimpan untuk digunakan sewaktu-waktu jika ada kejadian genting. Misalnya dipecat, kehilangan harta cukup besar, sakit berat, dll.
Jangan samakan dana darurat dengan tabungan, karena simpanan yang satu ini tidak boleh digunakan untuk memenuhi keinginan atau kebutuhan sampingan Anda.
Nah, agar lebih paham cara menghitung dana darurat secara sederhana, Anda bisa simak artikel ini hingga selesai, ya.
Manfaat Memiliki Dana Darurat
Tentu saja, dana darurat memiliki beragam manfaat yang bisa membantu hidup Anda, yaitu:
- Dana cadangan jika sewaktu-waktu kamu kehilangan pekerjaan
- Dana tambahan ketika menghadapi masalah genting seperti kecelakaan atau sakit berat
- Modal usaha. Tentu saja pakai sebagian dulu, jangan langsung menghabiskannya sekaligus.
- Tambahan dana pendidikan anak.
Berapa Besar Dana Darurat Yang Diperlukan?
Menurut Sjafir Senduk, dana darurat yang dicadangkan untuk mereka yang single adalah sekitar 6-9 kali pengeluaran rutin.
Sementara bagi mereka yang menikah, cadangkan dana darurat sebesar 9-12 kali pengeluaran rutin. Nilai ini mempertimbangkan biaya tak terduga yang harus dikeluarkan selama tidak berpenghasilan.
Sehingga, walaupun belum mendapatkan pemasukan tetap lagi, kamu masih bisa memenuhi kebutuhan rutin primer.
Perlu diingat bahwa dana darurat sebaiknya dipisahkan dari tabungan dan investasi.
Tabungan dapat dipakai sewaktu-waktu untuk kebutuhan tersier seperti liburan keluarga atau membeli barang yang diinginkan.
Sementara investasi ditujukan untuk penghasilan pasif di masa depan. Sedangkan dana darurat khusus digunakan pada kondisi genting saja.
Kamu bisa meringankan dana darurat dengan memiliki asuransi seperti BPJS. Sehingga biaya pengobatan bisa lebih ringan.
3 Cara Menghitung Dana Darurat Secara Sederhana
Tidak sulit kok menjalankan cara menghitung dana darurat secara sederhana. Coba ikuti tiga langkah berikut ini.
Tentukan rumus pengeluaranmu
Sebagai langkah awal cara menghitung dana darurat, ketahui rumus pengeluaran yang kamu pakai.
Jika memakai rumus 50 30 20, kamu mengalokasikan 50 persen untuk konsumsi, 30 persen self reward, 20 persen tabungan.
Maka keluarkan dana darurat dari alokasi 20 persen.
Jika memakai rumus 70 25 5, kamu mengalokasikan 70 persen untuk konsumsi dan tagihan, 25 persen tabungan, 5 persen hiburan.
Maka keluarkan dana tabungan dari alokasi 25 persen.
Jika kamu memakai rumus 80 persen kebutuhan dan 20 persen tabungan, maka keluarkan dana darurat dari cadangan tabungan.
Kamu juga bisa memakai cara lain yang sesuai dengan kebiasaan konsumsimu. Namun pastikan dana darurat rutin dicadangkan setiap bulan.
Ketahui pengeluaran rutin setiap bulan
Nah, selanjutnya kita akan menentukan besar dana darurat yang diperlukan. Sebelumnya, ketahui dulu besar pengeluaran rutin.
Contohnya, kamu masih single dan memiliki daftar pengeluaran sebagai berikut:
- Sewa kontrakan Rp1.000.000
- Belanja bulanan Rp500.000
- Belanja harian (bahan masakan dan lauk makan) Rp400.000
- BBM dan listrik Rp300.000
- Tagihan pinjaman Rp 750.000
Maka jumlah pengeluaran rutinmu adalah Rp2.950.000 per bulan. Jika kamu single, kamu memerlukan dana cadangan 6 kali biaya hidup. Maka:
6 x Rp2.950.000 = 17.700.000.
Jika kamu berpenghasilan Rp6.000.000 dan mencadangkan dana darurat sebesar 5 persen, maka:
5% x Rp6.000.000 = Rp300.000 per bulan.
Rp17.700.000 : Rp300.000 = 59 bulan.
Kamu membutuhkan waktu 59 bulan untuk mencapai dana darurat yang dibutuhkan.
Sedangkan jika kamu sudah menikah, maka contoh cara menghitung dana darurat secara sederhana adalah:
Daftar pengeluaran bulanan
- Pampers dan kebutuhan anak Rp1.000.000
- Biaya KPR rumah Rp1.000.000
- Transportasi Rp500.000
- Belanja harian Rp3.000.000
- Belanja bulanan Rp1.000.000
- Listrik, air, cicilan pinjaman lainnya Rp1.000.000
Total pengeluaran bulanan: Rp7.500.000
Maka total dana darurat yang harus dicadangkan adalah 9 x Rp7.500.000 = Rp67.500.000
Jika kamu memiliki penghasilan Rp10.000.000 dan mencadangkan dana darurat sebanyak 10% maka:
10% x Rp10.000.000 = Rp1.000.000 per bulannya untuk dana darurat.
Rp67.500.000 : Rp1.000.000 = 67,5.
Artinya kamu membutuhkan waktu selama 67,5 bulan untuk mencapai dana cadangan yang diperlukan.
Sisihkan secara rutin dan jangan diganggu gugat
Nah, setelah mendapatkan jumlah uang yang harus disisihkan beserta lama waktu yang diperlukan, mulailah mengalokasikan dana daruratmu.
Jangan lupa untuk konsisten dan rutin menyisihkan dana dan tidak tergoda memakainya untuk keperluan yang tidak terlalu penting.
Agar lebih terjaga, kamu bisa menyimpan dana darurat dalam bentuk tabungan rencana yang tidak bisa diambil sewaktu-waktu.
Kamu juga bisa meletakkan dana daruratmu di reksadana, sukuk, atau instrumen lainnya. Atau bisa juga dalam bentuk emas agar tidak terpengaruh inflasi.
Salah satu keunggulan menyisihkan emas untuk dana cadangan adalah nilainya yang stabil dan berkemungkinan meningkat dari setiap tahun.
Metode ini cocok untuk dana darurat karena minim resiko dan emas dapat dicairkan secara cepat dan mudah.
4 Sumber Dana Darurat
Apakah dana darurat disisihkan dari gaji bulanan saja? Ternyata tidak. Ada beberapa sumber lain yang dapat dijadikan dana darurat, yaitu:
THR dan bonus tahunan.
Jangan habiskan THR dan bonus untuk konsumsi. Sisihkan paling tidak 10 persen untuk dana darurat dan investasi.
Hal penting lainnya, pisahkan penggunaan THR dan bonus dari gaji. Sehingga tidak merusak anggaran keuangan yang sudah kamu buat.
Hasil kerja sampingan
Jika kamu memiliki pekerjaan sampingan atau usaha kecil-kecilan, coba sisihkan sebagian pendapatanmu untuk dana darurat. Tetapi jangan sampai mengganggu modal usaha, ya.
Ah, jangan lupa untuk memisahkan catatan keuangan kerja sampinganmu dengan catatan keuangan rutin dari gaji. Agar usahamu lebih teratur dan bisa berkembang lebih baik.
Hingga akhirnya, pengalokasian dana darurat akan lancar setiap bulan.
Warisan atau hadiah
Nah, sumber dana ini umumnya berjumlah besar. Alangkah baiknya jika kamu menyisihkan sebagian untuk dana darurat dan investasi agar targetmu cepat tercapai.
Alokasikan langsung warisan dengan jumlah cukup besar agar beban alokasi dana daruratmu menjadi lebih ringan.
Kredit Tanpa Agunan
Yang satu ini sebenarnya tidak terlalu direkomendasikan. Kamu boleh mengambil KTA jika cicilannya tidak melebihi 25 persen dari penghasilanmu.
Pertimbangkan pula suku bunga dan inflasi, karena inflasi tinggi bisa mempengaruhi jumlah cicilan dan besarnya bunga yang dikenakan.
KTA umumnya mengenakan bunga lebih tinggi dari kredit yang menggunakan agunan. Kecuali sudah ada kerja sama antara bank dengan perusahaan tempatmu bekerja.
Jika memang bunga yang dikenakan tidak tinggi, flat, serta cicilan masih terjangkau di anggaranmu, barulah opsi ini bisa dipertimbangkan.
Begitulah cara menghitung dana darurat secara sederhana. Tidak terlalu sulit, bukan?
Yang terpenting adalah konsistensi dan kesadaranmu untuk hidup sederhana dan mematuhi anggaran yang telah disusun.
Lalu setelah melakukan cara menghitung dana darurat secara sederhana di atas, ingatlah untuk tidak menggunakan dana tersebut selain di kondisi genting.