Mengetahui niat puasa qadha yang benar sangat penting agar puasa kita diterima Allah SWT.
Puasa qadha dilakukan untuk mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal karena sebab yang syar’i.
Artikel ini akan menjelaskan niat puasa qadha yang benar. Termasuk jika digabung dengan puasa sunnah.
Penyebab Seseorang Boleh Tidak Puasa Ramadhan
Puasa Ramadhan adalah ibadah wajib yang harus ditunaikan setiap muslim yang telah baligh.
Namun, Allah memberi keringanan bagi beberapa orang untuk tidak berpuasa di bulan mulai tersebut. Dengan syarat menggantinya di luar Ramadhan.
Adapun penyebab seseorang boleh tidak berpuasa di bulan Ramadhan adalah:
- Seseorang yang sedang sakit dan berpuasa akan menambah sakitnya.
- Wanita hamil dan menyusui, jika membahayakan bayi atau dirinya.
- Wanita yang sedang haid dan nifas.
- Orang yang sudah sangat tua dan tidak sanggup berpuasa.
- Orang yang sedang dalam perjalanan jauh (minimal 80 km)
Puasa yang batal di tengah hari Ramadhan juga harus diganti. Misalnya puasa suami istri yang batal karena bercampur di siang hari Ramadhan.
Pada kasus tersebut, suami istri juga harus mengganti puasa dalam bentuk iqob (hukuman).
Yaitu dengan berpuasa 60 hari berturut-turut atau memberi makan 60 orang miskin
Cara dan Niat Puasa Qadha Ramadhan
Ada dua cara mengganti atau mengqadha puasa Ramadhan, yaitu:
- Dengan berpuasa di hari lain di luar Ramadhan sejumlah puasa yang tertinggal.
- Dengan membayar fidyah.
Pembayaran fidyah dilakukan untuk mereka yang memang sudah tidak sanggup lagi berpuasa. Seperti manula yang sudah uzur dan sangat lemah.
Atau bagi mereka yang sakit berkepanjangan. Misalnya penderita kanker atau stroke parah.
Selain keduanya, diwajibkan untuk mengganti dengan berpuasa.
Adapun ibu hamil dan menyusui, juga mengganti dengan berpuasa. Walaupun ada pendapat ulama yang mengatakan boleh mengganti dengan fidyah.
Niat Puasa Qadha
Utang puasa dapat di-qadha kapan saja. Tidak harus berurutan, tetapi sebaiknya lunas sebelum Ramadhan berikutnya tiba.
Berikut adalah niat puasa qadha:
Nawaitu shauma ghodin an qadha’i fardhi syahri romadhoona lillahi taala.
Artinya: Aku berniat untuk meng-qadha puasa Ramadhan, esok hari karena Allah Ta’ala.
Niat ini dapat dibaca di malam hari sebelum tidur atau setelah shalat Isya. Bisa juga setelah sahur, sebelum azan subuh.
Jika berniat sebelum subuh, maka lafaznya adalah:
Aku berniat meng-qadha puasa Ramadhan, hari ini karena Allah Ta’ala.
Niat dapat dibaca dalam bahasa Indonesia saja. Baik dilafalkan secara keras atau di dalam hati.
Niat Puasa Qadha yang Digabung dengan Puasa Sunnah
Apakah niat puasa qadha boleh digabung dengan puasa sunnah?
Menurut Imam Ibnu Utsaimin hal itu diperbolehkan selama bukan puasa sunnah 6 hari di bulan Syawal.
Hal ini juga senada dengan pendapat kebanyakan ulama.
Puasa 6 hari di bulan Syawal diutamakan dilakukan setelah mengganti puasa Ramadhan yang tertinggal.
Sebagian besar ulama mensyaratkan hal tersebut agar Anda mendapatkan pahala puasa setahun penuh.
Namun, jika digabung dengan puasa sunnah lain maka diperbolehkan. Seperti yang dilansir dari situs resmi Ibnu Utsaimin di http://www.ibnothaimeen.com/all/noor/article_1969.shtml.
Niat puasa qadha boleh digabungkan dengan puasa sunnah selama puasa sunnah tersebut tidak berkaitan dengan puasa wajib.
”Seseorang yang melakukan puasa Arafah, atau puasa Asyura, dan dia punya tanggungan qadha Ramadhan, maka puasanya sah. Dan jika dia meniatkan puasa pada hari itu sekaligus meng-qadha puasa Ramadhan, maka dia mendapatkan dua pahala: pahala puasa Arafah atau puasa Asyura, dan pahala puasa qadha. Ini untuk puasa sunah mutlak, yang tidak ada hubungannya dengan Ramadhan.” (Imam Ibnu Utsaimin dalam Fatawa as-Shiyam, 438).
Seorang muslim yang akan mengganti puasa Ramadhan, boleh juga melakukannya di hari Senin dan Kamis agar mendapatkan keutamaan hari tersebut.
Seperti diketahui, Rasulullah berpuasa di hari Senin dan Kamis. Atau melakukan puasa selang-seling seperti puasa Nabi Daud.
Namun, bacaan niat yang dibaca cukup niat puasa qadha saja. Tidak perlu mengucapkan juga niat puasa sunnah.
Adapun pahala yang didapat InsyaAllah tetap berganda. Yaitu pahala puasa qadha dan sunnah.
Meng-qadha Puasa di Bulan Sya’ban
Diperbolehkan bagi seorang muslim untuk meng-qadha puasanya di bulan Sya’ban. Seperti yang diriwayatkan oleh Abu Salamah dari Aisyah RA berikut ini:
كَانَ يَكُونُ عَلَيَّ الصَّوْمُ مِنْ رَمَضَانَ، فَمَا أَسْتَطِيعُ أَنْ أَقْضِيَ إِلَّا فِي شَعْبَانَ»، قَالَ يَحْيَى: الشُّغْلُ مِنَ النَّبِيِّ أَوْ بِالنَّبِيِّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ
(Kaana yakuunu ‘alayyasshoumu min ramadhana, famaa astatii’u an aqdhiya illaa fii sya’ban).
Artinya: “Saya mempunyai utang puasa Ramadhan. Saya tidak dapat mengqadhanya kecuali di bulan Sya’ban.
Dalam hadist di atas, Aisyah meng-qadha utang puasa Ramadhan di bulan Sya’ban karena ia sibuk melayani Nabi Muhammad ﷺ” (Muttafaq alaih).
Merujuk pada hadist di atas, diperbolehkan bagi seorang muslim mengganti puasa Ramadhan di bulan Sya’ban.
Bahkan, jika sudah sampai di bulan ini, maka harus disegerakan. Karena waktu yang tersisa hanya sedikit.
Namun, tidak diperbolehkan berpuasa di hari terakhir Sya’ban. Untuk memberi selang waktu dengan puasa Ramadhan.
Selain juga untuk membedakan puasa qadha atau puasa sunnah dengan.puasa wajib Ramadhan.
Bagaimana Jika Lupa Jumlah Puasa yang Harus Diqadha?
Untuk menghindari lupa berapa jumlah puasa yang harus di-qadha, sebaiknya langsung mengganti setelah Ramadhan terakhir.
Hal ini sesuai firman Allah di surat An Nisa ayat 17:
اِنَّمَا التَّوْبَةُ عَلَى اللّٰهِ لِلَّذِيْنَ يَعْمَلُوْنَ السُّوْۤءَ بِجَهَالَةٍ ثُمَّ يَتُوْبُوْنَ مِنْ قَرِيْبٍ فَاُولٰۤىِٕكَ يَتُوْبُ اللّٰهُ عَلَيْهِمْ ۗ وَكَانَ اللّٰهُ عَلِيْمًا حَكِيْمًا
Innamattaubatu ‘alallaahi lilladzii a ya’maluunassuu a bijahallatin tsumma yatuubuuna min qariibin fa ulaaika yatuubullau ‘alaihim. Wa kaanallaahu ‘aliiman hakiima.
Artinya:
Sesungguhnya bertobat kepada Allah hanya (pantas) bagi mereka yang melakukan kejahatan karena tidak mengerti, kemudian segera bertobat.
Tobat mereka itulah yang diterima Allah. Dan Allah Maha Mengetahui, Maha Bijaksana.
Namun, ada kalanya seseorang lupa berapa jumlah puasa yang harus di-qadha. Dalam hal ini jalan terbaik adalah menggenapkan ke atas perkiraan jumlah puasa tersebut.
Misalnya kira-kira hari puasa yang harus di-qadha adalah 7 atau 8 hari. Maka gantilah sebanyak 8 hari. Atau genapkan ke angka 10.
Agar lebih cepat selesai, lakukan puasa qadha bersamaan dengan puasa Senin-Kamis atau puasa Nabi Daud.
Meng-qadha utang puasa Ramadhan wajib hukumnya. Semua utang puasa harus lunas sebelum Ramadhan berikutnya tiba.
Puasa qadha dapat dilakukan bersamaan dengan puasa sunnah, kecuali puasa enam hari di bulan Syawal.
Namun, niatnya cukup niat puasa qadha saja. Tidak perlu membaca dua niat sekaligus.
Puasa qadha juga dapat dilakukan di bulan Sya’ban. Hanya saja tidak diperbolehkan berpuasa di hari terakhir bulan tersebut.