Penyakit ain, atau yang lebih dikenal sebagai penyakit mata iri dalam budaya Islam, adalah suatu kondisi spiritual yang diyakini dapat merugikan individu secara lahir dan batin.
Meskipun tak terlihat oleh mata manusia, penyakit ain memiliki dampak serius dan dapat menimbulkan masalah kesehatan dan kehidupan sehari-hari.
Dalam Islam, keyakinan terhadap keberadaan penyakit ain merupakan bagian dari iman.
Pemahaman mendalam terhadap konsep ini menjadi penting bagi umat Muslim.
Apa Itu Penyakit Ain?
Syaikh Muhammad Fuad Abdul Baqi, dalam karyanya Al-Lu’lu wal Marjan, mengartikan penyakit ain sebagai dampak dari pandangan mata.
Jika seseorang memandang orang lain dengan kagum namun diiringi oleh perasaan dengki atau iri, hal tersebut dapat menimbulkan kerugian.
Dr. Raehanul Bahraen, seperti yang dikutip dalam Majalah Kesehatan Muslim, menjelaskan bahwa penyakit ain dapat mengenai tubuh dan jiwa.
Penyebabnya adalah pandangan mata yang penuh iri atau kagum, dimanfaatkan oleh setan, dan dapat menimbulkan bahaya bagi penderitanya.
Asal mula penyakit ain sebenarnya telah ada sejak zaman dahulu, seperti yang dijelaskan dalam hadits Nabi SAW:
“Ain adalah hak (benar). Seandainya ada sesuatu yang dapat mendahului takdir, niscaya ain-lah yang bisa mendahuluinya,” (HR Muslim & Tirmidzi)
Lebih lanjut, fatwa Al Lajnah Ad Daimah menjelaskan bahwa kata “ain” berasal dari kata ‘aana – ya’iinu yang berarti terkena sesuatu dari mata.
Asalnya adalah dari kekaguman seseorang terhadap sesuatu, diikuti oleh respons negatif dari jiwa, yang kemudian menggunakan pandangan mata sebagai media untuk menyalurkan racunnya kepada objek yang dipandang (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Fatwa Al Lajnah Ad Daimah.
مأخوذة من عان يَعين إذا أصابه بعينه ، وأصلها : من إعجاب العائن بالشيء ، ثم تَتبعه كيفية نفْسه الخبيثة ، ثم تستعين على تنفيذ سمها بنظرها إلى المَعِين
Artinya: “Ain dari kata ‘aana – ya’iinu yang artinya: terkena sesuatu hal dari mata. Asalnya dari kekaguman orang yang melihat sesuatu, lalu diikuti oleh respons jiwa yang negatif, lalu jiwa tersebut menggunakan media pandangan mata untuk menyalurkan racunnya kepada yang dipandang tersebut,” (Fatwa Al Lajnah Ad Daimah, 1/271).
Konsep penyakit ini tidak hanya berkaitan dengan mata secara fisik, tetapi juga mencakup aspek jiwa dan pengaruh setan.
Asal mula penyakit ini, seperti diuraikan dalam fatwa, memberikan gambaran tentang bagaimana pandangan mata yang dipenuhi oleh perasaan negatif dapat mengakibatkan dampak yang merugikan bagi individu yang menjadi sasaran.
Ciri-Ciri
Penyakit ain dapat dikenali melalui beberapa ciri-ciri yang dijelaskan dalam ajaran Islam.
Salah satu ciri yang paling umum adalah perubahan mendadak dalam keadaan kesehatan atau keberuntungan seseorang setelah mencapai kesuksesan atau kebahagiaan.
Misalnya, seseorang yang baru saja meraih sukses dalam pekerjaan atau kehidupan pribadi tiba-tiba mengalami kemunduran yang tak dapat dijelaskan secara logis.
Ciri lainnya adalah adanya perubahan dalam perilaku dan sikap orang di sekitar individu yang terkena penyakit ain.
Mungkin terjadi peningkatan iri hati, cemburu, atau bahkan tindakan negatif terhadap orang yang menjadi korban penyakit ain.
Oleh karena itu, penting bagi umat Muslim untuk mengenali ciri-ciri ini agar dapat mengambil langkah-langkah preventif.
Penyakit ini, sebagaimana penyakit lainnya, dapat dikenali melalui beberapa ciri khas.
Menurut Syaikh Abdul Azi As-Sadhan, hafidzahullahu Ta’ala, tanda-tanda gangguan ain sering kali muncul dalam bentuk berikut, terutama jika tidak disebabkan oleh penyakit fisik atau medis:
- Pusing yang berpindah-pindah.
- Kulit wajah yang pucat.
- Keringat berlebih dan frekuensi buang air kecil yang tinggi.
- Menurunnya nafsu makan.
- Sensasi mati rasa.
- Perasaan panas atau dingin yang tak wajar pada bagian tubuh tertentu.
- Detak jantung yang cepat dan tidak teratur.
- Rasa sakit yang berpindah dari area bawah punggung hingga bahu.
- Keadaan emosional seperti kesedihan dan rasa sesak di dada.
- Berkeringat berlebih pada malam hari.
- Perubahan perilaku dan emosi yang berlebihan.
- Timbulnya ketakutan yang tidak beralasan.
- Sering bersendawa atau menguap secara berlebihan.
- Kebiasaan menyendiri atau mengasingkan diri.
- Sikap diam dan kurangnya motivasi untuk bergerak.
- Kecenderungan tidur berlebihan atau kebalikannya, kesulitan tidur.
- Munculnya masalah kesehatan tanpa alasan medis yang jelas.
Penting untuk mengidentifikasi gejala-gejala ini secara bijak dan tidak mengabaikannya.
Terutama jika penyakit ini tidak dapat dijelaskan dengan faktor medis.
Mengetahui ciri-ciri penyakit ain adalah langkah awal untuk mengambil tindakan pencegahan dan mendekatkan diri pada perlindungan spiritual sesuai ajaran Islam.
Cara Mencegah
Mencegah penyakit ain merupakan langkah yang sangat diutamakan dalam ajaran Islam.
Salah satu cara utama adalah dengan menjaga hati dan pikiran dari rasa iri hati dan dengki terhadap keberhasilan orang lain.
Rasulullah SAW bersabda, “Jauhilah sifat hasad (iri hati), karena hasad dapat menghabiskan amal kebaikan sebagaimana api menghabiskan kayu bakar.”
Selain itu, amalan-amalan keagamaan seperti membaca ayat-ayat Al-Qur’an, melakukan dzikir, dan bersedekah juga dianggap sebagai langkah-langkah preventif.
Ini membantu memperkuat ikatan spiritual dengan Allah SWT dan menjauhkan diri dari energi negatif yang dapat menyebabkan penyakit ain.
Untuk melindungi diri dari dampak penyakit ain, penting bagi manusia untuk bersandar kepada kekuatan Allah SWT dan mencari perlindungan-Nya.
Pengobatan penyakit ini dilakukan melalui tawakal kepada Allah.
Penyakit ini dapat diatasi dengan cara yang diwajibkan bagi mereka yang terpesona oleh sesuatu untuk mengucapkan doa memohon keberkahan atas hal baru tersebut.
Pujian dan Bacaan Surat Pendek sebagai Pencegahan
Pencegahan penyakit ain dapat dilakukan dengan selalu mengiringi pujian dengan ungkapan seperti Tabarakallah atau MasyaAllah.
Selanjutnya, membaca surat-surat pendek seperti Al Ikhlas, Al Falaq, dan An Nas tiga kali setelah subuh dan maghrib juga dapat membantu mencegah penyakit ain.
Ruqyah: Pengobatan Sesuai Ajaran Islam
Selain itu, penyakit ain dapat disembuhkan dengan ruqyah sesuai dengan tuntunan Islam.
Membaca dengan bahasa Arab atau bahasa Indonesia yang dapat dimengerti oleh orang banyak, tanpa menggunakan jimat atau sihir, dapat membantu mengatasi penyakit ain.
Aisyah radhiallahu’anha pernah menyampaikan bahwa “Rasulullah Shallalahu’alaihi Wasallam meminta dia di-ruqiyah untuk menyembuhkan penyakit ain.” (HR. Muslim no 2195).
Doa sebagai Pemagaran dari Hasad dan Iri Hati
Karena hasad atau iri hati menjadi akar utama penyakit ain, maka sangat penting bagi seseorang untuk menjauhi sifat ini dengan membaca doa-doa sebagai langkah pencegahan.
Kesadaran akan kekuatan Allah dan upaya aktif dalam membangun pertahanan spiritual merupakan kunci untuk menjaga diri dari penyakit ini.
Dengan begitu, manusia dapat hidup lebih tenang dan terlindungi dari ancaman yang tak terlihat namun dapat berdampak serius pada kehidupan sehari-hari.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, mengamalkan doa-doa dengan sungguh-sungguh dapat menjadi benteng yang kokoh untuk melindungi diri dari ancaman penyakit ini.
Kesadaran akan keberadaan penyakit ain dan upaya aktif untuk mencegahnya sesuai dengan ajaran Islam merupakan langkah awal yang sangat penting bagi umat Muslim.
Penyakit ain bukanlah sekadar kepercayaan tanpa dasar, melainkan suatu konsep dalam Islam yang mengajarkan pentingnya menjaga kebersihan spiritual dan hati yang bersih.
Dengan memahami definisi, ciri-ciri, cara mencegah, dan doa-doanya, umat Muslim dapat menghadapi ancaman ini dengan lebih bijak dan menyeluruh, menciptakan kehidupan yang lebih harmonis dan berkat.