IndoTimes
  • Berita
  • Business
  • Sport
  • Lifestyle
  • Edukasi
  • Teknologi
  • Entertainment
    • Kuliner
    • Otomotif
    • Hobi
  • Review
No Result
View All Result
IndoTimes
  • Berita
  • Business
  • Sport
  • Lifestyle
  • Edukasi
  • Teknologi
  • Entertainment
    • Kuliner
    • Otomotif
    • Hobi
  • Review
No Result
View All Result
IndoTimes
  • Berita
  • Business
  • Sport
  • Lifestyle
  • Edukasi
  • Teknologi
  • Entertainment
  • Review
Home Edukasi

Misteri Sesar Cugenang, Penyebab Terjadinya Gempa Beruntun

by Lyla Iswara
February 4, 2023
in Edukasi, Berita
Reading Time: 7 mins read
0
Misteri Sesar Cugenang, Penyebab Terjadinya Gempa Beruntun
0
SHARES
18
VIEWS

Rentetan gempa yang terjadi di Jawa Barat belakangan ini diakibatkan oleh sebuah sesar atau patahan dengan nama Cugenang. Sesar Cugenang sendiri kabarnya melintasi 9 desa.

Berita ini resmi diturunkan oleh Dwikorita Karnawati selaku Kepala BMKG. Dwikorita menerangkan jika gempa Cianjur dengan magnitudo 5,6 SR diakibatkan oleh sesar atau patahan Cugenang.

Sesar Cugenang Adalah Satu dari Banyak Lempeng Patahan Penyebab Gempa di Indonesia

Sesar Cugenang Adalah Satu dari Banyak Lempeng Patahan Penyebab Gempa di Indonesia
Foto: BBC

Sebetulnya, patahan-patahan semacam ini banyak tersebar di Indonesia.  Ada sekitar 295 patahan aktif yang diidentifikasi, Namun, patahan Cugenang disinyalir menjadi temuan baru bagi BMKG.

Berdasarkan hasil penelusuran, patahan ini memang melintasi Kecamatan Cugenang, sehingga dinamakan patahan Cugenang. Patahan baru terbentuk kala melintasi 9 desa di dua Kecamatan.

Menurut Dwikorita patahan ini memiliki garis lintasan yang mengarah ke Barat Laut Tenggara. Desa-desa di kecamatan Cugenang diantaranya ialah:

  • Wilayah desa Ciherang
  • Cibeureum
  • Nyalindung
  • Ciputri
  • Mangunkerta
  • Sarampad
  • Cibulakan
  • serta Desa Benjot

Sementara satu desa berikutnya bernama Desa Nagrak yang berada di Kecamatan Cianjur.

Sesar Cugenang Wajib Dikosongkan Untuk Rekonstruksi Rumah Masyarakat

Dwikorita menambahkan jika zona patahan Cugenang ini wajib diperhatikan. Lantaran harus dikosongkan jika ada rekonstruksi maupun pembangunan kembali.

Pembangunan kembali tanpa memperhatikan lintasan patahan dikhawatirkan akan berpotensi mengalami kerusakan jika gempa terjadi. Setidaknya dalam rentang waktu 20 tahun kemudian.

Apa Kata Analisis Pakar Unpad Terkait Sesar Cugenang yang Awalnya Dikira Sesar Cimandiri

Sebelumnya, Ismawan selaku ahli Geologi dari Unpad atau Universitas Padjajaran sempat meragukan jika penyebab gempa Cianjur bermagnitudo 5,6 SR dipicu oleh Sesar Cimandiri.

Dirinya memiliki hipotesis jika lokasi episenter gempa cukup jauh dari bentangan sesar Cimandiri. Ia yakin jika gempa ini bukanlah dari patahan Cimandiri kendati memiliki bagian yang serupa.

Ismawan menambahkan jika kawasan Cugenang disinyalir menjadi episenter gempa Cianjur dengan rentang jarak 10 kilometer, di sebelah utara jalur patahan Cimandiri. 

Sementara jalur sesar Cimandiri berawal dari area Pelabuhan Ratu membentang menuju arah timur. Kemudian berbelok ke utara yang berada di sekitar episentrum gempa kemarin.

Hipotesis ini diperkuat dengan adanya observasi yang menyatakan lebar sesar Cimandiri berkisar antara 8 hingga 10 meter. 

Terlebih, patahan Cimandiri mempunyai kecenderungan miring ke arah selatan dengan kedalaman 10 kilometer, sehingga dipastikan berada di jalur sesar tersebut.

Ismawan Ungkapkan Analisis Tentang Sesar Baru

Ismawan kembali menganalisa adanya kemungkinan gempa yang diakibatkan oleh patahan baru dan belum diketahui banyak pihak. Karena, bisa jadi jejak-jejak penelusurannya tertutup oleh sejumlah faktor.

Dia melihat jika lokasi episenter di sekitar Gunung Gede, sehingga potensi jejak-jejak sesar ini diselimuti oleh endapan gunung berapi.

Misalnya saja sesar lama yang terdapat jejak-jejak penelusuran menyatakan di wilayah tersebut ada patahan. Namun, karena ada batuan vulkanik, maka tampak menghilang.

Kesimpulannya, penemuan sesar Cugenang baru-baru ini mungkin saja sesuai dengan hipotesis ahli Geologi Unpad tersebut.

Wajib Diwaspadai

Dalam gempa Cianjur beberapa waktu lalu setidaknya ada tujuh korban meninggal dunia, dari total dugaan 30 warga yang tertimbun longsor karena gempa bumi tersebut.

Berdasarkan data ini menurut Kepala BMKG penetapan zona patahan menjadi sangat vital. Demi mendukung rekonstruksi kembali rumah-rumah yang terdampak gempa.

Kepala BMKG, Dwikorita menjelaskan, salah satu dasar pertimbangan dalam penentuan patahan atau strike ialah pecahnya permukaan tanah yang lurus (rupture). 

Hal ini disinyalir sebagai manifestasi bidang patahan yang beririsan dengan permukaan lintasan. Strike ini wajib diwaspadai saat pembangunan rumah kembali. 

Dikarenakan sesar Cugenang merupakan patahan aktif dan baru saja diidentifikasi, kondisi area yang mengkhawatirkan memang harus dikosongkan.

Sejalan dengan hal ini, mekanisme gempa susulan yang terekam oleh sensor BMKG hingga sekarang telah lebih dari 400 kali gempa susulan.

Perlu diketahui gempa Cianjur ini menyebabkan puluhan ribu rumah rusak serta menyebabkan sekitar 334 jiwa melayang.

1800 Rumah di Cianjur Berada di Zona Merah Sesar Cugenang

1800 Rumah di Cianjur Berada di Zona Merah Sesar Cugenang
Foto: Kabar Malam

Merujuk pada urgensi yang ada, pihak BMKG kemudian merekomendasikan wilayah seluas 8,09 km2 dan setidaknya 1.800 rumah yang terdampak patahan Cugenang harus direlokasi.

Sebab, zona Cugenang masuk ke area bahaya dan rentan akan pergeseran maupun kerusakan lahan maupun bangunan. Hunian-hunian yang direlokasi diantaranya ialah:

  • Sebagian Desa Talaga
  • Nagrak
  • Sarampad
  • serta Cibulakan

Desa-desa ini telah diumumkan oleh Daryono selaku Kepala Pusat Gempa Bumi serta Tsunami BMKG melalui pers virtual.

Daryono menyebut jika terdapat zona bahaya di jarak 200 hingga 500 meter lurus ke arah kanan kiri patahan. Rentang jarak tersebut diketahui memiliki potensi deformasi atau pergeseran.

Daryono juga menambahkan, berdasarkan analisis pemotretan udara, teridentifikasi jika sebaran kerusakan berada di sepanjang patahan tersebut.

Perlu diketahui pula, selain kerusakan bangunan di sejumlah lokasi turut dikontrol oleh kepadatan atau jenis tanah.

Termasuk posisi bangunan terhadap kemiringan lereng yang berpotensi menyebabkan lahan longsor.

Mengenal Jenis-jenis Sesar Gempa

Mengenal Jenis-jenis Sesar Gempa
Foto: Detik

Menurut kategorinya, sesar gempa dibedakan menjadi tiga jenis. Yakni, berdasar arah pergeseran batuan, bidang sesar maupun dari penyebab terjadinya. Lantas, apa Sajakah sesar tersebut?

Reverse Faults 

Reverse Faults sendiri merupakan sesar yang terjadi karena gaya tekan maksimum dengan arah vertikal. Sesar ini menyebabkan salah satu bagian batuan bergerak menuju ke atas.

Patahan ini kerap terjadi pada area dengan dua lempeng yang saling beririsan atau bertabrakan.

Strike-Slip Faults

Jenis sesar kedua ini banyak terjadi karena bidang batuan yang bergerak dengan alur horizontal. Yakni ke arah kiri maupun kanan akibat gaya yang bekerja pada batuan tersebut.

Normal Faults

Sesar jenis ketiga merupakan sesar yang terjadi karena gaya tekan maksimum, menuju arah vertikal. Sehingga menyebabkan salah satu bidang bergerak ke bawah mengikuti arah bidang sesar

Mana Sajakah Sebaran Sesar Aktif di Indonesia?

Setelah mengidentifikasi sesar Cugenang, BMKG sebelumnya sempat merilis mana-mana sajakah yang menjadi titik sebaran sesar aktif di Nusantara. 

Mengingat, sebagai negara yang dilintasi oleh banyak lempeng tektonik, Indonesia disinyalir mempunyai beragam sesar. Baik yang bersifat aktif maupun pasif. 

Berikut letak sebaran sesar aktif yang bisa Anda ketahui.

  • Sesar aktif di wilayah Indonesia Timur ialah sesar Anjak serta Matano-Palu Koro

Sementara sesar yang aktif di wilayah Jawa ialah:

  • Sesar Lembang
  • Sesar Cimandiri
  • Sesar Opak
  • Sesar Baribis
  • Dan sesar Kendeng

Untuk sesar aktif di Sumatera ialah:

  • Sesar Semangko
  • Sesar Tarahan
  • serta Sesar Mentawai

Dengan kondisi Indonesia yang dikelilingi oleh sesar aktif maupun pasif. Maka, himbauan terkait relokasi akan lebih baik jika segera dilakukan.

Mengingat, gempa-gempa susulan tidak mungkin terus bisa diprediksi secara tepat. Belum lagi faktor-faktor lain yang kerap kali ikut membuat kondisi gempa makin memburuk. 

Diantaranya kontur tanah, tingkat kemiringan lahan atau juga riwayat lokasi yang terkadang berada di lintasan patahan gempa. 

Demikianlah kiranya ulasan tentang sesar Cugenang. Semoga korban gempa tempo hari segera membaik dan kondisi lekas normal seperti sedia kala.

Tags: Sesar Cugenang
Previous Post

11 Cara Menyapih Anak agar Tidak Rewel, Mudah dan Terbukti Ampuh!

Next Post

Identitas Jasad ‘Boy in The Box’ Akhirnya Terungkap Setelah 65 Tahun Jadi Misteri

Lyla Iswara

Next Post
Identitas Jasad ‘Boy in The Box’ Akhirnya Terungkap Setelah 65 Tahun Jadi Misteri

Identitas Jasad ‘Boy in The Box’ Akhirnya Terungkap Setelah 65 Tahun Jadi Misteri

Please login to join discussion

Recent Posts

  • 5 Daftar e-Wallet Terpopuler di Indonesia yang Terlibat Judol. Transaksinya Tembus Triliun!
  • 7 Tips Memilih Durian yang Manis dan Tebal
  • Cara Pembuatan Akta Lahir Tanpa Ayah, Wajib Tahu!
  • Viral Video Mahasiswi Undana Minum Obat Rumput, Korban Meninggal di Rumah Sakit
  • Kasus Pencabulan Guru Ngaji di Purwakarta: 4 Korban Melapor, Ponpes Hancur Diamuk Massa
  • Cemburu Buta, Suami Bakar Istri di Kebayoran Hingga Meninggal. Pelaku Temukan Chat Mesra Korban dengan Pria Lain
  • Kecelakaan Beruntun 3 Truk di Jalan Pantura Kudus-Pati. 2 Truk Hancur, 1 Kabur
  • Hasil Akhir Inter Milan vs Udinese 4 – 0. Inter Milan Gusur Juventus di Daftar Klasemen
  • 10 Umpan Ikan Bandeng Paling Jitu untuk Meningkatkan Hasil Tangkapan dan Tips Memancingnya di Air Tawar dan Laut
  • 7 Negara yang Memiliki Matahari Buatan, Dari China hingga India
Indotimes, indo times

Copyright © 2022 Indotimes, All Rights Reserved

Welcome Back!

Login to your account below

Forgotten Password?

Retrieve your password

Please enter your username or email address to reset your password.

Log In
No Result
View All Result
  • Berita
  • Business
  • Sport
  • Lifestyle
  • Edukasi
  • Teknologi
  • Entertainment
    • Kuliner
    • Otomotif
    • Hobi
  • Review

Copyright © 2022 Indotimes, All Rights Reserved