Diva legendaris dunia, Celine Dion, baru-baru ini menyatakan bahwa dirinya didiagnosa mengalami suatu kelainan neurologis langka bernama Stiff Person Syndrom.
Akibat Stiff Person Syndrom ini, pelantun lagu “My Heart Will Go On” itu pun terpaksa harus menunda sejumlah jadwal turnya.
Pernyataan Resmi Celine Dion Mengenai Kondisi Kesehatannya
Melalui kanal YouTube pribadinya, Celine Dion memberikan pernyataan resmi mengenai kondisi medis serta rencana penundaan jadwal turnya tersebut.
Mengalami Kejang dan Hambatan Untuk Beraktivitas Akibat Stiff Person Syndrom
Menurut Celine Dion, pihaknya kini telah mengetahui bahwa Stiff Person Syndrom-lah penyebab semua kejang yang sebelumnya pernah ia alami.
Kondisi medis ini disebutnya amat langka dan kemungkinan hanya menimpa satu dari sejuta orang. Sang Diva juga mengakui sindrom tersebut mempengaruhi hampir seluruh aspek kehidupannya.
Mengalami Kondisi yang Tidak Memungkinkan Untuk Melakukan Tur
Selain sempat mengalami kesulitan berjalan, Celine Dion menyebut bahwa kondisinya tidak memungkinkannya untuk menggunakan pita suara dan bernyanyi seperti biasa.
Oleh karena itu, dengan menyesal ia menyatakan kemungkinan tidak akan siap untuk menjalani tur yang telah dijadwalkan pada Februari 2023.
Celine Dion juga menyebut hal ini sangat berat baginya secara pribadi. Ia mengaku sangat mencintai dunia tarik suara, termasuk tampil di hadapan para penggemarnya.
Meski begitu, ia bersyukur bahwa dirinya memiliki tim dokter, terapis, dan keluarga yang sangat mendukung proses kesembuhannya.
Hendak Fokus Sepenuhnya Pada Proses Pemulihan Kesehatannya Lebih Dulu
Meski mengakui sangat merindukan penggemarnya, Celine Dion menyatakan ia akan fokus sepenuhnya untuk memulihkan kondisi kesehatannya terlebih dahulu.
Bersama mereka, Celine Dion menegaskan dirinya tengah berjuang keras agar bisa secepatnya pulih dan kembali tampil di panggung.
Stiff Person Syndrome Apa Itu?
Sejumlah situs medis mendefinisikan Stiff Person Syndrom (SPS) sebagai suatu kondisi gangguan autoimun dan kelainan syaraf yang amat langka.
Kondisi medis yang bisa diterjemahkan sebagai Sindrom Orang Kaku ini kerap disebut juga dengan istilah Moersch-Woltman Syndrome.
Adapun sejumlah informasi mengenai gejala, penyebab, pengobatan, dan cara pencegahan SPS adalah:
Simptom atau Gejala SPS
Stiff Person Syndrome Autoimmune Disorder ini ditandai dengan kekakuan otot yang bersifat progresif atau meningkat. Kekakuan ini biasanya dibarengi oleh serangkaian kejang otot yang menyakitkan.
Rasa sakit, kaku, kejang, dan tidak nyaman itu awalnya muncul terutama di bagian punggung (trunk) dan abdomen.
Seiring berjalannya waktu, otot-otot kaki pun akan ikut terdampak, demikian pula halnya dengan bahu, pinggang, leher, bahkan wajah.
Kejang otot tersebut biasanya muncul secara tak terduga (random). Beberapa hal yang bisa memicunya antara lain suara, cahaya, kontak fisik, atau faktor emosional.
Tingkat keparahan gejala ini biasanya bervariasi, baik berskala ringan maupun berat, tergantung pada kondisi tubuh masing-masing penderitanya.
Pada sebagian orang, gejala tersebut barangkali hanya berlangsung beberapa menit. Namun, sebagian orang yang lain bisa jadi mengalaminya selama berjam-jam.
Dalam skala yang ringan, kondisi otot yang kejang atau kaku ini akan dapat berangsur-angsur rileks kembali setelah stimulus (pemicunya) mereda.
Akan tetapi, intensitas kekakuan tersebut lambat laun bisa jadi akan menetap seiring dengan bertambahnya tingkat keparahan kondisi gangguan medis pasien.
Diagnosis Kondisi Gangguan Medis SPS
Gejala SPS ini konon mirip dengan sejumlah kondisi gangguan medis lain, seperti tetanus, multiple sclerosis, dan muscular dystrophies.
Jadi, perlu ada beberapa tes yang dilakukan untuk memastikan diagnosis seseorang mengalami Stiff Person Syndrom tersebut, yaitu:
- Pemeriksaan darah untuk memastikan keberadaan antibodi GAD. (Hasil pemeriksaan darah penderita sindrom ini kebanyakan menunjukkan hasil positif).
- Electromyography (EMG) untuk mengukur kontinuitas gerak atau aktivitas elektrik otot Anda.
- Pungsi lumbar (Lumbar puncture) untuk memeriksa keberadaan antibodi GAD dan tanda-tanda sindrom lainnya.
Pada beberapa pasien, simptom penyakit ini seringkali akan muncul dan berkembang tingkat keparahannya secara perlahan dalam hitungan bulan atau tahun.
Meski begitu, banyak pula penderita yang kondisinya bisa tetap stabil selama bertahun-tahun berkat serangkaian treatment atau perawatan khusus.
Dampak dan Progres Kondisi Gangguan Medis SPS
Seperti yang terjadi pada sang Diva, Celine Dion, penderita SPS ini bisa jadi akan mengalami kesulitan untuk berjalan.
Kondisi gangguan fungsi otot tubuh tersebut juga akan membatasi kemampuan penderitanya untuk beraktivitas, bahkan rentan terjatuh dan mengalami cedera.
Jadi, ada kemungkinan pasien akan membutuhkan pertolongan asisten atau alat bantu jalan seperti tongkat dan kursi roda.
Pada beberapa kasus sindrom ini juga mengganggu kinerja otot lambung sehingga pasien menjadi lebih cepat kenyang. Akibatnya, pasien tersebut akan mengalami penurunan berat badan drastis.
Untuk jangka panjang, sindrom ini juga dapat menyebabkan perubahan postur tubuh berupa kifosis (punggung melengkung ke belakang) atau hiperlordosis (bungkuk).
Perlu diwaspadai pula kemungkinan kejang otot itu terjadi pada otot-otot dada dan pernapasan. Kondisi ini tentunya harus segera ditindaklanjuti karena dapat membahayakan nyawa pasien.
Faktor Resiko dan Penyebab Terjadinya SPS
Seperti halnya penyakit autoimun yang lain, penyebab terjadinya SPS hingga saat ini masih belum bisa diketahui secara pasti.
Meski begitu, ada beberapa kondisi yang sempat beberapa kali dikaitkan dengan sindrom tersebut, yaitu diabetes, gangguan tiroid, anemia pernisiosa, dan vitiligo.
Sejumlah riset hanya mencatat bahwa sebagian besar orang yang mengalami kondisi kelainan syaraf langka ini berjenis kelamin perempuan.
Selain itu, kebanyakan penderita umumnya mulai mengalami gejala gangguan medis ini pada usia 30 sampai 60 tahun.
Meski begitu, dilaporkan ada pula sejumlah kasus SPS yang menimpa anak-anak serta orang dewasa yang usianya lebih lanjut.
Terapi dan Pengobatan SPS
Hingga saat ini juga diketahui belum ada obat yang bisa sepenuhnya mengobati penyakit autoimun, termasuk Stiff Person Syndrom.
Penanganan untuk kondisi gangguan medis ini umumnya hanya bertujuan untuk meredakan simptom atau gejala yang dialami oleh penderita.
Tidur diketahui merupakan salah satu cara yang paling sederhana untuk membantu menekan frekuensi terjadinya serangan kejang dan kaku otot tersebut.
Cara-cara perawatan lain umumnya dilakukan dengan menyesuaikan terhadap simptom yang dialami oleh pasien. Beberapa cara yang sering dilakukan untuk menangani kondisi medis ini, antara lain:
- Terapi yang meliputi stretching (peregangan otot), pijat, akupuntur, heat atau aqua therapy
- Penggunaan steroid
Cara Pencegahan SPS
Mengingat penyebab pastinya masih belum bisa diketahui, sampai sekarang pun belum ada anjuran spesifik mengenai cara pencegahan terjadinya sindrom ini.
Cara terbaik yang mungkin bisa Anda lakukan adalah dengan selalu menerapkan pola hidup yang sehat dan aktif.
Jika tertarik untuk mempelajari lebih lanjut mengenai kondisi medis ini, Anda bisa mencari jurnal medis Stiff Person Syndrome pdf.
Menanggapi pernyataan Celine Dion, para penggemar serta masyarakat di seluruh dunia tentunya ikut mendoakan agar sang Diva bisa segera pulih.