Ada banyak penyebab balita susah makan. Jika buah hati Anda sedang mengalami fase GTM (Gerakan Tutup Mulut), yang pertama kali harus dilakukan adalah mencari tahu penyebabnya.
Perlu untuk diketahui, memaksa anak untuk makan tentu saja akan memiliki efek yang tidak baik dari segi mentalnya.
Pendekatan personal dan lemah lembut lebih diutamakan untuk mengatasi masalah balita susah makan ini.
Penyebab Balita Susah Makan
Masalah balita susah makan memang membuat para orang tua khawatir lantaran tidak tercukupinya kebutuhan akan nutrisi yang ia perlukan di masa-masa pertumbuhannya.
Akan tetapi jika masalah ini bisa ditangani dengan segera, dengan mengetahui akar penyebabnya maka proses tumbuh kembang anak tidak akan terganggu.
Berikut beberapa penyebab balita susah makan:
Mulai Terbentuk Selera Terhadap Satu Rasa/Tekstur Makanan
Di usia balita biasanya lebih menyukai makanan dengan cita rasa yang manis, seperti permen, coklat, atau gula-gula.
Di usia ini pula biasanya balita tidak menyukai rasa dan tekstur dari sayuran.
Diperlukan kreativitas yang tinggi agar anak mau mengonsumsi setiap jenis makanan yang ditawarkan kepadanya.
Selera terhadap makanan pada anak juga bisa disebabkan karena teksturnya yang terlalu lembek.
Pada usia ini umumnya gigi balita sudah mulai memenuhi rongga mulutnya. Sebaiknya Anda segera mengganti tekstur makanan yang sedikit lebih keras.
Ada Masalah Pada Sistem Pencernaannya
Usia balita memang berisiko mengalami gangguan, seperti diare.
Selain aktivitas mereka yang tinggi juga dikarenakan mudahnya memasukkan makan menggunakan tangan yang kotor.
Sistem pencernaan yang bermasalah tidak bisa dianggap sepele, karena dapat mengganggu penyerapan nutrisi pada anak.
Jika buah hati Anda mengalami hal ini, segera mengunjungi fasilitas kesehatan terdekat untuk mendapatkan penanganan secara tepat dari ahlinya.
Sakit
Balita susah makan juga bisa disebabkan karena anak dalam kondisi yang tidak fit atau tengah sakit.
Ketika anak terserang demam dan pilek, biasanya nafsu makannya memang mengalami penurunan jika dibandingkan hari biasanya.
Selain itu, biasanya juga lidah terasa pahit dan tenggorokan terasa nyeri ketika dipakai untuk menelan makanan.
Penyakit lainnya yang bisa menyebabkan anak menolak untuk makan adalah sakit gigi.
Karena sering sekali mengonsumsi makanan yang manis, kebanyakan anak-anak dapat mengalami sakit gigi.
Hal ini juga bisa menyebabkan anak menolak untuk makan lantaran sakit saat mengunyah makanan.
Sariawan juga dapat berefek kepada menurunnya keinginan anak untuk makan, karena rasa nyeri di bagian sariawan yang tersentuh oleh makanan.
Anak Tidak Lapar
Anak yang tidak terlalu merasa lapar pun bisa saja menolak untuk makan.
Perlu Anda ketahui bahwa, rasa lapar adalah insting dasar milik manusia untuk bertahan hidup. Sudah nalurinya bahwa ketika merasa lapar, manusia akan bergegas bergerak mencari makanan.
Begitu juga pada anak-anak. Jika mereka tidak merasa lapar, biasanya akan lebih sering menolak untuk makan.
Anda bisa memberikan aktivitas yang membutuhkan energi yang besar. Dengan seringnya anak beraktivitas, ia akan merasa lapar lantaran energinya telah habis digunakan untuk bermain dan lain-lain.
Lebih Sering Ngemil
Balita susah makan juga bisa disebabkan oleh kegiatan satu ini dan sudah terbukti merusak pola makan anak.
Oleh karena itu, jangan memberikan camilan di jam makan, karena justru mereka tidak akan mau dipaksa untuk makan.
Latih anak untuk disiplin dengan menetapkan jadwal makan yang rutin.
Ketika anak telah terbiasa makan di waktu tertentu, tentu saja mereka akan meminta makanan di jam yang sama setiap harinya.
Perlu kesabaran yang ekstra ketika menghadapi balita susah makan. Namun, dengan mencari akar permasalahannya maka solusi yang diperlukan akan ditemukan dengan mudah.
Nutrisi Penting Bagi Pertumbuhan Anak
Masa anak-anak bisa disebut sebagai golden era. Di usia ini, anak-anak tumbuh dan berkembang dengan baik yang didukung dengan konsumsi makanan yang bergizi dan nutrisi yang lengkap.
Namun, balita susah makan memang menjadi permasalahan yang kerap kali dihadapi oleh para orang tua.
Ketiadaan atau tidak lengkapnya gizi dan nutrisi yang dibutuhkan anak, sudah tentu dapat mempengaruhi perkembangannya nanti.
Balita susah makan terkadang tidak mendapatkan nutrisi penting yang dibutuhkan untuk tumbuh kembangnya.
Berikut macam-macam zat dan nutrisi yang diperlukan di masa pertumbuhan:
Kalsium
Kalsium merupakan zat mineral yang membantu agar tulang dapat tumbuh dengan baik dan maksimal, serta memadatkan tulang.
Tulang yang padat dapat terhindar dari masalah pengeroposan tulang.
Kalsium tidak hanya diperlukan oleh tulang saja. Namun, juga berguna untuk mendukung fungsi jantung, menghindarkan dari terjadinya pembekuan darah, serta untuk memaksimalkan fungsi otot.
Ketika tubuh mengalami kekurangan kalsium, biasanya akan mengambil cadangan kalsium yang terdapat pada tulang, terutama pada bagian tulang belakang. Ini juga dapat menyebabkan tulang punggung mengalami nyeri.
Nyeri yang muncul ini cukup mengganggu karena dapat menyebabkan tidak dapat beraktivitas dengan baik.
Sumber utama kalsium adalah susu dan semua produk turunannya.
Berikut data kebutuhan kalsium berdasarkan usia anak, menurut Kementerian Kesehatan:
- Usia 0-6 bulan: 200 mg/hari
- Usia 7-11 bulan: 250 mg/hari
- Usia 1-9 tahun: 500 mg/hari
- Usia 10-18 tahun: 1200 mg/hari
Protein
Zat gizi makro ini memiliki peran penting untuk membangun dan memperbaiki setiap kali jaringan mengalami kerusakan.
Protein yang masuk ke dalam tubuh kemudian akan diproses dan diubah menjadi asam amino.
Asam amino sendiri berfungsi sebagai pembentuk sel-sel baru dan membantu pembentukan jaringan.
Di bawah ini kebutuhan protein per hari yang disesuaikan dengan umur anak yaitu:
- Usia 0-6 bulan: 12 gram/hari
- Usia 7-11 bulan: 18 gram/hari
- Usia 1-3 tahun: 26 gram/hari
- Usia 4-6 tahun: 35 gram/hari
- Usia 7-9 tahun: 49 gram/hari
- Usia 10-12 tahun: 56 gram/hari untuk laki-laki, 60 gram/hari untuk perempuan
- Usia 13-15 tahun: 72 gram/hari untuk laki-laki, 69 gram/hari untuk perempuan
- Usia 16-18 tahun: 66 gram/hari untuk laki-laki, 59 gram/hari untuk perempuan
Zat Besi
Setidaknya 70% zat besi di dalam tubuh hadir dalam bentuk hemoglobin yang ada di dalam darah.
Fungsi hemoglobin sendiri berguna untuk membawa dan mendistribusikan makanan, serta oksigen secara merata di seluruh tubuh.
Selain itu, zat besi juga dibutuhkan agar anak dapat mencapai tinggi maksimalnya.
Anak yang kekurangan zat besi akan memiliki tinggi badan yang pendek jika dibandingkan dengan anak yang tercukupi kebutuhan zat besinya.
Berikut daftar kebutuhan zat besi pada anak sesuai dengan umurnya:
- Usia 7-11 bulan, membutuhkan zat besi sebanyak 7 mg/hari
- Usia 1-3 tahun, membutuhkan zat besi sejumlah 8 mg/hari
- Usia 4-6 tahun, memerlukan zat besi sebesar 9 mg/hari
- Usia 7-9 tahun, membutuhkan zat besi sebesar 10 mg/hari
- Usia 10-12 tahun, untuk anak laki-laki membutuhkan zat besi sebesar 13 mg/hari. Sementara untuk anak perempuan memerlukan zat besi sejumlah 20 mg/hari
- Usia 13-15 tahun, untuk anak laki-laki zat besi yang dibutuhkan yakni 19 mg/hari dan anak perempuan memerlukan sebanyak 26 mg/hari
- Usia 16-18 tahun, 15 mg/hari dibutuhkan oleh anak laki-laki dan 26 mg/hari untuk anak perempuan.
Untuk mengatasi balita susah makan, Anda dapat mengajak anak untuk membuat menu harian.
Selain itu juga melibatkan anak untuk ikut serta mempersiapkan bahan masakan, mulai dari pembelian bahan-bahan bahan, sekaligus memasakkan. Tentu dengan di bawah pengawasan orang tua.