Kebijakan Pemerintah dalam menaikkan harga Bahan Bakar Minyak hingga demo yang dilakukan oleh Mahasiswa dan Buruh dalam penolakan kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut, tidak mengurangi dampak yang terjadi di Indonesia,
salah satunya inflasi mengalami peningkatan hingga tarif transportasi menjadi naik dan beberapa harga pangan lainnya juga ikut mengalami kenaikan.
Oleh karena itu selain muncul dampak-dampak tersebut terdapat beberapa fakta lainnya mengenai dampak kenaikan harga Bahan Bakar Minyak yang telah dirasakan oleh Masyarakat Indonesia.
Beberapa fakta tersebut telah kami rangkum di bawah ini, mari kita simak ulasannya.
Selain mengalami kenaikan harga pangan, transportasi disebabkan oleh kenaikan harga Bahan Bakar Minyak hal ini juga berdampak rasa optimis konsumen Masyarakat Indonesia menjadi menurun
Menurut Data Survei dari Bank Indonesia (BI) mencatat bahwa penguatan optimisme konsumen didorong oleh peningkatan keyakinan konsumen terhadap kondisi ekonomi saat ini serts ekspektasi terhadap kehidupan ekonomi di masa mendatang.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudistira mengatakan bahwa data Indeks Keyakinan Konsumen (IKK) mengalami kenaikan pada agustus 2022 didorong oleh perbaikan mobilitas ketika kasus covid-19 tidak menjadi kekhawatiran utama bagi masyarakat untuk berbelanja.
Namun pada bulan yang sama, terjadi moderasi pada harga komoditas pangsn sehinggs tekanan daya beli konsumen dapat dikendalikan.
Pada peningkatan ini terjadi sebelum adanya kenaikan harga BBM subsidi.
Setelah harga bahan bakar minyak tersebut mengalami kenaikan, maka kondisi perekonomian saat ini menjadi berbeda karena terjadinya kenaikan inflasi.
Bhima mengatakan bahwa untuk kondisi pada bulan september berbeda karena terjadi inflasi harga energi yang akan menyesuaikan harga barang dan jasa lainnya, terutama pada tarif ojek online hingga transportasi umum lainnya.
Dari perkembangan tersebut Bhima memperkirakan keyakinan konsumen kedepannya pada bulan september mengalami penurunan yang cukup besar.
Hal ini karena kenaikan pada harga baham bakar minyak serta peningkatan inflasi dinilai akan mempengaruhi daya beli masyarakat.
Hal ini karena sebenarnya masyarakat Indonesia kelas menengah yang paling berdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) Subsidi.
Kementrian Keuangan Menurunkan Dampak Kenaikan Harga BBM dengan Bansos yang sehingga angka kemiskinan menurun sebesar 0,3 persen
Kementrian Keuangan (Kemenkeu) melakukan proyeksi kenaikan Harga BBM bahwa tidak akan berdampak secara signifikat pada tingkat kemiskinan di Indonesia.
Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementriam Keuangan Febrio Kacaribu mengatakan bahwa kelompok masyarakat yang paling terdampak terhadap kenaikan harga bahan bakar minyak tersebut yaitu kelompok masyarakat menengah.
Menurut perhitungan Kementrian Keuangan, kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) akan menurunkan daya beli masyarakat kelas menengah kebawah sebesar 8 triliun rupiah.
Dalam perhitungan oleh Kementrian Keuangan, menurunny daya beli masyarakat telah dikompensasi oleh pemerintah dengan Bantuan Sosial (Bansos) sebagai pengalihan BBM yang akan diberikan kepada masyarakat dengan total 24,17 triliun rupiah.
Febrio mengatakan nahwa kita harus melindungi masyarakat sebesar 40 persen ke bawah ketika kita menerima bansos tersebut sehingga dapat menjaga daya beli masyarakat kebawah.
Dalam hal ini febrio juga mengatakan bahwa dengan adanya Bansos sebagai pengaliham BBM, maka tingkat kemiskiman diperkirakan turun menjadi 0,3 persen.
Harapan ini agar angka kemiskinan di Indonesia tidak nail walaupun harga bahan bakar minyak mengalami kenaikan.
Direktur Center of Economic and Law Studies (Celios) Bhima Yudhistira juga mengatakan bahwa Bansos yang diberikan untuk masyarakat indonesia dalam waktu 4 bulan tidak cukup menjadi kompensasi efek kenaikan harga bahan bakar minyak.
Bahkan akan menciptakan efek berantai dengan berakibat meningkatnya angka kemiskinan dalam waktu dekat.
Hal ini dapat menyebablam terjadinya Stagflasi yaitu menaiknya inflasi yang signifikan yang tidak menyertai kesempatan dalam bekerja.
Bahan Bakar minyak bukan sekedar harga energi dan spesifik seperti biaya transportasi yang naik, namun hampir semua sektor mengalami dampak tersebut.
Pakar Ekonom juga mengatakan bahwa Bansos BBM tidak cukup untuk menutup dampak kenaikan Harga BBM secara luas
Pakar Ekonom CORE Indonesia Piter Abdullah mengatakan bahwa Bansos BBM tersebut tidak cukup efektif untuk menekan dampak kenaikan Harga BBM.
Hal ini karena dampak kenaikan harga bahan bakar minyaj tersebut berdampak luas ke berbagai sektor perekonomian, menaiknya inflasi, menurunkan daya beli masyarakat,
serta menahan pertumbuhan ekonomi dan menekan pemulihan ekonomi sehingga dapat meningkatkan angka kemiskinan dan angka pengangguran.
Piter Abdullah juga mengatakan bahwa dengan perkiraan luasnya dampak kenaikan harga bahan minyak bersubsidi tersebut, dengan adanya bansos juga tidak clup menutupi semua dampak negatif terkaif kenaikan harga bahan bakar minyak.
Pemberian bansos kepada masyarakat hanya untuk sebagian kecil dari masyarakat yang terkena dampak nya, sedangkan UMKM yang berdampak cukup besar tidak mendapatkan bansos tersebut.
Hal ini juga membuat sebagian masyarakat Indonesia yang sebelumnya dalam kategori rentan miskin, kemungkinan bisa terperosok ke jurang kemiskinan,
karena harga bahan bakar minyak tersebut dapat membuat biaya kebutuhan sehari-hari menjadi lebih mahal.
Piter berharap seharusnya pemerintah tidak menaikkan harga bahan bakar minyak bersubsidi karena akan berimbas pada perlambatan ekonomi.