Siapa yang menyangka pertandingan sepakbola Arema vs Persebaya menimbulkan korban jiwa. Kerusuhan di stadion Kanjuruhan menjadi trending topik di sejumlah media.
Tidak hanya mendapatkan perhatian dari dalam negeri saja, masyarakat dunia juga bereaksi. Banyak pihak saling menyalahkan dan membentuk opini atas kejadian ini.
Tentunya tidak ada yang menginginkan kejadian kerusuhan ini terjadi. Terlebih untuk keluarga korban meninggal dan luka yang masih butuh dukungan masyarakat.
Banyaknya jumlah korban jiwa menjadi sorotan dari masyarakat luas. Tidak layak jika nyawa melayang hanya karena pertandingan sepakbola.
Data Korban Kerusuhan
Di hari kejadian kerusuhan di stadion Kanjuruhan, ambulance dan tenaga kesehatan dikerahkan untuk evakuasi korban. Ambulance lalu lalang di malam yang semakin mencekam.
Proses evakuasi dan identifikasi terus dikebut agar segera bisa memberikan kejelasan jumlah korban.
Simpang siurnya data orang yang meninggal dunia di Kanjuruhan masih terus diperbaharui. Untuk memperbaharui data, pihak kepolisian sudah berkoordinasi dengan Dinas Kesehatan kabupaten/kota.
Data Korban Meninggal
Kapolri Jenderal Listyo menyatakan korban meninggal terbaru berjumlah 125 orang. Hasil verifikasi awal dari Dinkes menyatakan 125 korban yang awalnya berjumlah 129.
Perbedaan jumlah korban tersebut diakibatkan korban tercatat ganda. Kemudian tim DVI melakukan langkah lanjutan untuk investigasi lebih dalam.
Hasil verifikasi dan data korban terkini menjadi masalah penting. Sebab, beberapa korban tidak membawa identitas.
Korban meninggal di dalam stadion berjumlah 34 orang. Sedangkan sisanya, meninggal saat perjalanan ke rumah sakit.
Hal tersebut yang menyebabkan jumlah korban meninggal mengalami perubahan. Hasil investigasi akan terus diperbaharui dan disampaikan ke masyarakat luas.
Korban Luka
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan juga mengakibatkan korban luka. Untuk korban luka sebanyak 323 orang.
Korban luka ringan sebanyak 302 orang, sedangkan untuk luka berat 21 orang. Sehingga total korban tragedi kerusuhan sebanyak 448 orang.
Adanya update terbaru korban diharapkan tidak lagi muncul spekulasi mengenai data korban.
Jika rincian korban tragedi kerusuhan di Kanjuruhan terus bertambah, maka Indonesia menempati peringkat ketiga.
Peru menempati urutan pertama dengan korban sebanyak 320 orang. Sedangkan Ghana menempati urutan kedua dengan korban 126 jiwa.
Tim medis dan tim gabungan memberikan upaya pertolongan di dalam stadion. Korban luka telah mendapatkan perawatan yang tersebar di beberapa rumah sakit.
Penyebab Korban Meninggal Kerusuhan di Stadion Kanjuruhan
Menurut keterangan dari Kapolda Jawa Timur menyatakan bahwa selama 2X45 menit pertandingan berjalan lancar.
Namun, saat pertandingan usai, sejumlah suporter merasa tidak puas dengan hasil pertandingan. Mereka turun dari tribun, lalu mulai merangsek ke dalam lapangan.
Hal ini menggerakkan penonton ikut turun ke tengah lapangan, lalu mencari pemain Arema FC.
Hal tersebut terjadi sebagai buntut dari kekecewaan. Inilah yang dinilai membahayakan keselamatan baik dari Arema FC maupun Persebaya.
Gas Air Mata Untuk Mengendalikan Massa
Tragedi kerusuhan di Stadion Kanjuruhan, Malang, terjadi pasca pertandingan antara Arema FC vs Persebaya. Penyebab korban meninggal, yaitu adanya penumpukan massa.
Penumpukan massa mengakibatkan terjadinya sesak napas karena kekurangan oksigen. Hal ini dibenarkan oleh Kadinkes Kabupaten Malang.
Korban tragedi Kanjuruhan mengalami sesak napas dan terinjak-injak karena kepanikan. Perlu adanya penegasan bahwa korban timbul bukan karena bentrok antar suporter.
Pada laga sepakbola tersebut, suporter dari Persebaya tidak diperbolehkan ikut menonton.
Petugas yang berusaha menghalau suporter tidak digubris. Sehingga situasi mulai kacau dan tidak terkendali.
Bahkan, beberapa petugas pun mendapatkan serangan dari suporter. Untuk menenangkan suporter, petugas kepolisian melepaskan tembakan gas air mata.
Tidak semua penonton melakukan perbuatan anarkis. Diperkirakan sekitar 3 ribu dari 42 ribu penonton yang masuk ke lapangan menjadi awal kejadian.
Gas air mata membuat suporter semakin ricuh, lalu panik dan mulai mencari pintu keluar.
Pintu keluar penuh sesak. Ibu-ibu, wanita dan anak kecil mulai kehilangan daya karena berdesakan. Mereka mulai merasa sesak dan tidak kuat keluar dari stadion.
Kericuhan Tidak Terkendali
Kerusuhan di stadion Kanjuruhan di awali dengan beberapa suporter dari Arema yang masuk ke lapangan.
Untuk meredam hal tersebut, pihak Arema FC sudah memberikan pengertian kepada oknum suporter tersebut.
Keadaan bukan semakin tenang, melainkan suporter Arema mulai banyak yang masuk ke lapangan. Aksi ricuh pun tidak bisa terhindarkan.
Dari beberapa sisi stadion suporter lain juga mulai masuk. Hal tersebut diikuti oleh aksi lempar-lempar dengan berbagai macam benda ke arah lapangan.
Pihak penyelenggara dan panitia mengamankan pemain ke ruang ganti dengan pengawalan polisi. Selain itu, aparat juga melakukan upaya agar suporter mundur.
Namun, pada saat mulai memukul mundur, suporter lain datang dari arah selatan dan utara.
Suporter lain mulai menyerang dan kondisi mulai tidak terkendali. Aparat barulah menembakkan beberapa kali gas air mata ke arah suporter di lapangan.
Kerusakan Lain Sebagai Akibat Kerusuhan di Stadion
Di luar stadion sudah banyak yang terkapar dan pingsan. Mereka terjebak di dalam stadion yang penuh gas air mata.
Insiden pelemparan batu ke arah mobil aparat tidak terelakkan. Suporter juga mengeroyok aparat yang dianggap mengurung mereka di stadion.
Kondisi di luar stadion juga sangat mencekam. Kerusuhan di stadion Kanjuruhan diiringi teriakan serta tangisan wanita dan anak-anak.
Suporter banyak yang lemas bergelimpangan. Ada juga suporter yang berlumuran darah.
Mobil-mobil yang hancur karena amukan suporter menambah kengerian malam itu. Suara makian dan amarah terdengar buntut dari keadaan yang kacau.
Pagi harinya, tepatnya hari Minggu, banyak kerusakan di stadion Kanjuruhan. Tiga bangkai mobil di arah pintu masuk belum dievakuasi.
Lebih Dewasa Pasca Kerusuhan
Jika Anda mengamati, banyak keterangan simpang siur mengenai penyebab terjadinya kerusuhan di stadion Kanjuruhan.
Tidak sedikit yang menyalahkan penggunaan gas air mata yang dilakukan oleh aparat. Semua pihak saling menyalahkan.
Masyarajat luas juga tak elak menyoroti kedewasaan para suporter Arema FC dalam mengawal pertandingan, sehingga bisa terjadi insiden mengenaskan ini.
Menerima kekalahan dengan legowo memang menjadi pekerjaan rumah bagi suporter Arema FC. Pertandingan Persebaya vs Arema FC sejak dulu memang menjadi laga panas.
Siapakah sebenarnya yang harus disalahkan dalam kerusuhan di stadion Kanjuruhan ini? Ataukah memang semua pihak memiliki porsi kesalahan masing-masing?
Waktunya berbenah diri untuk persepakbolaan yang lebih baik di Indonesia. Anda sudah pasti sering mendengarnya.
Benar-benar berbenah mulai dari suporter, penyelenggara acara, pihak kepolisian dan PSSI hal yang wajib dilakukan.
Ibu mana yang rela kehilangan anaknya karena sepak bola? Keluarga mana yang ingin kehilangan anggota keluarganya hanya gara-gara nonton bola?
Saat ini, bukan lagi saatnya saling menyalahkan. Merenungkan peristiwa dahsyat yang membawa dampak luar biasa ini sebagai bahan intropeksi.
Saatnya berduka untuk korban meninggal dan bersimpati untuk korban luka kerusuhan di stadion Kanjuruhan. Tidak perlu lagi saling menyalahkan demi sebuah pembenaran.
Tidak semua yang menonton pertandingan adalah suporter fanatik. Ada beberapa orang yang ingin menikmati pertandingan sepakbola yang selayaknya.
Semoga kerusuhan di stadion Kanjuruhan menjadi yang terakhir dalam sejarah panjang sepakbola kita. Saling menghargai dan menjunjung sportifitas adalah hal utama.