Kisah tradisi tim Bayer Leverkusen yang hanya dijadikan batu loncatan para pemainnya memang sudah santer terdengar. Padahal, klub ini sangat moncer menelurkan pemain-pemain andal.
Jagal-jagal gawang made in Bayer Leverkusen tak hanya diakui di kandang namun menjadi bintang top dunia. Mulai dari Son Heung-Min hingga Michael Ballack.
Meski populer mampu menempa permata sepakbola, tradisi tim Bayer Leverkusen selalunya tak pernah berubah. Klub ini hanya pasrah saat dijadikan batu loncatan saja.
Tradisi Tim Bayer Leverkusen yang Disebut Klub Elit Asal Jerman
Bayer Leverkusen sendiri disebut-sebut sebagai klub sepakbola profesional dari Jerman dan kini tengah bermain di Bundesliga.
Bundesliga merupakan kasta tertinggi pada Liga Jerman. Bayer Leverkusen ditengarai berdiri sejak tahun 1904 oleh salah satu karyawan perusahaan farmasi di Jerman. Yakni, Bayer AG.
Pengambilan nama klub merupakan gabungan dari nama pendiri serta perusahaan tempat pendiri bekerja, yakni Leverkusen.
Leverkusen mencomot paduan warna merah dan hitam sebagai warna inti untuk klub tersebut.
Hingga kini, jersey resmi mereka tetap memakai detail garis-garis merah dan hitam. Bahkan, kedua warna tersebut turut digunakan sebagai warna kandang.
Tradisi Tim Bayer Leverkusen yang Hanya Jadi Lokasi Pembibitan
Meski masuk dalam golongan klub elit, faktanya Leverkusen hanyalah klub miskin gelar. Boleh dikatakan jika klub ini sangat sulit memboyong kemenangan bahkan untuk kelas lokal.
Jika ditilik dari sejarah materi pemain klub, sejatinya mereka memiliki sejumlah pemain berbakat dan andal.
Namun, karena pengelolaan klub yang disinyalir buruk, membuat Leverkusen hanya jadi lokasi pembibitan pemain saja dan tak pernah berkembang.
Michael Ballack
Salah satu nama jagal gawang besutan Leverkusen yang menjadi penyesalan terbesar ialah Michael Ballack. Ballack merupakan pemain gelandang paling The Best.
Michael Ballack didatangkan dari Kaiserslautern ke Bay Arena sekitar tahun 1999. Pria berpostur 188 cm ini juga menjadi bagian skuad Neverkusen edisi 2001/2002.
Neverkusen merupakan ejekan untuk Bayer Leverkusen yang nyaris memboyong kemenangan di Liga Champions Eropa, DFB Pokal sertaa Bundesliga.
Ia sukses mencokot tiga kali penghargaan German Footballer of The Year. Selama berseragam Leverkusen, Ballack berhasil mencatatkan 42 gol, 27 assist dengan total 155 kompetisi.
Sebelum akhirnya mantap bermukim di FC Bayern serta memenangkan beberapa trofi bergengsi, termasuk tiga Piala Bundesliga.
Ze Roberto
Nama Pemain berbakat ini juga menjadi bagian dari tradisi tim Bayer Leverkusen yang populer sebagai klub batu pijakan.
Mantan bibit Leverkusen ini menjadi bintang paling gemilang di benua biru.
Riwayat kegemilangan Roberto diantaranya ialah torehan 19 gol, 42 assist dari total 150 pertandingan.
Toni Kroos
Ada pula nama Toni Kroos yang juga disebut sebagai alumni Leverkusen.
Meski selama membela tim Bayer Leverkusen tak pernah mencatatkan juara namun, ia sukses menorehkan 9 gol dan 12 assist melalui 33 penampilannya di Bundesliga.
Kabar mengejutkan datang ketika Kroos pulang ke Bayern. Ia menjelma menjadi sang maestro lini tengah yang yang gahar.
Kroos sukses membawa satu trofi Piala Dunia, 4 trofi Liga Champion serta 3 trofi Bundesliga. Sayang, ia tak pernah sekalipun mengangkat trofi saat berseragam Leverkusen.
Kross disebut hanya menjalani masa pinjaman ke Bay Arena. Sementara 18 bulan di Leverkusen menjadi masa krusial bagi dirinya.
Sebab, ia melakoni debutnya di Bundesliga ketika masih berumur 17 tahun.
Son Heung-min
Nama pemain gemilang lain yang turut menjadi bagian tradisi tim Bayer Leverkusen ialah Son Heung-min.
Meski hanya mampir selama dua musim, Son bermain cukup cemerlang hingga membuatnya dilirik oleh klub lain.
Son mengiyakan ajakan klub asal Inggris Tottenham Hotspur ketika debutnya di Leverkusen kurang mentereng
Menariknya, saat Son membela Hotspur ia sukses menjadi jagal gawang nomor wahid hingga kini.
Lucimar da Silva Ferreira Alias Lucio
Nama Lucio dinyatakan tak kalah menonjol dari pemain lain yang juga ikut menjadi bagian tradisi tim Bayer Leverkusen.
Pemain bertubuh kekar ini berhasil membawa Bayern Munchen sebagai jawara Bundesliga serta Inter Milan di Liga Champion.
Sementara Bayer Leverkusen merupakan tim pertama saat ia merumput di benua Eropa. Lucio dibeli pada bursa transfer musim dingin tahun 2001.
Selama kurun waktu tiga musim di Bay Arena, Lucio tampil apik mencetak 15 gol dalam 92 pertandingan yang kemudian hijrah ke FC Bayern.
Dimitar Berbatov
Berbatov ditengarai juga menjadi bagian dari tradisi tim Bayer Leverkusen. Ia yang sukses mengantongi lebih dari 20 gol tiap musim justr gagal saat membela Leverkusen.
Berbatov akhirnya mencari tantangan baru menuju klub Premier League, Tottenham Hotspurs. Selama di Hotspurs performanya sangat ciamik.
Ia sukses memboyong trofi Carabao Cup dan melenggang sembari membawa trofi Premiere League bersama Si Setan Merah.
Arturo Vidal
Keberadaan sang jawara ini mungkin saja tak banyak disadari publik. Namun, performanya yang gemilang telah membuat raksasa Italia, Juventus, kebelet meminangnya.
Meski berangkat dari Jerman membawa nol prestasi, Vidal justru menjelma menjadi gelandang top dunia dan menjadi eksekutor dengan empat gelar scudetto.
Setelah gemilang di Menara Piza, Vidal pulang ke Jerman untuk mengangkat trofi Bundesliga. Namun, bukan untuk Leverkusen, melainkan FC Bayern.
Nama lain yang juga ambil bagian dari tradisi tim Bayer Leverkusen ialah Arkadiusz Milik serta Hakan Çalhanoğlu.
Mantan pemain Leverkusen itu kini menjadi bintang lapangan terbaik Italia, Serie A. Tak ketinggalan Berna Leno, Emre Can, Domagoj Vida, Andre Schurrle serta Dani Carvajal.
Mereka juga menyematkan nama sebagai alumni Der Werkself alias Leverkusen.
Jika melihat riwayat-riwayat ini, sepertinya Bayer Leverkusen hanya menjadi lembaga penempaan saja.
Julukan tradisi tim Bayer Leverkusen yang hanya jadi batu loncatan memang benar adanya. Klub imi juga sulit berkembang seperti klub lain di Bundesliga.
Artinya, Leverkusen tak mampu memanfaatkan para pemain terbaiknya. Hingga akhirnya harus menyia-nyiakan mereka.
Gelar Terakhir Tradisi Tim Bayer Leverkusen
Diketahui, gelar terakhir klub ini ialah trofi DFB-Pokal di tahun 1993. Kala itu, Leverkusen sukses membekuk Hertha Berlin di partai puncak. Dengan torehan skor 1-0.
Kemenangan ini adalah trofi semata wayang domestik Bayer Leverkusen sepanjang sejarah klub sejak berdiri 114 tahun silam.
Total, Leverkusen hanya mengoleksi dua trofi saja. Yakni, Piala Winners musim 1987/1988 dan DFB-Pokal.
Sulit Menandingi Bayern Munchen
Meski sama-sama masuk ke dalam klub elit, rasanya Leverkusen bukanlah level Bayern Munchen. Leverkusen bahkan tak mampu menyaingi kekuatan rekan satu negaranya tersebut.
Akhir-akhir ini, nama Borussia Dortmund justru mampu mencuri trofi Bundesliga dari cengkeraman Bayern. Serta menjadi pesaing terkuat bagi The Bavarian.
Nama klub lain seperti Stuttgart, Wolfsburg dan Werder Bremen hanya sesekali mencicipi gelar juara serta menjadi klub peramai saja.
Jika demikian, tradisi tim Bayer Leverkusen yang mentok jadi batu pijakan tentunya harus diubah. Sangat membanggakan jika Leverkusen mampu menerobos kutukan dan menjuarai kompetisi dunia.