Hari Raya idul Fitri tinggal menghitung hari. Tanpa disadari ada beberapa tradisi lebaran di Indonesia yang sudah melekat.
Jika salah satu tradisi lebaran di Indonesia tidak dilakukan, maka ada rasa kurang. Bahkan beberapa orang sudah mempersiapkan berbagai tradisi sejak Ramadhan tiba.
Apa Arti Lebaran dan Apakah Berbeda dengan Idul Fitri?
Hari Raya Idul Fitri akrab disebut juga sebagai lebaran. Banyak yang beranggapan bahwa lebaran sama dengan Idul Fitri.
Padahal, kedua istilah tersebut ternyata memiliki perbedaan. Menurut MA Salamun, kata lebaran memiliki arti selesai, usai atau habis masa puasa.
Lebaran diperkenalkan para wali yang bertujuan agar umat Hindu yang baru masuk Islam tidak merasa asing.
Sedangkan dalam kamus besar bahasa Indonesia, lebaran diartikan sebagai hari raya umat Islam yang jatuh pada 1 syawal.
Menurut KH. Zainudin MZ menyatakan semua orang boleh berlebaran, namun tidak semua bisa merayakan Idul Fitri.
Sebab, syarat untuk merayakan Idul Fitri yaitu telah menyempurnakan bilangan puasa Ramadhan dan mengagungkan takbir.
Bisa disimpulkan bahwa tradisi Hari Raya Idul Fitri lebih memiliki makna religius dibandingkan dengan lebaran.
Hari Raya Idul Fitri memiliki pengertian kembali kepada fitrah manusia yaitu mendekatkan diri kepada Allah.
Ramadhan akan mengantarkan umat manusia lebih mendekatkan diri kepada Allah.
9 Tradisi Lebaran di Indonesia yang Tidak Bisa Ditinggalkan
Kegiatan hari besar Idul Fitri dimulai dengan melakukan shalat Ied berjamaah di masjid dan lapangan. Kemudian akan dilanjutkan dengan berkumpul dan bersilaturahmi dengan keluarga besar.
Tidak lupa keluarga di kampung halaman sudah bersiap-siap dengan hidangan yang harus ada saat lebaran tiba.
Berikut ini tradisi lebaran di Indonesia yang masih terjaga secara turun-temurun, antara lain:
Mudik
Budaya merantau sudah dikenal di berbagai daerah. Ketika memasuki penghujung Ramadhan, perantau akan mudik ke kampung halaman.
Mereka akan berkumpul di rumah keluarga yang dituakan jadi tradisi sebelum lebaran.
Arti mudik
Dikutip dari Indonesia Baik, mudik merupakan singkatan dari mulih dilik atau pulang sebentar.
Sedangkan menurut Prof Heddy Shri Ahimsa, Antropolog UGM menyatakan mudik berasal dari bahasa Melayu.
Udik dalam bahasa Melayu berarti hulu atau ujung. Masyarakat Melayu tinggal di hulu sungai di masa lampau dan sering bepergian ke hilir.
Dilansir dari situs Kementerian Perhubungan RI, istilah mudik muncul sejak tahun 1970-an. Saat itu, Jakarta masih jadi satu-satunya kota besar di Indonesia.
Berbagai orang dari seluruh daerah di Indonesia mengadu nasib di Jakarta dengan harapan bisa sukses.
Mereka bekerja di kantor pemerintah hingga swasta dan di berbagai sektor industri. Kemudian, tradisi lebaran di Indonesia yakni mudik menjadi momen kembali ke kampung halaman.
Faktanya, fenomena mudik ini tidak hanya dilakukan oleh muslim saja. Namun, sudah menjadi tradisi tahunan yang tidak bisa dipisahkan dari masyarakat Indonesia.
Tujuan mudik
Adapun tujuan masyarakat melakukan mudik, yaitu:
- Menjalin silaturahmi dengan orang tua, kerabat hingga tetangga.
- Berbagi rezeki kepada saudara yang ada di kampung halaman.
- Pengingat asal-usul daerah.
- Mudik juga sebagai terapi psikologi karena kamu bisa libur.
Halal bi halal
Tradisi lebaran di Indonesia selanjutnya yaitu halal bi halal. Istilah ini digunakan untuk silaturahmi dengan mengunjungi atau berkumpul bersama rekan dan keluarga besar.
Saat kamu berkunjung, jangan lupa untuk sungkem atau menyalami orang yang dituakan dengan khidmat. Hal ini sebagai bentuk penghormatan kepada orang yang lebih tua.
Menyediakan berbagai kue
Menjelang lebaran tiba, orang berbondong-bondong mencari kue mulai dari yang manis hingga gurih. Berbagai macam kue dijajakan di mall maupun pasar.
Namun, ada juga yang memilih membuat sendiri kue lebaran. Beberapa kue khas lebaran, antara lain:
- Nastar
- Kastengels
- Kue putri salju
- Kue keju
- Kacang goreng
Mengirim makanan
Jika Anda tidak mudik atau melakukan halal bi halal bisa menggantinya dengan tradisi lebaran di Indonesia. Misalnya dengan mengirimkan makanan ke kolega atau kerabat.
Kamu bisa mengirim makanan sebagai obat rindu perantau yang tidak bisa mudik. Bisa juga dengan mengirim bingkisan berisi kebutuhan pokok, mulai dari kue hingga sirup.
Takbiran
Salah satu tanda Hari Raya Idul Fitri yaitu kumandang takbir dari masjid hingga orang-orang yang berkeliling di jalanan.
Takbir akan diiringi bedug yang dilakukan di beberapa sudut kota.
Petasan dan kembang api
Meskipun sudah ada larangan untuk menyalakan petasan dan kembang api pada saat Ramadhan hingga lebaran, namun kerap kali dilanggar.
Tradisi lebaran di Indonesia yang satu ini turut memeriahkan perayaan Idul Fitri. Namun, sebaiknya menghindari bermain petasan karena faktor risikonya.
Ketupat
Menu ketupat menjadi andalan kala lebaran tiba. Sepulang shalat Ied, keluarga akan menyantap ketupat bersama.
Ketupat akan dimakan bersama opor ayam, rendang daging atau sayur labu. Jika di Sumatera Barat, opor biasanya diganti dengan gulai cubadak yang terbuat dari nangka dan ayam.
Ada juga yang menggantinya dengan gulai irisan buncis dan gulai paku. Sedangkan di beberapa daerah, ketupat akan direbus di malam lebaran.
Jika kamu kesulitan membuatnya, bisa membeli jadi di pasar.
THR kepada anak-anak kecil
Jika kamu sudah menikah tradisi lebaran di Indonesia yang satu ini tidak bisa ditinggalkan begitu saja.
Siapkan THR dalam amplop-amplop menarik untuk keponakan, anak, sepupu maupun kerabat. Tradisi ini menambah keseruan ketika merayakan Hari Raya Idul Fitri.
Ziarah Kubur
Ketika lebaran tiba, maka jadi momen terbaik untuk mengunjungi makam keluarga. Sebab, tidak bisa setiap saat mengunjungi makam karena ada dalam perantauan.
Keluarga yang mendoakan keluarga yang telah berpulang juga akan menaburkan bunga.
Tradisi Lebaran di Indonesia yang Mencerminkan Toleransi
Momen lebaran menjadi hal yang menggembirakan untuk umat muslim tidak hanya di Indonesia saja. Hari besar keagamaan ini juga menjadi kegiatan yang paling ditunggu-tunggu.
Sebab, ada banyak tradisi lebaran di Indonesia yang tidak bisa ditinggalkan dan telah turun-temurun dilakukan.
Berikut ini deretan tradisi lebaran yang mencerminkan toleransi antar umat beragama, antara lain:
Tradisi ngejot dari Bali
Ada tradisi ngejot yang berasal dari Bali dianggap mencerminkan toleransi. Tradisi ini dilakukan dengan memberi makanan rumahan kepada tetangga tanpa memandang agama.
Tradisi ini tentunya mengajarkan bagaimana toleransi khususnya untuk masyarakat Bali yang notabene mayoritas bukan beragama Islam.
Tumbilotohe dari Gorontalo
Tradisi unik selanjutnya bernama Tumbilotohe dari Gorontalo. Tumbilotohe jadi tradisi menarik karena dilakukan beberapa hari menjelang lebaran.
Tumbilotohe merupakan kebiasaan menghias setiap rumah dengan lampu minyak. Untuk jumlah lampunya mengikuti jumlah anggota keluarga yang ada di rumah tersebut.
Tradisi ini muncul sejak abad ke-15 dan hingga saat ini masih dilakukan.
Nyembah belari dari Bintan
Tradisi nyembah belari berasal dari Bintan. Anak-anak berusia enam tahun akan mendatangi rumah para tetangga.
Kegiatan ini dilakukan pada pagi hari di hari pertama lebaran tujuannya untuk bersilaturahmi. Mereka akan menunggu hadiah atau pernak-pernik dari tuan rumah.
Banyak tradisi lebaran di Indonesia yang memiliki makna mendalam. Walaupun tujuan utamanya menjaga tali silaturahmi.