Apa itu ADHD? Kebanyakan masyarakat awam akan mengenali penyandang ADHD sebagai seseorang yang tidak bisa diam dan sulit berkonsentrasi.
Penyandang ADHD juga seringkali sangat impulsif, mudah tertekan, tidak percaya diri, dan sulit fokus pada satu tugas.
Namun, bagaimana hal tersebut dapat terjadi? Apa langkah menghadapinya? Dalam artikel ini Anda akan mendapatkan jawabannya.
Akan dibahas mengenai apa itu ADHD dan apa ciri-cirinya. Akan dikenalkan pula simtom tambahan yang sering mengiringi diagnosa ADHD.
Lebih jauh, artikel ini juga akan membahas cara menghadapi ADHD agar tidak mengganggu kehidupan penyandangnya di masa depan.
Apa Itu ADHD?
Apa itu ADHD? ADHD (Attention Deficit Hyperactivity Disorder) adalah masalah tumbuh kembang yang berkaitan erat dengan gangguan aktivitas motorik, konsentrasi dan sosialisasi.
Penyandang ADHD akan terlihat hiperaktif, tidak bisa diam, sering melamun, gelisah, dan pelupa. Mereka juga kesulitan mengendalikan reaksi dan emosinya.
Anak-anak dengan ADHD sering mendapat label negatif karena mereka kesulitan fokus dan mudah terdistraksi. Mereka sering dianggap nakal, bodoh, malas, pembuat onar, dll.
American Speech-Language-Hearing Association (ASHA) menyatakan ADHD adalah masalah jangka panjang pada otak yang mengakibatkan seseorang kesulitan berkonsentrasi.
Penyandangnya akan kesulitan mengontrol perilaku dan melakukan kegiatan yang bersifat tetap.
Sementara DSM-V (2014) menyatakan bahwa ADHD merupakan gangguan dalam kurangnya memiliki perhatian yang diiringi hiperaktivitas.
ADHD sering disandingkan dengan ADD (Attention Deficit Disorder). Keduanya memang mirip, hanya saja penyandang ADD tidak memiliki ciri hiperaktivitas.
Apa itu ADHD sudah digambarkan pertama kali pada tahun 1850, walaupun belum detail dan belum bernama seperti sekarang.
Lalu pada periode 1930 hingga 1950-an dokter sudah menggunakan obat-obatan untuk mengurangi gejala hiperaktivitas pada anak.
Pada saat itu penyebab ADHD diperkirakan adalah cidera otak ringan atau Minimal Brain Disfunction.
Nama ADHD sendiri secara umum digunakan pada tahun 1980-an dan membaginya dalam dua tipe: ADD dan ADHD.
Uniknya, menurut Wikipedia, satu dari sebelas anak usia sekolah berpotensi menyandang ADHD. Dimana anak laki-laki dua kali lebih banyak dari anak perempuan.
Belakangan, penelitian menunjukkan bahwa keduanya merupakan gangguan fungsi pengaturan atau fungsi eksekutif.
Apa Itu Fungsi Eksekutif
Fungsi eksekutif adalah fungsi otak yang diatur oleh bagian lobus frontal. Fungsi ini mengatur, memproses, mengkoordinasi, dan mengorganisasi informasi.
Fungsi eksekutif akan membantu seseorang mengatur dan mengorganisasikan tindakannya.
Misalnya sebelum ke sekolah, apa saja yang harus dilakukan? Mana yang lebih dulu mandi atau berpakaian?
Gangguan fungsi eksekutif akan menjadikan seseorang mengalami masalah memori jangka pendek, tidak teratur, sering bingung, dan impulsif.
Ciri-Ciri ADHD
Setelah memahami apa itu ADHD, kini mari mengenal ciri-cirinya. ADHD memiliki tiga ciri utama:
- Gangguan pemusatan perhatian dan konsentrasi
- Impulsivitas
- Hiperaktivitas
Kini, mari membahasnya satu-persatu.
Gangguan Pemusatan Perhatian Dan Konsentrasi
Gangguan ini tidak berhubungan dengan IQ. Artinya, penyandang ADHD tidak memiliki IQ rendah. Mereka tidak bodoh, hanya saja sulit fokus pada tugasnya.
Orang dengan ADHD mudah terdistraksi. Panca inderanya tidak dapat mengabaikan rangsangan dari luar, walaupun sangat kecil.
Misalnya di dalam kelas saat mendengarkan guru menerangkan pelajaran. Seorang anak ADHD akan mudah terganggu oleh suara pensil jatuh, aroma makanan dari kantin, teman yang bergerak-gerak, dll.
Gangguan inilah yang menyebabkan anak ADHD tidak bisa diam, atau justru terlihat seperti melamun.
Di usia pra sekolah mereka akan terlihat memiliki daya khayal tinggi, dan di usia sekolah daya hayal tersebut akan mengganggu proses belajarnya.
Impulsivitas
Ciri impulsivitas akan muncul sebagai perilaku tidak mendengarkan orang lain, berbicara tanpa henti dan tidak mau bergantian, serta sangat spontan.
Anak ADHD akan langsung berlari keluar kelas jika ada hal yang menarik perhatiannya di luar sana. Langsung menjawab sebelum guru selesai mengucapkan pertanyaan, dll.
Penyandang ADHD dewasa akan dengan mudah beralih melakukan pekerjaan lain sementara tugasnya belum selesai.
Mereka juga bisa membicarakan suatu topik yang sama selama berjam-jam, tidak peduli pendengarnya sudah bosan setengah mati.
Hal ini akan membuat mereka sulit diterima dalam pergaulan dan cenderung ditinggalkan.
Impulsivitas juga terlihat dari perilaku melompat-lompat saat senang, mengamuk saat sedang kesal, atau menyakiti diri saat kecewa.
Hal ini disebabkan oleh perkembangan emosi dan kontrol penyandang ADHD yang sangat terlambat dan masalah pada fungsi eksekutif otak.
Hiperaktivitas
Anak ADHD terlihat sangat aktif dan tidak kenal lelah. Saat masih kecil mungkin terlihat seperti tidak pernah kehabisan tenaga.
Mereka cenderung sulit tidur, dapat bertahan dalam aktivitas fisik random hingga tengah malam. Bahkan tidak kenal takut, misalnya memanjat lemari yang tinggi atau meluncur ke jalan raya.
Kabar baiknya, hiperaktivitas akan berkurang seiring waktu dan akan terlihat lebih stabil di usia 10-11 tahun.
Namun, ‘sisanya’ masih akan terlihat. Dalam wujud mencuil-cuil kuku, menggoyangkan kaki dengan cepat saat duduk, kerap berganti posisi dalam waktu sangat singkat, dll.
Bagi penyandang ADHD, diam justru memerlukan lebih banyak energi daripada bergerak. Mereka sesungguhnya gelisah, frustasi, dan tidak tenang dalam hati. Hal itu keluar dalam bentuk aktivitas fisik.
Namun uniknya, jika menemukan aktivitas menarik mereka sanggup berkonsentrasi dan tenang hingga berjam-jam. Hal ini disebut hiperfocus.
Selain tiga ciri di atas, penyandang ADHD juga kerap diiringi berbagai simtom. Misalnya:
- Disleksia (kesulitan membaca), diskalkulia (kesulitan menghitung), dan disgrafia (kesulitan menulis).
- Keterlambatan bicara saat anak-anak (speech delay).
- Kesulitan membaca gestur seseorang sesuai kondisi.
- Sindrom kecemasan (anxiety syndrome)
- Fobia
- Kepercayaan diri yang sangat rendah.
Namun setiap orang akan memiliki kondisi yang berbeda dan unik. Tidak bisa menyamaratakan antara satu dengan yang lainnya.
Terapi dan Pengobatan ADHD
Terkadang, orang tua kesulitan memahami apa itu ADHD dan menerima kondisi tersebut pada anak mereka. Namun jangan sampai hal tersebut menghalangi proses terapi anak.
Sebagian besar psikiater yakin bahwa ADHD tidak bisa dihilangkan seratus persen dari hidup seseorang, tetapi bisa dikendalikan.
Pengendalian yang baik menjadikan ADHD tidak mengganggu fungsi hidup penyandangnya.
Tidak cukup dengan mengenal apa itu ADHD saja. Sebaiknya lakukan assesment pada anak sejak usia 3-7 tahun ketika sudah memperlihatkan ciri-ciri di atas.
Assesment dilakukan oleh psikolog, psikiater, atau dokter tumbuh kembang. Sementara pada ADHD dewasa assesment dilakukan oleh psikolog dan psikiater.
Setelah itu, penyandang ADHD memerlukan serangkaian terapi dan tindakan khusus untuk membantunya mengendalikan gangguan ini. Diantaranya adalah:
- Terapi perilaku, okupasi, dan wicara. Sesuai dengan kondisi anak.
- Teknik pengasuhan dan pendidikan untuk anak berkebutuhan khusus. Seperti sekolah inklusi, homeschooling, dll.
- Latihan fisik untuk mengalirkan energinya agar lebih mudah berkonsentrasi
- Pemberian obat-obatan di bawah pengawasan ketat psikiater.
- Bagi ADHD dewasa mungkin diperlukan terapi mengatasi anxiety, depresi, dll sesuai kondisinya.
Tanpa intervensi dan perawatan yang tepat, penyandang ADHD dapat jatuh ke dalam jurang depresi. Juga kegagalan dalam karir dan relasi, kecanduan narkoba dan alkohol, bahkan kecenderungan bunuh diri.
Namun dengan mengenal apa itu ADHD dan mendampingi penyandangnya sejak dini, akan membantu mereka untuk mengendalikan gangguan ini dengan lebih baik.
Bahkan ada banyak penyandang ADHD yang sukses, walaupun tetap membutuhkan intervensi dan terapi hingga dewasa.
Demikian penjelasan mengenai apa itu ADHD, ciri, serta cara mengatasinya. Semoga bermanfaat bagi Anda.