Pembahasan mengenai gejala TBC pada anak baru-baru ini kembali viral menyusul laporan mengenai maraknya kasus ini di kabupaten Bantul, Yogyakarta.
Konon, salah satu penyebab timbulnya gejala TBC pada anak ini diduga akibat sering digendong dan dicium. Dugaan tersebut tentu saja sontak menarik perhatian publik.
Berita Maraknya Kasus Gejala TBC Pada Anak di Bantul, Yogyakarta
Melansir dari laporan media lokal, tercatat ada 1.216 kasus TBC yang terjadi di kabupaten Bantul sejak Januari sampai November 2022.
Lebih lanjut, pihak Dinas Kesehatan setempat juga menyampaikan bahwa 50persen dari angka pasien tersebut, tepatnya 619 kasus, merupakan pasien anak-anak.
Dugaan Penyebab Timbulnya Gejala TBC Pada Anak
Kepala Dinas Kesehatan Bantul menyebut bahwa maraknya gejala TBC pada anak ini berhubungan dengan banyaknya penderita dewasa yang belum terdeteksi.
Menurut beliau, estimasi jumlah penderita TBC di Bantul sebenarnya mencapai 2.431 orang, tetapi baru teridentifikasi sebanyak 1.216.
Jika penderita TBC dewasa yang belum terdeteksi ini berinteraksi dengan anak-anak, ia berisiko menularkan gejala penyakit itu pada mereka.
Hal ini disebut sebagai salah satu penyebab timbulnya gejala TBC pada anak 2 tahun yang masih sering digendong atau dicium-cium.
Penyebab lainnya, menurut Kepala Dinas Kesehatan Bantul, adalah kurang gizi atau stunting yang membuat daya tahan tubuh anak cenderung rendah.
Beliau juga menyebut bahwa anak-anak hanya beresiko tertular, tetapi tidak dapat menularkan kembali penyakit TBC tersebut.
Upaya Dinas Kesehatan Untuk Menanggulangi Perluasan Penyakit TBC di Daerahnya
Terkait tingginya jumlah penderita TBC (termasuk anak-anak) di daerahnya, Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Bantul menyatakan akan terus memperkuat proses screening.
Selain itu, beliau juga menyebut bahwa pihaknya akan terus melakukan sosialiasi kepada masyarakat untuk membantu memperkuat deteksi.
Masyarakat dihimbau agar bisa segera mengambil tindakan jika menemukan ada anggota keluarga atau orang terdekatnya yang menderita penyakit TBC.
Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Bantul juga menyebut bahwa pihaknya memberi perhatian khusus pada pasien dewasa yang putus berobat.
Pasalnya, jumlah pasien dewasa yang putus berobat itu direlatif banyak, yakni 3,93persen dari total pasien yang memerlukan pengobatan di 2022.
Padahal, seharusnya pasien TBC aktif menjalani pengobatan secara rutin selama 6 bulan. Jika pengobatan tidak dijalankan sampai tuntas, pasien dapat beresiko menjadi resisten obat.
Menurut Kepala Dinas Kesehatan kabupaten Bantul, penyebab pasien putus berobat bisa karena lupa atau rendahnya pemahaman mengenai pentingnya pengobatan itu sendiri.
Oleh karena itu, pasien TBC memerlukan adanya Pendamping Minum Obat atau PMO agar proses pengobatannya dapat berlangsung dengan lebih tertib.
Mengenal Lebih Jauh Tentang Penyakit dan Gejala TBC Pada Anak
TBC merupakan istilah singkatan dari nama penyakit Tuberkulosis. Penyakit ini memiliki resiko penularan cukup tinggi dan bisa jadi menyebabkan kematian jika tidak diobati dengan baik.
Gambaran dan Penyebab Penyakit TBC
Penyebab terjadinya penyakit TBC adalah adanya infeksi bakteri yang bernama Mycobacterium tuberculosis pada tubuh seseorang. Bakteri ini terutama akan menginfeksi organ paru-paru penderitanya.
Selain itu, bakteri TBC bisa juga menginfeksi organ tubuh lainnya, seperti usus, ginjal, kelenjar getah bening, tulang, otak, serta kulit.
Jenis Penyakit TBC
Infeksi Mycobacterium tuberculosis nyatanya tidak selalu menimbulkan gejala penyakit TBC yang bisa nampak dengan jelas pada penderitanya.
Hal ini terjadi karena beberapa orang memiliki tingkat daya tahan tubuh yang cukup tinggi sehingga mampu menahan pertumbuhan bakteri tersebut.
Orang dengan kondisi semacam ini disebut mengidap TBC laten atau tanpa gejala dan umumnya tidak akan menularkan infeksi pada orang-orang di sekitarnya.
Meski begitu, perlu diingat bahwa daya tahan tubuh orang tersebut tetap tidak dapat memerangi infeksi bakteri TBC secara tuntas.
Jadi, gejala aktif penyakit itu bisa saja timbul sewaktu-waktu dan kondisi orang tersebut berubah menjadi pengidap TBC aktif.
Gejala TBC Pada Anak dan Cara Mendiagnosanya
Proses tumbuh kembang yang terhambat bisa Anda antisipasi sebagai salah satu gejala TBC pada bayi dan balita.
Selain itu, ada beberapa gejala lain yang umumnya timbul pada anak-anak akibat infeksi penyakit ini yaitu:
- Batuk yang semakin lama semakin parah selama lebih dari 2 minggu dan tidak membaik meski telah mengonsumsi antibiotik.
- Demam selama lebih dari 2 minggu yang mungkin bisa berulang tanpa sebab yang jelas. Suhu demam umumnya tidak terlalu tinggi.
- Kehilangan nafsu makan dan mengalami penurunan atau tidak bertambahnya berat badan selama 2 bulan terakhir.
- Badan lemas atau lesu sehingga kurang aktif bermain.
- Sering berkeringat di malam hari.
- Muncul benjolan pada kelenjar di daerah leher rahang bawah, ketiak, serta selangkangan.
Cara Penularan Penyakit TBC
Penyakit TBC dapat ditularkan oleh penderitanya melalui udara atau percikan air liur (droplet) saat bicara, bersin, atau batuk.
Penularan ini terutama akan terjadi bila penderita tidak mengenakan masker dan tidak menutup hidung serta mulutnya saat bersin atau batuk.
Proses penularan TBC ini umumnya akan lebih rentan terjadi di antara orang-orang yang sering berinteraksi atau tinggal dalam satu rumah.
Selain orang dewasa, penyakit ini juga bisa menyerang anak-anak. Jadi, para orang tua hendaknya waspada terhadap kemungkinan timbulnya gejala TBC pada anak remaja.
Mengingat penyebaran bakteri penyakit ini bisa lewat udara atau droplet, memeluk dan mencium anak memang bisa menjadi sarana penularannya.
Meski begitu, Anda tak perlu lantas menjadi paranoid dan mencegah orang (bahkan diri sendiri) untuk memeluk dan mencium putra-putri Anda.
Akan lebih baik bila Anda ikut berpartisipasi memberantas penyebaran penyakit itu dari akarnya dengan mendukung lingkungan dan masyarakat yang sehat.
Cara Mengobati dan Mencegah Timbulnya Gejala TBC Pada Anak
Gejala TBC pada anak dapat disembuhkan dengan pemberian sejumlah obat-obatan yang harus dikonsumsi secara disiplin hingga tuntas.
Selain itu, ada baiknya para orang tua berupaya melakukan sejumlah tindakan preventif untuk mencegah anak tertular penyakit tersebut.
Beberapa cara yang bisa Anda lakukan untuk meminimalkan resiko anak terinfeksi bakteri penyebab penyakit TBC antara lain:
- Melakukan vaksinasi BCG untuk bayi guna meningkatkan kekebalan tubuhnya.
- Memberikan asupan gizi dan nutrisi seimbang untuk meningkatkan sistem imunitas anak.
- Menjaga agar rumah atau lingkungan tempat tinggal selalu bersih dan mendapat cukup sinar matahari sehingga tidak lembab.
- Perhatikan kesehatan orang-orang yang tinggal di rumah Anda dan sering menjalani kontak dekat dengan anak.
- Jika Anda tahu ada keluarga atau orang di lingkungan tempat tinggal Anda yang menderita TBC, doronglah untuk berobat secara tuntas.
- Berikan Terapi Pencegahan TBC atau TPT pada anak jika Anda sekeluarga terpaksa menjalani kontak atau serumah dengan pasien TBC aktif.
- Segeralah periksakan anak ke dokter atau tempat fasilitas kesehatan terdekat apabila Anda mendapati munculnya gejala penyakit TBC tersebut.
Sederhananya, agar pelukan dan ciuman sayangnya tidak beresiko menularkan gejala TBC pada anak, orang dewasa wajib menjaga kesehatannya terlebih dahulu.