Kepala BMKG, Daryono mengatakan, gempa bumi Cianjur diduga akibat aktivitas sesar Cimandiri. Harus diketahui bahwa kawasan yang dilalui jalur sesar Cimandiri agar bisa lebih diwaspadai.
Kementerian PUPR pun memberi rekomendasi agar jalur sesar Cimandiri tidak dijadikan area hunian. Hal ini untuk mengantisipasi kerusakan rumah dan menghindari jika terjadi bencana alam.
Hal yang Perlu Diwaspadai dari Jalur Sesar Cimandiri
Berikut ini beberapa hal yang perlu Anda tahu mengenai sesar Cimandiri, antara lain:
Sesar Cimandiri
Dilansir dari Researchgate, sesar Cimandiri adalah salah satu sesar besar di Jawa Barat. Sesar ini memiliki potensi bahaya yang cukup besar bagi kawasan berpenduduk.
Cimandiri telah dikenal para ahli kebumian dan masyarakat dibandingkan sesar aktif lainnya. Berdasarkan studi literatur, penamaan Cimandiri pertama kali ditemukan oleh Martodjojo.
Penamaan mengacu pada lokasi tipe lembah Cimandiri bagian timur. Beberapa kejadian gempa bumi telah merusak daerah Sukabumi yang bersumber dari gerakan sesar Cimandiri.
Letak sesar Cimandiri
Sejumlah peneliti Indonesia telah mengidentifikasi sesar Cimandiri pada Maret 2020. Identifikasi menggunakan metode Earthquake Tomography Double-Difference.
Tujuan dari identifikasi ini adalah untuk menghasilkan citra di bawah permukaan wilayah Jawa Barat. Berawal dari penelitian tersebut, inversi telah dilakukan menggunakan algoritma TomoDD.
Hasil akhir dari penelitian ini akan menunjukkan keberadaan peta jalur Cimandiri yang ada di bagian selatan Jawa Barat.
Sementara itu, menurut Badan Geologi Kementerian Energi dan SDM, sebaran sesar Cimandiri cukup panjang. Sebaran terbentuk mulai dari Teluk Pelabuhan Ratu sampai ke selatan Sukabumi.
Daerah sepanjang sesar Cimandiri banyak dijumpai di pemukiman warga. Sehingga, apabila ada gempa bersumber dari sesar Mandiri akan berpotensi mengakibatkan bencana.
Terdiri dari tiga segmen
Dilansir dari Geo Science Letters, pada peta bahaya seismik Indonesia, lokasi sesar Cimandiri di wilayah Jawa Barat memiliki risiko tinggi.
Aktivitas seismik berkaitan dengan sesar aktif, salah satunya sesar Cimandiri. Sesar ini memiliki slip rate 4 mm dan 1,5 mm per tahun.
Jalur sesar Cimandiri terbagi menjadi 3 bagian utama atau segmen. Masing-masing segmen merupakan sumber gempa bumi tersendiri.
Dalam konsep tektonik aktif, jarang sebuah kejadian gempa bumi bisa menggerakkan seluruh panjang sesar. Umumnya yang terjadi adalah gempa bumi menggerakkan sebagian dari sesar.
Bisa disimpulkan bahwa sebagian besar segmen adalah sesar utama. Sesar Cimandiri terbagi menjadi 3 mulai dari sisi barat ke timur, yaitu:
- Segmen Cibuntu ke arah barat timur memiliki panjang maksimum 17,2 km.
- Untuk segmen Padabeunghar arah barat daya-timur laut memiliki panjang 12,78 km.
- Sedangkan segmen Baros ke arah barat daya-timur laut dengan panjang 16,36 km.
Jalur sesar Cimandiri dianggap aktif
Sepanjang jalur sesar Cimandiri setidaknya telah terjadi gempa sebanyak 10 kali terhitung mulai 2009 sampai 2015.
Peristiwa tersebut memberikan kemungkinan bahwa sesar Cimandiri termasuk sesar yang aktif. Sesar ini memiliki tipe sesar mendatar kiri di tahun 1994.
Sejumlah peneliti menganggap sesar Cimandiri adalah sesar naik di tahun 2016. Sebab, pergeseran mendatar rata-rata terjadi mulai 0,5 hingga 1,7 cm setiap tahunnya.
Potensi bahaya untuk warga sekitar
Pada daerah lembah Cimandiri, terutama di bagian barat memiliki potensi terjadi bahaya ikutan berupa gerakan tanah.
Beberapa desa yang terletak di lembah Cimandiri bagian barat termasuk jalur sesar Cimandiri. Desa Cidadap, Mekar Asih dan Cibuntu berbatasan langsung dengan perbukitan terjal.
Perbukitan tersebut tersusun oleh batuan rombakan gunung api Tersier dengan lava dan breksi gunung api yang telah mengalami pelapukan.
Apabila terjadi gempa bumi 6,5 SR, maka berpotensi terjadi gerakan tanah.
PUPR Rekomendasikan Jalur Sesar Cimandiri Sebagai Zona Merah
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat memberi rekomendasi kepada Pemkab Cianjur karena termasuk daerah rawan bencana sepanjang jalur sesar mandiri.
Jalur tersebut sebaiknya dijadikan zona merah dan area non hunian. Hal tersebut disampaikan oleh Iwan Suprijanto selaku Dirjen PUPR.
Ia mengatakan, rekomendasi tersebut untuk mengantisipasi kerusakan hunian dan menghindari korban jiwa jika terjadi bencana.
Banyak rumah warga mengalami kerusakan mulai dari ringan hingga berat. Hal ini mengakibatkan ribuan warga harus mengungsi dan meninggalkan tempat tinggalnya.
Kementerian PUPR terus melakukan koordinasi dengan BMKG serta BNPB berkaitan dengan penanganan infrastruktur pascabencana. Dari peta BMKG, sesar Cimandiri memiliki panjang 9 km.
Sesar tersebut melewati 9 desa mulai dari Desa Ciherang hingga Desa Nagrak. Sekitar 200 hingga 500 meter jalur sesar Cimandiri sebaiknya tidak menjadi area hunian.
Tidak diperuntukkan juga menjadi lahan pertanian maupun ruang terbuka hijau. Pemda harus lebih tegas lagi dan mampu mengkoordinir warga agar tidak kembali ke rumahnya.
Kementerian PUPR sudah menyiapkan rumah tahan gempa dengan teknologi RISHA untuk relokasi hunian warga. Lahan juga telah disiapkan oleh Pemda di Desa Sinargalih.
Rumah tahan gempa telah disiapkan untuk relokasi warga terdampak gempa dengan tipe 36 di lahan 75 meter persegi.
200 hunian akan terbagi menjadi 2 tahap, yakni tahap pertama selesai Desember 2022. Sedangkan untuk tahap kedua akan selesai pada pekan ketiga Januari tahun depan.
Lahan yang berada di lokasi jalur sesar Cimandiri harus dikuasai Pemda, sehingga tidak lagi dibangun hunian.
Kabupaten yang Dilewati Jalur Sesar Cimandiri
Gempa Cianjur terjadi akibat aktivitas sesar Cimandiri. Plt Kepala BMKG, Daryono menjelaskan lokasi episenter dan kedalaman hiposenter menunjukkan jenis gempa ringan.
Ia memaparkan jika episentrum gempa berada di 10 km barat daya Cianjur. Guncangan gempa Cianjur dirasakan beberapa daerah, mulai dari Jakarta hingga Garut.
Gempa Cianjur memiliki skala intensitas V MMI yang mana getarannya bisa dirasakan hampir semua penduduk.
Aktivitas sesar Cimandiri merupakan patahan geser aktif sepanjang 100 km. Titik awal dari gempa ini berada di muara sungai Cimandiri.
Daerah di Jawa Barat yang menjadi jalur sesar Cimandiri, antara lain:
- Kabupaten Sukabumi
- Kabupaten Cianjur
- Kabupaten Bandung Barat
- Kabupaten Subang
Para peneliti dari ITB telah membagi sesar Cimandiri menjadi 5 segmen, yaitu:
- Segmen pertama antara cimandiri Pelabuhan Ratu Citarik
- Untuk segmen kedua yaitu Citarik-Cadasmalan.
- Segmen ketiga mulai dari Ciceureum- Cirampo.
- Segmen ke-4 yaitu Cirampo-Pangleseran.
- Sedangkan segmen ke-5 dari Pangleseran-Gandasoli.
Beberapa tahun sebelumnya, sesar Cimandiri pernah mengakibatkan gempa di daerah yang dilaluinya. Tepatnya pada tahun 2020, Sukabumi dilanda gempa dengan magnitudo 5,1.
Di tahun 2012 terjadi gempa di Bogor dengan magnitudo 4,5 berpusat di 31 km barat daya Kabupaten Bogor.
Gempa dengan kedalaman 10 km. yang diakibatkan sesar Cimandiri. Jika ditarik lebih jauh lagi, sesar Cimandiri juga mengakibatkan beberapa gempa, yaitu:
- Gempa bumi di Pelabuhan Ratu
- Gempa bumi di Cibadak
- Gempa bumi di Gandasoli
- Gempa bumi di Padalarang
- Gempa bumi di Tanjungsari
- Gempa bumi di Conggeang
- Gempa bumi di Sukabumi
Menghindari jalur sesar Cimandiri sebagai hunian akan meminimalisir, jika terjadi gempa sehingga tidak banyak memakan korban jiwa.