Seruan boikot terhadap toko roti Paris Baguette datang dari konsumen Korea Selatan. Pencetusnya adalah salah satu karyawan yang tewas di tempat kerja.
Karyawan Paris Baguette berusia 23 tahun tersebut mengoperasikan mesin pencampur saus sendirian. Tepatnya terjadi pada 14 Oktober lalu di salah satu pabrik perusahaan.
Kronologi Kejadian
Tewasnya pekerja wanita tersebut terjadi di pabrik yang berada di Pyeongtaek, Provinsi Gyeonggi. Pekerja yang tewas tengah menjalankan shift malam seorang diri.
Kemudian tubuhnya tersangkutnya mesin mixing sauce, seperti dilansir dari laman Korea Times. Dikabarkan tidak ada operator lain yang bertugas malam itu.
Kejadian tersebut baru diketahui rekan kerjanya keesokan hari, setelah menemukan mayat pekerja wanita itu.
Alih-alih menghentikan operasi setelah tewasnya pekerja, pabrik justru tetap melanjutkan produksi. Mesin yang menggilas tubuh pekerja tersebut hanya ditutupi selembar kain putih.
Selain itu, rekan kerja yang menyaksikan tubuh wanita yang tergiling juga dipaksa melanjutkan bekerja di hari yang sama.
Hal inilah yang memunculkan kemarahan publik ketika mengetahui tindakan lain yang dilakukan pabrik tersebut. Pihak Paris Baguette berusaha menemui ibu korban untuk jalan damai.
Ibu korban mengungkapkan bahwa dirinya diberi sebuah nomor oleh perusahaan. Ada kemungkinan pihak perusahaan roti tersebut ingin bernegosiasi dengan keluarga korban.
Paris Baguette boycott terus diserukan konsumen Korea dan semakin meluas. Tanggapan tidak berperasaan dan dugaan penyimpangan keamanan kemudian mencuat.
Para kritikus mengatakan mesin pencampur saus itu seharusnya dioperasikan oleh dua orang. Tidak hanya pada pabrik roti saja, SPC Group sebagai induk perusahaan juga diprotes.
“Jangan pernah membeli atau pergi ke SPC. Perusahaan pembunuh!” salah satu kalimat di Twitter. Pernyataan bernada protes lainnya juga menjadi trending topik di Twitter.
Gerakan larangan membeli sempat menjadi tren di Twitter Korea Selatan. Seruan lain, seperti boikot SPC juga beberapa kali di retweet.
Paris Baguette Merilis Surat Permintaan Maaf
Presiden Korea Selatan, Yoon Seok Yeol memerintahkan penyelidikan atas kematian karyawan Paris Baguette tersebut. Ketua SPC Group, Huh Young In, menyampaikan permintaan maaf secara terbuka.
Huh Young In meminta karyawan kembali bekerja di lokasi kecelakaan adalah tindakan salah dan tidak bisa dimaafkan.
Permintaan tersebut disampaikan melalui konferensi pers. Lebih lanjut, SPC merilis surat permintaan maaf pada 17 Oktober 2022.
Perusahaan tersebut berjanji menghabiskan 100 miliar won selama 3 tahun untuk meningkatkan keselamatan kerja. Ungkapan tersebut disampaikan oleh Presiden SPC, pekan lalu.
Sementara itu, para buruh dan pekerja Paris Baguette menggelar upacara pemakaman di depan kantor pusatnya.
Protes juga berlangsung di masing-masing cabang perusahan yang berjumlah 1.000 toko. Di Korea sendiri, toko roti tersebut sudah memiliki 3.400 cabang.
Konfederasi Buruh Prancis dan beberapa serikat pekerja juga ikut mengecam sikap SPC Group. Perusahaan dinilai abai aas kecelakaan maut tersebut.
Perusahaan Makanan Korea SPC Group
SPC Group merupakan konglomerat makanan Korea Selatan yang memiliki Paris Baguette. Selain itu, perusahaan besar tersebut juga mengoperasikan merek global besar.
Kasus Lain SPC Group
Diketahui SPC Group telah berulang kali mendapatkan kecaman karena praktik perburuhan yang buruk. Vice World News melaporkan hal ini.
Hanya seminggu sebelum karyawan wanita tersebut tewas, tangan seorang karyawan sempat tersangkut di mesin lini produksi lain.
Tapi perusahaan yang membawahi Paris Baguette Korea tersebut tidak mengirim pekerja tersebut ke rumah sakit.
Sebab, karyawan tersebut bukan pekerja paruh waktu. Sehingga perusahaan tidak mengirimnya untuk mendapatkan perawatan, dilansir Korea Times.
Aktivis Memprotes SPC Group
Mei lalu, sekelompok aktivis memprotes SPC Group. Sebab, diduga gagal memberikan hal-hal dasar untuk para pekerja perempuan.
Walaupun 80 persen pembuat roti Paris Baguette adalah wanita. Para demonstran mengklaim bahwa mereka tidak dijamin makan siang satu jam.
Selain itu, liburan berbayar tahunan dan cuti menstruasi juga tidak diberikan, seperti yang dilansir surat kabar Korea Selatan Hankyoreh.
Fakta Lain Kasus Boikot di Korea Selatan
Lebih dari 4.000 lokasi di seluruh dunia termasuk Paris Baguette Jakarta, menandakan bisnis ini berkembang pesat.
Menurut publikasi bisnis Amerika franchise Time, toko roti ini berada di peringkat ke-25 dalam 500 sistem waralaba terbesar di AS.
Penilaian tersebut didasarkan pada penjualan global perusahaan. Perusahaan roti tersebut berencana membuka 1.000 lokasi di Amerika Serikat pada 2030.
Di hari kematian karyawan, SPC grup mengumumkan akan membuka Paris Baguette pertama di Inggris. SPC group mengoperasikan merk internasional, seperti Shake Shack dan Baskin Robbin.
Ini bukan pertama kali seruan boikot di Korea. Tahun 2020 lalu, perusahaan asal Jepang di DHC Corp terancam boikot.
Hal ini bermula setelah CEO-nya melontarkan komentar yang dianggap rasis tentang Korea Selatan.
Yoshiaki Yoshida menyebut perusahaannya murni Jepang. Pernyataan tersebut ada pada laman resmi perusahaan.
CEO DHC Corps menyerang perusahaan saingannya, Suntory. Kedua perusahaan tersebut bersaing di sektor suplemen kesehatan.
Asal- Usul Paris Baguette Asal Korea dan Cabangnya di Jakarta
Paris Baguette memicu boikot nasional. SPC yang menaungi merek roti tersebut merupakan perusahaan besar di Korea.
Asal-Usul
Paris buket pertama kali dibuka oleh warga Korea Selatan, Hur Young In tahun 1988. Ayah Young In adalah perintis bisnis toko roti.
Bisnis bermula dengan membuka toko roti bernama Sangmidam di provinsi Hwanghae.
Pada tahun 1960-an toko roti Sangmidam menjadi perusahaan makanan bernama Samlip General. Perusahaan ini berhasil penjualan miliaran pastry berisi krim.
Young in kemudian meneruskan toko roti ayahnya, lalu pergi ke Amerika Serikat dan belajar membuat roti.
Setelah kembali ke Korea pada tahun 1983, Young In bersama kakaknya mengelola bisnis keluarga. Mereka membuka toko roti ala Prancis 2 tahun kemudian.
Toko roti tersebut menjadi jaringan toko roti nomor 1 di Korea Selatan
Cabangnya di Jakarta
Terlepas dari Paris Baguette victim, toko roti ini sudah tidak asing lagi bagi para pecinta pastry.
Bakery ini telah berdiri sejak tahun 1945 yang terkenal dengan hidangan ala Prancis. Kemudian, berkembang hingga memiliki banyak cabang, termasuk Indonesia.
Tidak hanya roti, toko kue ini menyediakan menu lain, seperti cake, pastry, sandwich, salad, pasta, hingga kopi.
Berikut ini beberapa lokasi Paris Baguette di Jakarta, antara lain:
Ashta District 8
Pekerja SCBD, Jakarta Selatan sudah tidak asing lagi dengan toko roti yang pertama buka pada 11 November 2021.
Memiliki jam operasional setiap hari pada pukul 10.00 sampai 22.00 WIB. Toko ini juga melayani dine in dan take away.
Senayan City
Tidak jauh dari lokasi sebelumnya, Anda bisa mengunjungi cabang kedua yang terletak di Senayan City, Tanah Abang, Jakarta Pusat.
Paris Baguette buka mulai pukul 10.00 sampai 22.00 WIB.
Insiden tewasnya pegawai Paris Baguette kemudian mendapat kecaman dari serikat buruh. Konsumen Korea pun menyerukan boikot terhadap produk roti tersebut.